23. The Same Mistakes

6.6K 1K 54
                                    

[50k mark here]

*

Anggukan Gayatri membuat Dikta menutup jendela dan mematikan mesin sebelum membuka pintu dan turun bersama sang puan. Tangannya masih melingkar dengan posesif di pinggang Gayatri, menuntun perempuan itu untuk berjalan.

Saat keduanya masuk ke dalam unit apartemen, Dikta baru melepas pegangannya. Gayatri terdengar menghela napas saat menyalakan lampu. Baru ditinggal sebentar, apartemen itu sudah berdebu saja.

"Mas, mau minum?" tawar Gayatri dengan suara yang masih serak.

Dikta menggeleng. "Kamu nggak usah peduliin aku. Kamu gimana? Dia ngapain kamu? Kamu sampai nangis gitu, pasti ada sesuatu, kan?" Lelaki itu berkata cepat tanpa jeda seperti menginterogasi penjahat.

Gayatri tak menjawab. Ia memalingkan wajah lalu membalik tubuhnya.

"Atri?" Napas Dikta terhela. Ia berjalan mendekat dan memeluk perempuan itu dari belakang. "Aku ngebredel kamu, ya? Sorry. Aku nggak maksud. I'm just... worried.

Kepala Gayatri menggeleng, "Nggak, bukan, nggak apa-apa, bukan karena pertanyaanmu."

Dikta diam sejenak. Ia meletakan dagunya di puncak kepala Gayatri. "Kamu tadi ke sana sama dia?" Ia menelan ludah. "Sama Aris?"

"Nggak," jawab Gayatri dengan kepala yang menggeleng untuk kedua kalinya. "Aku ke sana sama Ramdan."

Dikta bergumam pelan, pertanda dirinya menanggapi Gayatri. "Lalu? Kamu ketemu Aris?"

"Yah..." kata Gayatri lemah.

"Then, he asked you to go down to the dance floor?"

Kini, hanya gumaman terdengar dari Gayatri. Ia menghela napas. "Iya," jawabnya.

"And he hugged you?"

"Yes, and... he..." Gayatri menjeda jawabannya sejenak. "He groped my..." Ia menelan ludah. Tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Membayangkan apa yang tangan Aris lakukan pada tubuhnya membuat Gayatri mual. Mungkin, semua akan baik-baik saja kalau Gayatri punya perasaan pada lelaki itu, atau memang jika Gayatri menginginkannya, tetapi yang tadi... tidak sama sekali.

"Oh, fuck!" Dikta mengumpat. Bayangan akan apa yang terjadi di depan matanya terputar. "Atri! You know it was a sexual harassment act, right? Fuck! If I knew he put his hand on you without your consent, I am pretty sure I'd kill him!"

Gayatri memejamkan mata. Ia memegangi lengan Dikta yang melingkar di perutnya. Pelukan Dikta membuatnya tenang. Sangat nyaman. Kalau yang tadi bersamanya adalah Dikta, mungkinkah pertahanan Gayatri akan luluh?

Tiba-tiba, ia mendecih kecil. Kalimat-kalimat menyakitkan dari Aris kembali hadir. Daripada disentuh, kata-kata merendahkan yang diucapkan Aris menusuknya lebih dalam, memberikan luka tak terlihat yang membuatnya sesak.

Tak lama, ia bergetar lagi. Isak terdengar lagi.

"Tri?"

"Mas..." panggilnya serak. "Memangnya aku murahan, ya?"

"Kamu ngomong apa, sih?" Dikta mengerutkan dahi. Ia membalik tubuh Gayatri agar menghadapnya. "Kenapa tiba-tiba malah ngomong begitu?"

Gayatri menggeleng. Ia menunduk. "Nggak... itu..."

"Aris ngomong sesuatu?" Tembak Dikta langsung. Ia harus tahu apa yang terjadi dalam pembicaraan tadi. Gayatri bukan orang yang mudah untuk tersinggung atau terjatuh mentalnya begitu. She is the strongest person he has ever known! Jika hal ini sampai terjadi, sudah dipastikan, ada hal yang amat keterlaluan yang diucapkan bajingan itu padanya.

Business UnusualWhere stories live. Discover now