16. From This Day Onwards

6.5K 997 104
                                    

Dikta melirik ke arah ponselnya. Sudah satu minggu sejak pertemuan dengan Gayatri di Tell Tales hari itu. Ini sudah memasuki akhir pekan yang baru. Selama satu minggu itu, Dikta mencoba kembali menekan diri untuk tidak menghubungi Gayatri.

Satu hari, dua hari, tiga hari, semuanya tampak baik-baik saja hingga panggilan ke kantor Adhyaksa datang, menyusul dengan revisi yang harus ia kerjakan. 

Seharusnya, Dikta sebal dan marah. Tetapi, lucunya, ia malah senang datang ke kantor Adhyaksa hari itu. Ia puas berdebat dengan Gayatri dan mendengar perempuan itu memuntahkan semua isi kepalanya.

That's Gayatri Adhyaksa Putri, the smart, cool lady boss who captivates Dikta in every possible way.

Dan pertahanan Dikta runtuh. Ia merasa tak mampu untuk mengabaikan Gayatri seutuhnya. Setiap bersama perempuan itu selalu menghadirkan nyaman yang aneh. 

Kata Lukas di hari Minggu saat mereka bertemu untuk nongkrong bareng sambil sarapan, "Semakin Dikta merasa bersalah pada Rima, semakin besar perasaannya pada Gayatri."

Entahlah!

Yang jelas, terlepas dari permasalahan yang terjadi di kantor, akhir pekan ini, Dikta kembali mengajak Gayatri untuk bekerja bersama—sebuah kata lain dari kencan yang lebih santai dan tanpa tekanan.

Kali ini, Dikta yang memilih tempat. Ia memutuskan untuk memilih Three Buns di Senopati sebagai pilihan tempat mereka "bekerja" Sabtu ini. Pilihan yang agak nyeleneh, memang. Pilihan yang sengaja ia buat agar bisa makan siang dengan Gayatri lalu lanjut ke salah satu coffee shop sesudahnya untuk berlama-lama.

"Sibuk bener deh, Mas!" Ejekan Gayatri siang ini membuat Dikta yang berada di balik laptop mengangkat alis. 

Dikta tersenyum kecut saat Gayatri yang baru datang itu mengejeknya. Ia memutar bola mata. "Ada klienku yang minta revisi total, mumet banget!" balasnya sinis. Sepanjang pagi tadi, ia memang memeriksa deck terbaru yang dikerjakan Novi sebelum dikirim ke Gayatri.

"Oh..." Dagu Gayatri terangguk pura-pura paham. "Aku juga lagi pusing, soalnya agensiku salah bikin konsep buat annual campaign. Jadi nggak bisa jalan, deh!"

Dikta memutar bola mata. Sebal dengan sindiran balik Gayatri. Miskomunikasi terjadi beberapa hari lalu, menyebabkan kekacauan dalam beberapa hal. Mereka harus mengganti ulang seluruh ide, konsep dan pesan dalam komunikasi mereka. 

Baik Dikta dan Gayatri sama-sama tidak bisa membayangkan jika production sudah dilaksanakan. Mereka juga sama-sama tidak habis pikir dengan Doni yang bahkan terlampau careless untuk memberitahu dan malah iya-iya saja.

"Doni sudah aku demoted.  Nanti, bakalan ada orang baru yang gawangin kerjaan ini." Gayatri berucap setelah selesai memesan makanan. "Kalian sudah dihubungin, kan?"

"Sama Kayla, maksudnya?" Dikta memastikan. "Kemarin, ada yang hubungin Novi."

"Iya, Kayla. Dia marketing-nya LuxeModa, harusnya jauh lebih bagus daripada Doni," balas Gayatri. Ia menyilangkan kaki. "Aku nggak bisa kerja sama orang yang nggak care begitu. Dia seharusnya tahu apa yang harus dia perbuat. Apalagi, dia yang pegang campaign untuk whole company. Masa nggak mikir?" 

Dikta hanya tersenyum kecil mendengar Gayatri yang mulai nyerocos lagi tanpa diaba-aba. Perempuan itu terdengar begitu emosi.

"Padahal, dia digadang-gadang buat naik jabatan. Kalau kayak gini, jangan harap, deh! Dasar anak buah Mas Darma goblok semua, memang!" umpat Gayatri lagi.

"Heh!" hardik Dikta pelan. "Kamu ngomongnya, tuh!"

"Iya, emang! Bego! Mau ngomong apa?" Gayatri berdecak sebal. "Aku udah ngomong sama Mas Darma, bodo amat dia lagi cuti atau apa. Dia perlu tahu kelakuan anak buahnya."

Business UnusualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang