CHAPTER 27

4K 442 13
                                    

Lemesin say, gak usah tegang2. typo bertebaran yaa. enjoy ^^

***

"Assalamualaikum."

Siena yang sedang menonton tv di ruang tengah terusik akan suara dari luar. Seperti suara abangnya. Anak itu keluar dan membukakan pintu.

"Waalaikumsalam. Lho, mbak Didi!"

Diandra yang cukup membaik kondisinya tersenyum lebar kepada adik Juna.

"Halo, Ina." sapanya hangat. Siena menghampiri cepat Diandra dan memeluk tubuh wanita itu sampai oleng.

"Mbak Didi, kok lama banget sih kesininya? Udah Ina tunggu dari dulu. Pasti abang pelit nih."

Juna menoyor kepala adiknya main-main. Kok bisa-bisanya tidak berterima kasih malah menyalahkan.

"Dia tuh sibuk tau!! Kamu aja yang endel*. Pake sok-sok minta ajarin matematika. Ada guru di sekolah buat apa?"

Diandra terkikik geli melihat muka imut Siena yang manyun sesekali mencubiti abangnya tersebut. Sampai seorang wanita paruh baya ikut muncul diantara mereka, terkejut.

"Lho, dokter Didi?" Diandra tersenyum, mencium tangan ibu Juna sopan.

"Assalamualaikum, tante. Didi aja, tante. Nggak usah pake dokter." Semuanya tertawa melihat ibu Juna kikuk sendiri.

"Iya, mbak Didi. Ayo masuk, mbak. Main-main sini. Udah lama kan nggak kesini." perintah ibu membuat Juna, Diandra, dan Siena masuk untuk melanjutkan obrolan mereka. Diandra menatap penuh rindu pada rumah Juna. Dulu sekali ia cukup sering kesini. Apalagi bermain dengan Siena. Main monopoli, ular tangga yang selalu berakhir Juna yang kalah, lalu rumah-rumahan, banyak lagi.

"Kangen ya?" goda Juna melihat reaksi Diandra. Diandra mengangguk mantap.

"Banget!"

"Dek, bikinin mbak Didi minum gih!" suruh Juna kepada Siena yang seolah tak rela meninggalkan Diandra. Anak itu melesat cepat menuju dapur supaya ia juga bisa segera kembali ngobrol dengan pacar kakaknya tersebut.

"Nggak usah repot-repot kali, Yang."bisik Diandra pada Juna. Sang ibu tersenyum senang, mengetahui bahwa putranya ini kembali bersama Diandra. Habis Diandra itu menantu able.

"Nggak papa, mbak. Ina tuh dirumah kerjaannya nonton korea aja. Belajarnya bentar-bentar doang. Masnya sampe mau buangin kaset-kaset drama koreanya Ina."

"Habis gara-gara itu belajarnya cuman setengah jam doang. Makanya try out nggak pernah lulus." Omel Juna membuat Diandra kembali terkekeh.

"Jangan dibuangin lah. Itu hiburannya klo suntuk. Masa kamu suruh belajar terus." bela Diandra.

"Ya iyalah!"

"Padahal kamu dulu juga jarang belajar."

"Dulu itu nggak belajar lulus-lulus aja, Ndra. Nah sekarang tambah susah. Jadi kudu rajin." angkuh Juna dan Diandra menggelengkan kepala. Ibu Juna hanya tersenyum, bangkit berdiri membiarkan waktu khusus untuk anaknya. Tak mau menginterupsi.

"Mbak Didi, ibu tinggal ke dapur dulu ya. Masih mau goreng ikan."

Diandra nampak melebarkan mata, meletakkan bantal sofa yang ia buat untuk sandaran tangannya.

"Mau dibantu, tante?"

Sang ibu melambaikan tangan sambil berlalu.

"Nggak usah. Mbak Didi disini aja." lalu beliau segera masuk, digantikan oleh Siena yang membawa nampan berisi tiga gelas minuman berwarna merah dan setoples biskuit asin.

HAIWhere stories live. Discover now