CHAPTER 28

3.9K 441 27
                                    

Panjang dan agak garing.maaf klo bosen ya ^^' entah mood mendadak hilang

***

Malam itu, Diandra turun dari lantai dua. Mendapati ruangan bawah sudah gelap kecuali lampu dapur yang sengaja tidak dimatikan. Dengan kaki tanpa sendal, Diandra berjalan menuju pintu kamar ayahnya. Mengetuk perlahan pintu tersebut menunggu sahutan sampai ayahnya sendiri yang membukakan pintu. Terkejut kecil melihat putrinya berdiri di depannya.

"Kenapa, dek?" tanyanya khawatir. Diandra meremas ujung piyamanya gugup.

"Aku tidur sama papa boleh?" pintanya malu-malu. Tapi hatinya lega ketika ayahnya itu tersenyum manis, membiarkan Diandra masuk dan merebah lebih dulu ke ranjang.

Diandra sendiri yang memang sejak dulu adalah anak manja karena ia anak paling kecil, cuek saja memeluk tubuh ayahnya yang terasa rapuh. Hatinya miris merasakan ayahnya tak lagi muda. Bahkan Diandra dapat meresapi bahwa selama ini ayahnya begitu kesepian tidur disini, sendiri. Sang papa mengelus rambut Diandra dengan sayang.

"Kamu nggak bisa tidur?" Diandra menggeleng mengeratkan pelukannya.

"Pa?"

"Ya?"

Diandra meneguk ludahnya dan melanjutkan perkataannya.

"Aku..minta maaf."

Jantung papa menghangat. Meskipun tak merasa anaknya ini telah melakukan kesalahan, tapi ia berterima kasih bahwa anaknya sudah terbuka dan lari padanya.

"Nggak perlu, dek."

"Aku udah egois sama papa." rutuk Diandra berkaca-kaca. Papanya tersenyum lembut menatap langit-langit kamarnya.

"Nggak kok. Tapi klo kamu nggak ngizinin papa, papa bakal nurut. Yang penting keluarga papa dulu."

Kepala Diandra menengadah menatap matanya papanya pilu.

"Aku...kangen mama."

"Papa juga. Nunggu kamu off lagi, kita ke makam mama gimana?"

Diandra mengangguk kecil bersemangat.

"Mau."

Hening kembali. Diandra masih memeluk erat sang ayah dengan sedih. Lalu menghembuskan nafas bersiap untuk ini. Ia sudah berjanji pada Juna akan membicarakan hal ini baik-baik dengan ayahnya.

"Siapa wanita itu, pa?"

Jelas sang ayah ditanyai begitu menjadi sedikit tegang. Sejujurnya ia siap jika suatu hari Diandra menanyainya. Tapi ketika suasana sudah normal. Beliau takut menjawab pertanyaan itu sama saja memicu kemarahan anaknya.

"Hm. Kamu kenal kok."

Diandra bangkit dengan cepat. Melihat ayahnya serius mendengar jawaban itu.

"Si..siapa?"

Sang papa tersenyum lembut.

"Tante Ria."

Seperti ada daun-daun berguguran di perut Diandra.Wanita itu tak mengerti harus senang atau tidak. Mengetahui fakta bahwa papanya ingin menikahi tante Ria. Sahabat SMA ibunya dulu. Diandra kenal. Saat almarhum ibu masih hidup, Diandra dan Elma kecil sering diajak bermain ke rumah tante Ria. Dan sekarang?

"Sumpah, pa?" pekik Diandra tanpa sadar, tak percaya. Ayahnya malah terkekeh.

"Iya, sayang."

"Tante Ria sahabatnya mama kan?"

"Iya, Ria Sudigdo. Sahabat deket mama."

"Tapi...dia kan udah punya suami-anak?"

"Udah cerai lama, dek. Sekitar tujuh tahun lalu. Apalagi yang kamu pengen tau?" tanya papa terkikik menikmati keterkejutan putrinya itu.

HAIWhere stories live. Discover now