25. Tough Love

6.3K 993 51
                                    

Gayatri sudah tahu kelanjutan dari kisahnya karena pagi ini, ia sudah dipanggil ke ruangan Aditya. Baru membuka pintu, ia sudah merasakan ketegangan di dalam ruangan tersebut. Ramdan berada di salah satu kursi. Ia sepertinya baru saja dimarahi juga oleh ayahnya.

Wajah Ramdan babak belur. Lebam-lebam tampak terlihat ditambah dengan bibirnya yang pecah. Tetapi, senyum menyebalkan sok ganteng masih saja bisa tercetak di wajahnya.

Helaan napas dari Gayatri terdengar seraya ia berjalan mendekat ke arah meja kerja ayahnya. Tatapan tajam dilemparkan Aditya saat Gayatri duduk di kursi. Ia memicingkan mata.

"Apa yang terjadi antara kamu dan Aris tadi malam, Atri?"

Gayatri menelan ludah. Matanya terpejam sebentar. Ia sudah mengambil napas.  Mulutnya terbuka, siap bersuara namun...

"Kan udah aku bilang, Pa. Mbak Atri dikatain pelacur sama cowok brengsek itu!" Ramdan langsung memotong penuh emosi membuat Gayatri tersentak.

"Papa tanya Mbakmu, bukan kamu, Ramdan." Suara tegas Aditya terdengar.

"Tapi, Pa..."

Ramdan menghela napas kesal. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain. Percuma untuk melawan. Ayahnya tetap ingin Gayatri membuka mulut. Tetapi, buat apa? Bukankah cerita dari mulut Ramdan sama saja?

Ramdan melirik ke arah Gayatri. Kakaknya itu menunduk pelan.

"Nggak mungkin kalian bertengkar begitu aja, dong? Kenapa Atri?" desak Aditya.

Gayatri semakin merunduk sebelum isak terdengar dari mulutnya. Ramdan membelalak, ia tampak kaget dan khawatir. Sementara, Aditya duduk dengan wajah yang tak berekspresi. Tidak ada yang tahu apa yang berada di pikirannya.

"Atri..."

"Pa, enough!" Ramdan menggeleng. "Mbak Atri sampai nangis gini, loh!"

Dalam sejarahnya, tak ada yang berani melawan Aditya. Tetapi untuk kali ini, Ramdan tidak peduli. Kakaknya sudah menangis sesugukan, kenapa masih harus ditekan begitu?

"Papa tanya kamu, Atri. Apa yang terjadi kemarin malam?" Aditya masih mengulang pertanyaannya.

Ramdan mendidih. Katakan ia kurang ajar karena ia merasa ingin sekali meninju ayahnya sendiri. Namun, pada akhirnya, Ramdan urung. Ia merangkul Gayatri dan menenangkan si kakak sebagai gantinya.

"Atri... jawab!"

Gayatri mendongak. Menampakan matanya yang berair. Ia mengambil napas, menghapus air mata dengan lengannya. Selanjutnya, dengan bibir bergetar, segala pengakuan dan cerita tentang malam itu meluncur. Tentang bagaimana Aris menyentuh tubuhnya, tentang bagaimana Aris mengatainya.

Ramdan menahan napas begitu mendengar keseluruhan  cerita dari Gayatri. Ia mengepalkan tangannya sambil berkali-kali mengumpat dalam bisikan. 

Sementara, Aditya masih diam. Ia tidak menyela, tidak menampakan emosi apapun atau ekspresi bagaimanapun di wajahnya. Datar. Benar-benar datar. Ia bahkan terlihat tak bernyawa hingga Gayatri selesai bercerita.

"Pa..." Ramdan berkata tertahan. 

Sebelum Ramdan berbicara, Aditya berdiri. Ia keluar dari ruangannya. "Mia!" teriak Aditya memanggil sekretarisnya. Suara itu terdengar sampai ke ruangan. Penuh dengan amarah yang begitu luar biasa. "Telepon pihak Aris Ongko, bilang kita batalkan perjanjian kita. Minta tim kuasa hukum dari Syahdan atau Kresna datang hari ini."

Ramdan dan Gayatri yang berada di ruangan saling bertukar pandang dengan dada kembang kempis. Ayah mereka benar-benar mengamuk.

*

Business UnusualWhere stories live. Discover now