Empat

50.2K 5.3K 33
                                    

Asa tidak tahu sudah berapa lama dia berada di dalam ruangan berbau rempah dan pinus ini. Berapa orang yang keluar masuk ruangan ini pun dia hapal di luar kepala. Dua perempuan yang pernah didengarnya pertama kali saat keluar dari kegelapan adalah yang paling diingatnya, mereka yang paling sering keluar masuk dan menunggui dalam waktu lama. Lalu seorang laki-laki yang suaranya sangat uzur berbau tengik dan jahe panas. Hanya tiga orang itu yang datang lama. Selebihnya hanya sosok pemilik langkah ringan yang sangat dirindukan Asa.

"Aku tidak percaya Thanay belum kembali. Kukira dia enggan bertemu Mirallae. Perempuan tidak tahu diri.'' Suara perempuan penggosip memulai percakapan. Asa geram tiap kali perempuan ini mengeluarkan suara. Tidak pernah jauh dari mengejek Mirallae. Bathinnya bersumpah jika dia bisa bergerak kelak perempuan ini akan dia hajar. Seorang Asa tidak pernah takut pada siapa pun. Dia bahkan tidak sungkan melabrak papa dan istri keduanya. Apalagi perempuan penggosip itu.

"Jash, aku sedih melihat perlakuan Mirallae pada Inatra dan Thanay. Dia tidak pernah memperdulikan kebaikan yang mereka berikan. Namun aku juga tidak tega melihatnya tidak sadarkan diri berbulan-bulan seperti ini. Aku mengasihaninya'', balas perempuan satu lagi yang diketahui Asa bernama Mano. Asa penasaran apa pekerjaan dua perempuan itu. Mereka menghabiskan waktu lama di ruangan ini.

"Inilah karma, Mano. Baiknya kita berhati-hati agar kejadian Mirallae tidak terulang pada keluarga kita.'' Perempuan penggosip terdengar berbicara sambil berjalan menjauh dibuntuti Mano.

Asa tebak sebentar lagi laki-laki bersuara uzur berbau jahe panas tengik akan datang. Membakar sesuatu di salah satu sudut membuat seisi ruangan berbau rempah menyengat. Dan benar saja, laki-laki itu datang dan melakukan apa yang sebelumnya dia lakukan.

"Mir, cepatlah sadar. Ada Inatra yang menunggumu'', ucap laki-laki itu di sisi sebelah kanan tubuh Asa. Kemudian suara pintu raksasa ditutup.

Hening.

Inatra. Ratusan bahkan ribuan kali Asa mengulang nama itu. Tak ada sahutan sama sekali. Pernah dia menduga tidak ada Mirallae di dekatnya. Namun mendengar orang-orang itu selalu menyebut nama Mirallae membuatnya kembali yakin dia tidak berada jauh dari teman barunya itu. Barangkali Mirallae mengalami nasib yang sama dengannya. Tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Lebih parahnya mungkin Mirallae kehilangan kemampuannya mendengar suara bathin Asa.

Mir, aku merindukanmu. Aku merasa sendirian di sini.

Gelap.

Kemana pemilik langkah ringan itu? Hati dan otakku menginginkan sentuhannya. Berengsek. Sosok itu candu buatku. Dia pasti memasang jampi di tubuhnya.

Laki-laki tua itu membakar lebih banyak rempah. Sumpah aku sesak dengan aroma menyengat ini.

Ya Tuhan, kapan kegelapan ini pergi.

Burung-burung tidak lagi terdengar suaranya. Hewan-hewan itu tidak mengunjungiku. Eh, yakin itu hewan? Sepertinya ini dunia Mirallae, bisa saja burung di sini bentuknya beda.

Waktu itu aku mencium aroma tanah basah tapi tidak mendengar suara hujan. Apa seseorang menyiram tanah ya?

Sebaiknya perempuan penggosip itu jangan datang lagi. Omongannya membuatku kesal. Tapi temannya si Mano boleh datang. Mano lebih menyenangkan daripada Jash penggosip.

Thanay, Thanay, Thanay.. hapalkan nama itu Asa. Thanay terdengar sangat familiar, apa aku kenal ya? Kurasa Mirallae tidak pernah menyebut nama itu sebelumnya.

Thanay dan Inatra. Emm Mirallae punya cinta segitiga dengan mereka?

Penjaga istal istana itu kenapa tidak pernah dibicakan Jash lagi. Aahh Asa, kau berharap Jash jangan datang tapi jelas-jelas kau banyak tahu dari mulut embernya.

Bisa saja penjaga istal istana bernama Inatra.. atau Thanay.. entahlah. Aku bingung.

Asa menutup sisa waktu kesendiriannya dengan ocehan monolognya. Dia berusaha untuk tetap sadar. Dirinya takut jika sewaktu-waktu ajalnya menjemput. Dia memang mempunyai pembawaan berani namun kematian mamanya membuatnya acap kali gentar mendengar kata kematian. Dia melihat jelas bagaimana mamanya bernapas tersengal-sengal sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir. Penutup segala duka mamanya pun awal lara hidup seorang Asana Ayu.

SurealWhere stories live. Discover now