32. We Are Never Ever Getting Back Together

5.1K 789 45
                                    

Gayatri menarik napas sambil melangkah masuk. Tepat ketika ia melangkahkan kaki, wangi parfum yang khas tercium, berikut dengan sosok yang ia kenal betul.

Napas Gayatri tercekat. Ia menenangkan jiwanya. Rasa takut melandanya. Juga rasa marah yang ingin melompat keluar dari dadanya.

"Oh, baby, kamu sudah selesai rapat?" Kalimat itu menyentak Gayatri. Gayatri mencengkram sisi-sisi celana bahan yang ia kenakan.

Matteo.

Lelaki itu berbalik. Wajah campuran Italia yang ia miliki membuatnya tampan, tetapi di saat yang bersamaan membuat Gayatri muak. Mau apa lagi dia?

"Hai, Tesoro Mio," panggilnya dengan nada manja dan khas. 

Tesoro Mio, My Treasure.

Dulu, rasanya, setiap kali Matteo berbicara dalam bahasa Italia, ia terdengar begitu seksi. Sekarang? Gayatri ingin muntah.

Gayatri bergidik. "Apa yang lo mau di sini? I guess we're done." Ia berjalan ke arah meja sambil meletakan laptop dan bundelnya. Tanpa menatap lawan bicaranya, ia membuka laptop. "Mau apa lagi?"

"Aku mau kembali." Ia berkata lugas.

Mata Gayatri membelalak. Ia baru kali ini mendengar permintaan kembali dengan kelakuan paling tidak tahu malu begini. Harusnya, Ramdan di sini. Kalau adiknya itu melihat Dikta tidak tahu diri karena setelah Dikta meninggalkan Gayatri lima tahun tiba-tiba minta balikan dalam dua bulan pertemuan dengan alasan yang mungkin masuk akal, maka, Gayatri tidak punya tempat untuk menempatkan bajingan tukang selingkuh di hadapannya ini.

urat malunya sudah putus? Atau memang ia tidak tahu malu?

"How dare you?"  Gayatri memasang tampang marah. "Setelah lo selingkuhin gue? Lo mau balikan? Lo habis ngobat, ya?"

Matteo menggeleng. Ia mendekat ke arah Gayatri. "Baby, I'm sorry," mohonnya. "Aku salah. Waktu itu kita lagi bertengkar karena kamu stress masalah kerjaan dan aku juga. Jadi, aku lari ke orang lain."

"Lo stress karena Darma menolak proposal pengajuan lo untuk mendanai proyek lo itu, ya!" tunjuk Gayatri. "Dan lo lampiasin sama gue dengan marah-marah dan nyalahin gue karena nggak bujukin kakak gue!"

Matteo tak berkutik. Gayatri terlihat begitu menyeramkan.

"Oh, how I want to turn back the time and shout to my old self," lanjut Gayatri. "Lo seharusnya tahu diri, Matt."

"Baby, aku minta maaf." Mattteo berucap. "I can't live without you. Kita itu duo yang hebat, kan? We could conquer the world, right?"

Gayatri mengerutkan dahi. Ia benar-benar muak dengan semua drama ini. "Get off from my office, Matt. Lo pacaran sama Carissa aja!" Ia berucap cepat.

Gayatri bahkan tak mau mengingat-ingat lagi kehancuran apa saja yang diakibatkan skandal kemarin. Sudah. Cukup. ia tidak mau lagi kembali ke lubang itu.

"Aku sama Carissa sudah putus." Matteo berucap serak. "Setelah insiden itu, kami putus."

"Oh... Lalu?" Gayatri mengangkat bahu. "Bukan urusan gue, sih."

"Aku sadar, aku salah. Aku cuma mau kamu." Matteo berkata lagi. "I mean, I should have known from the beginning, you are way better than her."

Mata Gayatri menyipit. Ia kemudian menggeleng. "Sorry, I am no longer available, Matt." Ia menolak ketus.

Matteo memiringkan kepala. "Kamu sudah punya pacar lagi?"

"Menurut lo?" balas Gayatri sambil membanting bundel laporan dengan keras. "But even if I have no boyfriend, gue nggak mau lagi balikan sama lo."

"Tesoro mio..."

"Selingkuh itu habit, Matt. Dari semua hal, gue nggak bisa menerima alasan selingkuh. So, get out, mau lo kayang, jungkir balik, hand stand pun, gue nggak peduli." Gayatri mengibaskan tangannya.

Matteo mengambil tangan Gayatri. Menggenggamnya dengan erat. "Baby, please."

Gayatri menggeleng. "Enough, Matt. Nggak tetap nggak."

Napas Matteo terhela berat. Ia menatap ke arah Gayatri yang berwajah keras. Pantsuits hitam bergaris dengan rambut yang dikuncir kuda membuat tatapan Gayatri semakin tajam, menandakan keteguhannya.

"Kamu nggak lebih memilih cowok itu daripada aku, kan?" Matteo berkata lagi. Nadanya terkesan merendahkan saat menyebut 'cowok itu'.

"What do you mean?"

"Berita tentang kamu dan Radikta Pramaditya sudah tersebar, Tri," ucap Matteo dengan senyum miring. "Terutama soal kejadian di pestanya Gio dan soal Aris Ongko."

Gayatri berdecak. Siapa yang tidak tahu tentang kejadian itu? Semua orang di sirkel yang sama pasti akan tahu. Siapapun.

"Kalau pacarmu itu Radikta, well... he might consider himself as the luckiest bastard in this world, sih." Matteo menggeleng dengan wajah tak habis pikir. "Tapi, memangnya dia bisa bersanding sama kamu sementara dia sudah mengundurkan diri dari grup Prama begitu?"

Dahi Gayatri berkerut. "I don't need his money."

"Kamu mungkin nggak butuh, tapi ayahmu?" balas Matteo. 

"Papa?"

"Ayahmu nggak akan membiarkan cowok miskin dekat-dekat anak perempuannya." Matteo menyilangkan tangan di depan dada.

Gayatri mengerenyitkan hidung. Ia tidak tahu soal itu sama sekali.

"Kamu tahu, Tri? Aku pernah dipanggil Papamu cuma buat diperingati bahwa keluargaku nggak ada apa-apa daripada kalian." Matteo terkekeh. Ia seperti mengejek. "Dia bilang, mending aku putusin kamu. Atau dia yang akan bikin kita putus."

Gayatri menganga. Ia belum pernah memperkenalkan Matteo pada Aditya. Bagaimana mungkin?

"Tapi lihat, siapa yang ketika bermasalah malah dapat kerugian terbesar?" Matteo benar-benar telihat puas. "Keluargaku nggak ada apa-apa? Ayahmu yang terlalu congkak, Tri. Dan kamu juga. Kamu bisa-bisanya menolak aku lagi."

"Bagus kalau Papa nggak suka sama lo. Seharusnya, dari awal, aku ikut omongan Papa untuk putusin lo!" balas Gayatri.

Matteo mengangkat bahu. "Tapi ya, Tri... Kalau aku aja dilepeh, apa yang bisa kamu harapkan dari runaway prince itu?"

"Apa?"

"Semua pacarmu pasti pernah dipanggil ayahmu. Makanya mereka mundur. Aku yakin soal itu." Matteo berkata ringan. "Setelah pulang dari tempat ayahmu, rasanya, aku merasa hidupku useless. Dan jadi pengen ninggalin kamu karena malas berhubungan sama ayahmu lagi, tahu? Dia bener-bener nyebelin."

Gayatri mencengkram angin. "Jadi, lo mau menjustifikasi perselingkuhan lo dengan dalih direndahin Papa?" tuduhnya.

"Gimana, ya? Sama keluarganya Clarissa, gue diperlakuin kayak dewa. That's why I fall for her. Biarpun ternyata, dia bajingan juga, sih." Matteo menjawab. "Dan gue rasa, lo nggak mau bermasalah lagi sama Clarissa untuk kedua kalinya."

"What do you mean?"

Matteo mengangkat bahu, pura-pura tidak mendengar pertanyaan Gayatri. "Lebih baik kita kembali bersama, Tri."

Mata Gayatri membelalak. Pundaknya naik turun. Emosi melandanya.

"Radikta nggak akan bertahan lama, Tri." Matteo berkata lagi. "Dia bakalan tumbang, sama kayak semua orang yang lain. Dia cuma orang biasa, bukan dalam level yang sama lagi. Jadi, pasti bokap lo bakalan suruh dia ninggalin lo dan lo cuma akan kembali sendirian. Dia bakalan—"

"—Keluar!" pekik Gayatri memotong ucapan Matteo.

Wajah Matteo terlihat masih ingin melawan.

"I say, get out, now!" Gayatri berteriak.

"Atri!"

"Keluar, Matt!" Gayatri berdiri, ia berjalan ke arah pintu dan membukanya lebar-lebar. "One more thing, jangan pernah balik ke sini lagi atau nunjukin batang hidung lo sama gue, karena sampai mati pun, gue nggak akan pernah mau lagi balik sama lo."

Business UnusualWhere stories live. Discover now