CHAPTER 29

3.7K 439 15
                                    

Semenjak makan malam hangat nan terbuka itu, kini keluarga Diandra sibuk menyiapkan acara pernikahan sang ayah. Meskipun itu hanya pernikahan sederhana dan Diandra berada di pihak lelaki, tapi tetap saja. Papa harus mencarikan seserahan. Membeli jas hitam yang sesuai, mengurus surat-surat pernikahan. Sementara Diandra dan Elma sibuk memutuskan baju apa yang akan mereka pakai nanti.

Mereka sedang berpikir untuk membeli kain batik tenun dan membuatnya jadi seragam. Dari dress Elma dan Diandra, pakaian untuk kedua anak Elma, serta kemeja untuk mas Barry serta Juna yang juga akan disertakan. Hubungan Diandra dengan tante Ria juga semakin dekat. Walaupun tetap masih ada kesenjangan diantara mereka karena merasa asing satu sama lain, tapi mereka tetap berusaha sebaik mungkin.

Hingga akhirnya hari H itu tiba. Diandra tersenyum lega bukan main ketika sang ayah sudah menyelesaikan kalimat keramat itu dan diakhiri dengan seruan wali, "SAH!". Para keluarga yang hadir berdoa dengan khusyuk begitupun juga Diandra. Wanita itu memejamkan matanya. Berdoa kepada Tuhannya semoga ini pernikahan terakhir untuk ayahnya dan tante Ria. Dijodohkan hingga maut memisahkan, dan menjadi keluarga yang sakinah. Serta Diandra tak lupa mendoakan ibunya sendiri yang sudah istirahat tenang di nirwana.

Makasih, ma. Sekarang papa, aku, mbak Elma sudah bahagia. Makasih.

Setelah ijab qabul selesai, semua tamu bertandang ke kediaman tante Ria yang memiliki halaman belakang rumah yang luas. Bahkan bisa menampung puluhan orang untuk berdansa atau sekedar pesta barbeque. Mungkin mantan suami tante Ria dulu adalah bos. Dan Diandra tak percaya kini rumah luas itu hanya ditinggali tante Ria seorang mengingat anak tunggalnya sekolah diluar negeri.

"Rumahnya luas banget, tante." desah Diandra menyaksikan pemandangan siang itu. Tante Ria tersenyum cantik yang saat itu mengenakan kebaya dan kerudung putih berkilau payet perak. Sederhana namun tetap memikat. Menyerahkan es sirup untuknya. Kini para tamu tengah makan siang di taman belakang tersebut. Bahkan Diandra bisa melihat Juna tengah menggodai Ryan dengan Arif.

"Habis acara ini, tante mau jual rumahnya." Diandra syok mendengar penuturan tante Ria yang kini sudah resmi menjadi ibu tirinya tersebut.

"Kenapa tante?"

Tante Ria nampak menerawang jauh, tersenyum sedih.

"Tante kan udah nikah, jadi tante harus ikut papa kamu, Di. Awalnya rumah ini mau tante kasih ke Raka aja klo dia udah nikah. Tapi Raka nggak mau. Terlalu banyak kenangan pahit antara tante sama mantan suami tante, katanya."

Diandra mengusap bahu tante Ria dengan prihatin. Mantan suami tante Ria tak hadir. Meskipun sudah diundang, tapi sepertinya tante Ria maklum akan keangkuhan pria yang pernah menjadi cintanya dulu.

"Aku...boleh nggak manggil tante...bunda?" bisik Diandra sendu menatap tante Ria dengan penuh harap. Dan reaksi tante Ria adalah terharu, matanya berkaca-kaca. Diandra segera memeluk tante Ria erat. Merindukan seorang ibu yang pernah mengisi hidupnya dulu.

"Kamu selalu jadi anak bunda, Didi. Dari dulu. Anak Mona, anak bunda juga." ujar tante Ria bahagia mengusap rambut Diandra seperti anaknya sendiri. Diandra tertawa senang. Akhirnya setelah sekian lama, Diandra kini punya ibu. Tempat ia mengadu, seseorang yang nantinya akan selalu menunggunya dirumah. Memanjakannya. Dan Diandra harus beruntung, karena ayah memilih tante Ria yang sudah ia kenal dekat.

"Makasih ya bunda." balas Diandra berkaca-kaca mengingat ibunya. Tante Ria kini adalah bundanya. Kenyataan yang membuat wanita itu senang sekaligus bersedih. Bagaimanapun, Mona- ibu dari Diandra pernah sedekat nadi dengannya.

"Nanti kita ke ibumu bareng-bareng ya?" tawar ibunda Ria. Diandra mengangguk semangat.

"Boleh."

HAIWhere stories live. Discover now