CHAPTER 23

4K 433 12
                                    

Remang-remang dalam kamar bernuansa putih dan ungu itu cukup damai. Tapi damai saja tidak cukup bagi sang empunya. Hati Diandra kebas.Dia tak tahu harus memikirkan apa, melakukan apa, ataupun membayangkan apa.

"Boleh...papa nikah lagi?"

Kalimat itu terus berdengung diotaknya membuat ia tak nyaman dan tak dapat tidur. Setelah beberapa jam lalu ayahnya mengajukan pertanyaan tersebut bak bawahan menyorongkan sebuah proposal kepada atasannya, Diandra tak menjawab apapun. Dia hanya diam. Tak mengiyakan, tak juga menolak. Membuat sang papa memberi kesimpulan bahwa Diandra sedih. Ya, wanita itu memang sedih.

Diliriknya jam beker yang ada di nakas tempat tidurnya. Pukul dua belas. Juna sempat mengirimi sebuah chat yang menanyakan apa dia sudah tidur. Diandra hanya membacanya dan sampai sekarang belum berniat untuk membalas. Ditekannya nomor ponsel Juna dan nada sambung telpon terdengar.

"Saya Arjuna Hanggara. Saat ini saya tidak dapat menerima telpon anda. Jika penting, tolong hubungi saya kembali nanti."

Diandra mematikan ponselnya dan mendesah ke arah bantal. Sepertinya kekasihnya itu sudah tidur. Mungkin, dia bisa memberitahu Juna untuk bertemu besok dan mendiskusikan hal ini. Mencurahkan isi hatinya pada Juna bagaimana dia sangat gamang ketika ayahnya meminta izin untuk menikah lagi. Kecewa karena ayahnya seperti berkhianat pada sang ibu, yang katanya almarhum ibunya adalah the one and only untuk ayahnya. Dan merasa tersentil, dia pasti akan cemburu jika ayahnya tengah bermesraan dengan istri barunya.

God damn it!

Demi apapun, Diandra malas membayangkannya. Matanya memejam berusaha sekuat tenaga mengenyahkan masalah ayahnya dan segera tidur. Karena dia harus bekerja besok.

***

Arjuna Hanggara : Bentar ya sayang.Aku lg sibuk bgt rapat sama produser.Nanti klo udah selesai aku kabarin.Love u

Diandra memejit keningnya ketika sekali lagi membuka ponsel dan tak mendapat chat apapun dari Juna kecuali chat sejak pukul delapan pagi tadi. Padahal ini sudah jam makan siang, tapi Juna sama sekali belum menampakkan batang hidungnya kembali.

Diandra Saraswati : Masih sibuk?Nanti pulang jemput ya.Mau curhat :(

Buru-buru Diandra memasukkan ponsel ke dalam saku jas dokternya, dan melahap yogurt anggurnya lagi sambil merenung. Diandra sedang tak bernafsu makan siang. Jadilah dia disini, dibelakang ruang UGD dan duduk sendirian menyantap yogurtnya. Entah kenapa masalah sang ayah begitu membebani jalan pikir otaknya.

Saat ia tengah menghabiskan yogurtnya cepat karena dirinya harus kembali memeriksa pasien, pintu kaca UGD terbuka. Menampakkan Candra yang celingukan ke kanan dan ke kiri. Dan ketika mendapati Diandra yang duduk di bangku kayu, Candra mendesah lega menghampirinya.

"Siang ini katering ayam lodoh. Kok cuman makan itu?" tanyanya seraya duduk di sebelah Diandra. Diandra mengangkat bahu cuek. Tak tertarik dengan ayam lodoh.

"Duh santen. Nggak nafsu makan gue."

"Roller coaster." celetuk Candra seraya membuka hapenya. Diandra mengernyit.

"Hah?"

Candra membalas tatapan bertanya Diandra dengan muka datar.

"Kemaren senyum-senyum bahagia. Sekarang muka lo keruh. Kaya roller coaster. Up and down."

Diandra meringis kecut mengerti apa maksud ucapan Candra. Apa benar wajahnya sekeruh itu?

"Hidup kan juga kaya roller coaster, Can. Sebentar naik, sebentar turun."

"Dan hidup lo lagi dibawah?"

Candra menyimpulkan jawabannya adalah iya karena Diandra diam saja, menunduk mengaduk yogurtnya tanpa minat.

HAIWhere stories live. Discover now