CHAPTER 20

4.4K 490 36
                                    

Juna baru saja sampai dikantornya. Dia keluar dari lift dan menyusuri lorong dimana ruang kerjanya berada. Ketika ia tak sengaja berpapasan dengan Nayla yang membawa dua bendel map yang cukup tebal isinya menuju lift. Juna tersenyum kecil, apalagi saat Nayla tersadar Juna tengah memandanginya ramah. Membuat ekspresi Nayla yang semula sebal karena harus mengantar map setebal buku Harry Potter ini ke lantai lima belas, menjadi sirna berganti dingin.

"Hai, Nay." sapa Juna saat dia sudah di dekat Nayla. Tapi senyum Juna memudar, Nayla tak merespon sapaan paginya tersebut. Terang-terangan gadis itu melengos dan tak menanggapi Juna. Membuat lelaki itu merasa aneh dan asing. Juna cuman bisa menggaruk tengkuknya, dia lupa bahwasanya Nayla adalah tipe yang begitu dari awal. Mengapa ia harus kebingungan karena sapaannya tak dibalas? Apa Juna berharap gadis itu menyapanya balik?

Entahlah, Juna hanya ingin bersikap baik pada Nayla.Hitung-hitung tambah teman kan. Mungkin pagi ini Nayla sedang badmood. Semasa bodohlah. Juna berbalik dari menatap kepergian Nayla yang hilang dibalik lift, lalu dia sendiri melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.

***

Selepas shalat magrib dimana langit sudah berwarna oranye, Juna pulang dan segera memasukkan tas ranselnya ke dalam mobil.

"Kamu udah selesai? Aku baru mau keluar parkiran nih." ucap Juna menelpon Diandra.

"Ya udah kesini aja dulu. Nanti kamu tunggu aku lima belas menitan ya." balas Diandra dari sebrang.

"Oke, see you."

"See you."

Lalu Juna mematikan smartphonenya dan mulai mengendarai mobil keluar dari parkiran. Ketika ia melewati pintu A, dia menangkap bayangan seseorang yang tadi pagi sempat mengusiknya. Dan ketika mobil Juna semakin mendekat ke arahnya, benar saja. Nayla tengah duduk di bangku depan kafe Starbucks dan memandang ke jalanan dengan tampang frustasi. Tak sadar bahwa mobil yang berhenti tepat didepannya ialah Juna. Lelaki itu segera membuka jendela kacanya.

"Nay, nggak pulang?" seru Juna heran. Nayla tampak tersentak. Ia tak mengira bahwa Juna akan menyapanya sore ini. Cewek itu menggeleng kikuk, tak ada senyuman.

"Iya."

"Nunggu jemputan?"

"Iya." jawab Nayla singkat kembali membuat Juna malas. Dimatikannya mesin mobil dan keluar dari situ menghampiri Nayla.

"Mobil lo masih di bengkel temen gue?"

Nayla kelabakan mendapat pertanyaan itu. Dia sebenarnya malas menyahuti Juna, dia kan niatnya menghindari Juna.

"Udah balik kok."

"Terus?" tuntut Juna lagi. Nayla menghela nafas panjang. Agaknya ia memang benar tak bisa menjauhi Juna.

"Mobilnya udah tua. Bokap gue takut mogok lagi."

"Oh, sekarang dijemput siapa?" Nayla mendongak menatap Juna yang masih berdiri dihadapannya membuat tinggi Juna berkali lipat karena Nayla sedang duduk. Raut mukanya kesal sekali diberondong pertanyaan basa-basi.

"Gojek." ketus Nayla bermaksud mengusir Juna. Tapi pria itu sama sekali tak peka, malah ikutan duduk.

"Lah, nggak ada yang jemput, Nay?"

"Nggak ada."

Juna diam berpikir sejenak. Kasihan juga sih pada gadis satu ini. Rumahnya jauh dari kantor, jalannya juga biang macet, naik gojek pula. Alhasil, Juna berniat membantu sekali-sekali lah.Hitung-hitung pahala.

"Sama gue aja yuk, Nay." tawar Juna ramah. Nayla menatap Juna tajam, tak habis pikir akan sikap ajaib Juna. Dia tak maulah jadi korban PHP. Meskipun ia sadar kalau Juna tak bermaksud begitu. Naylanya saja yang terlalu berharap. Juna kan memang baik.

HAIWhere stories live. Discover now