49. You Are Not Worth of My Time

5.3K 683 30
                                    

Dikta mengerang ketika Gayatri yang berada dalam pelukannya Sabtu pagi ini menggeliat melepaskan diri. Suara panggilan dari ponsel terdengar sayup-sayup.

Melihat Gayatri melompat dari tempat tidur sambil mengambil ponsel membuat Dikta mau tak mau ikut bangun dan menyandarkan tubuh pada headboard.

"Apa? Batal?" Suara Gayatri memekik dengan nada tinggi. Perempuan itu mengambil kimono tidurnya sambil menjepit ponsel dengan bahu. "Kalian nggak salah? taping-nya kan hari ini?"

Gayatri terlihat mondar-mandir dengan sebal. Wajah panik dan kesal tak bisa ia tutupi.

"Brengsek!" ucap Gayatri sebal sambil melempar ponselnya di ke atas tempat tidur.

"Whoa! Whoa! Calm, Babe!" Dikta buru-buru berdiri, ia menarik Gayatri kembali ke atas kasur lalu membawanya ke dalam pelukan.

Gayatri hanya mengambil napas lalu membuang dengan keras. Ia benci situasi ini.

"Kenapa lagi?" tanya Dikta lembut. Ia membelai rambut sang puan, mencoba menenangkan.

"Sponsorship buat acara di TV dibatalin." Gayatri menggeleng tak habis pikir. "Tiba-tiba, mereka ganti wardrobe sponsor. Tebak siapa yang ngegantiin?"

Dikta tak perlu menjawab. Ia sudah tahu siapa yang menggantikan Gayatri. Tetapi, bagaimana bisa?

"Memangnya boleh?" tanya Dikta kebingungan.

"Ya, nggak! Tapi, kamu tahu mereka... lokasi udah disabotase, sekarang, publication and sponsorship juga ikutan!" Gayatri meninju kasur sebal.

 Sudah beberapa bulan berlalu sejak masalahnya dengan Carissa, perlahan, LuxeModa—brand fesyen yang dipimpin Gayatri—sudah kembali menunjukan taringnya dan melangkah.  LuxeModa kembali memulai dengan mensponsori wardrobe salah satu acara kontes bakat menyanyi di televisi. Selain peserta, para juri dan pembawa acara pun akan mengenakan pakaian dari LuxeModa lalu diunggah ke media sosial. Semua sudah ditandatangani namun, kenapa tiba-tiba dibatalkan sepihak begitu?

"Mana last minute! Acaranya akan di-taping nanti siang. Semua baju sudash dikirim, tiba-tiba ditolak begitu saja tanpa pemberitahuan ke pihak kami dulu!" Gayatri masih marah-marah. 

Dikta yang berada di sebelahnya hanya bisa menenangkan dengan membelai puncak kepala Gayatri. "Kamu maunya gimana?" tanya Dikta lagi. "Mau ke sana? Mungkin kamu bisa cek? Ngobrol sama producer-nya, atau siapapun?"

Gayatri menghela napas keras. "Aku udah minta Tata," jawabnya. Tata adalah manajer pemasaran yang bertugas mengurusi deal dengan stasiun televisi ini kemarin.

"Tapi, mungkin, kamu bisa membantu. You have that negotiation skill and... some 'power', if I may add." Dikta berucap lagi.

"You know I am not that kinda type of people." Gayatri berdecak sebal. Harus bertindak seperti apa Gayatri sekarang ini? Apa anak buahnya benar-benar tidak bisa diandalkan sama sekali?

"Opsi apa lagi yang kamu punya?" tanya Dikta sambil bangun dari tidurnya. "Come on, aku temenin."

Gayatri memajukan bibir sebal. Tetapi, ia kemudian mengikuti Dikta. Ia tidak punya pilihan.

*

Gayatri melangkah masuk ke studio sebuah stasiun televisi yang berada di bilangan Kebon Jeruk. Ia langsung menemukan Tata di sana. Wajah takut-takut perempuan itu menyatakan ketidak berhasilannya dalam melobi siapapun yang bertangung jawab.

Dikta meringis di belakang. Ini medan pertarungan Gayatri, tetapi, Dikta ikut berdegup dibuatnya.

"Siapa yang tanggung jawab soal masalah ini?" tanya Gayatri dengan tajam pada Tata.

Business UnusualOnde histórias criam vida. Descubra agora