CHAPTER 1

13.2K 1K 43
                                    

"Juna! Deri!"

Juna menoleh ke samping ketika sebuah suara menyerukan namanya dan sahabatnya yang ia ajak berangkat bersama tadi. Disana sudah ada Tito, Romi, dan Putra, melambai-lambai semangat menyuruhnya untuk segera menghampiri. Juna tersenyum lebar.

"Der! Anak-anak tuh." katanya kepada Derian. Cowok disamping Juna ikut menolehkan kepala dan menyeringai seperti biasanya. Ah, sahabat Juna satu ini tak pernah berubah. Sok dingin, sok kalem, sok pelit senyum.

"Haiii!! Pakabar? Tambah seger aja lo. Kerjaan udah makmur nih?" berondong Putra dengan jenaka. Juna yang diberi pertanyaan itu hanya terkekeh. Merangkul teman sepermainannya ini satu persatu. Begitu juga dengan Derian.

"Udah jadi CEO muda, Jun?"

"CEO apaan?! Boro-boro Ci-Eh-Oh. Naik jadi karyawan tetep aja udah sujud sukur rasanya." balas Juna tak kalah lucu. Semuanya tertawa kecuali Derian hanya tersenyum tipis.

"Gara-gara sering ngorok sama cabut pas pelajarannya Pak Ma'ul sih, makanya kita susah jadi bos. Kita kurang ilmu nih, Pak Ma'ul kan dulu suka ngasih tips-tips buat ngakalin orang biar cepet jadi bos." celetuk Romi bernostalgia. Pak Ma'ul dulu adalah guru akuntasi. Dan hampir setiap pelajaran itu, genk begundal ini sering hilang entah kemana. Hanya Tuhan dan malaikat saja yang tahu mereka dimana.

"Eh gilak, gue kangen banget ama tuh orang. Di undang nggak sih dia?"

"Kagaklah. Ini kan cuman muridnya doang yang reuni. Di undang pun paling juga males dateng ngeladenin alumni model kaya kita-kita gini." Dan mereka kembali bercanda mengganti waktu dan jarak yang sempat hilang terkikis akan kesibukan.

Juna memandang sekeliling, mengamati isi hall hotel tempat angkatannya mengadakan reuni. Bukan reuni akbar kok. Hanya satu angkatannya saja. Tapi sudah cukup banyak. Dan Juna juga sempat bersalaman dengan temannya yang dari kelas lain. IPS hampir semua yang datang. Kelas bahasa yang dulu hanya lima kelas juga cukup banyak. Yang paling membeludak ialah kelas IPA. Karena daridulu kelas pengetahuan alam ini memang unggul dan banyak diminati. Semakin bertambah banyak ketika salah satu dari mereka ada yang membawa istri, kekasih, dan anaknya.

Juna kembali tersenyum hangat. Teman sekolahnya sudah banyak yang berubah. Ia tak menyangka 8 tahun itu terasa begitu cepat. Rasanya baru kemarin dia membuat contekan untuk ulangan Geografi yang njelimetnya minta ampun. Atau ketika Juna dan Putra terpaksa merelakan rambutnya dipetal paksa karena rambutnya melebihi telinga. Dan sepatu converse merah miliknya harus rela dicat hitam oleh Pak Hamsyah karena sepatu berwarna itu terlarang.

Semuanya terasa begitu dirindukan Juna. Dan semua itu pernah ada, pernah terjadi dan membekas dihatinya.

"Jun, ada yang spesial loh." ujar Tito menaikkan kedua alisnya menggoda Juna. Suaranya memang kecil, tapi ketiga teman lainnya masih mampu mendengar suara Tito dari balik keramaian lainnya. Mereka masih berdiri di tengah kerumunan setelah menyapa teman yang mereka kenal. Juna mengernyit.

"Spesial apaan?"

"Diandra, arah jam sembilan."

DEG!

Secara reflek, mata itu berpaling. Arah jam sembilan, munculah seseorang yang keluar dari sarangnya. Membuat Juna membatu di tempat.

Namanya Diandra Saraswati. Tinggi 152, namun bertambah beberapa inci karena loubottin berwarna nude miliknya itu. Celana kain hitam yang slim menampakkan kaki jenjangnya terlihat sangat indah. Lalu dengan blouse model sabrina berwarna nude juga, ia sengaja menutup bahunya mungkin supaya nampak sopan karena acara reuni ini sedikit formal.

Lalu mata itu semakin naik. Rambutnya terlihat rapi digelung dan diberi hiasan berupa jepitan rambut beraksen krystal palsu yang justru menampakkan leher jenjangnya putih mulus. Dan make upnya natural semakin membuat lidah Juna kelu. Cantik. Dia cantik sekali. Walaupun pakaiannya over all nampak biasa ketimbang teman cewek lain Juna yang memakain mini-mini dress, tapi Diandra tetap elegan dan berkelas. Dan sopan. Menambahkan point plus dalam penilaiannya. Juna tak bisa berbohong, ia terpesona.

HAIWhere stories live. Discover now