Dua Puluh Delapan

27.8K 3.6K 45
                                    

Asa menambah tumpukkan batu dekat tepian jurang batas dunia. Suasana sepi dan langit cerah tak mampu memberi ketenangan hati baginya. Ada ketakutan diikuti kesakitan yang memaksanya untuk menyelesaikan sesuatu yang fatal.

"Aku selalu ingin tahu, kemana sang ratu pergi bersama janinnya setelah malam itu?" Tanya Asa.

Duduk tak jauh darinya, Seth berada. Kepala yang tadi terpangku di atas kaki depan lantas terangkat. "Dia dikurung dalam kamarnya."

"Apa?" Asa terkesiap, ngeri akan nasib sang ratu. "Siapa yang melakukannya?"

"Suaminya."

"Bagaimana bisa? Ratu sangat kuat. Dia yang terkuat di seluruh negeri."

Seth dapat melihat kilat kemarahan dalam mata Asa. Perempuan itu sepantasnya marah karena penglihatan-penglihatan yang diterimanya merupakan bagian masa lalu Sang Ratu yang membawa seluruh perasaan Sang Ratu dan terserap Asa. Seth sendiri masih sukar mengerti betapa kuat ikatan garis keturunan para penyihir murni hingga ingatan dan perasaan dari moyang di masa lampau dapat terulang di masa kini sebagai akibat sebuah kutukan.

"Seth," panggil Asa. Dia telah menunggu cukup lama untuk mendapat jawaban.

"Sang Ratu melemah setelah mengutuk malam itu. Lalu suaminya mengurung Sang Ratu dalam kamar."

"Tak adakah cinta dalam hati suaminya sampai-sampai tega mengurung istri yang tengah hamil?" Nada pilu dalam suara Asa begitu ketara. Dia mendengar terikan marah Sang Ratu saat penglihatan sebuah tangan menarik kenop pintu hingga merapat dan pencahayaan dalam ruangan terbatas oleh sebatang lilin.

"Pengetahuanku tak menjangkau hati setiap makhluk."

Seth merebahkan lagi kepalanya. Sudah tiga hari sejak Asa datang ke Yolessis, harapan para naga membengkak kian detik, tetapi kegelisahan merayapi Seth. Asa adalah perempuan dan membawa segala ingatan Sang Ratu, Seth khawatir bila Asa akan bertindak melewati batas.

"Karena kutukan itu, Mir merasakan kemalangan yang sama beratnya dengan Sang Ratu," gumam Asa. Dia telah membuat tiga tumpukan batu yang kemudian menjadi orbit untuk tarikan garis yang dibuatnya pada tanah. Asa menabur garam yang diberikan Seth tadi pagi. Ini adalah ritual yang diajarkan Seth. Jika dia memang keturunan Sang Ratu, tak ayal darah sihir akan menunjukkan jalan. Asa butuh jalan untuk mengembalikan 'segala' hal pada tempat semula.

Cissa harus mengembalikan apa yang dimiliki Mir, pikir Asa. Matanya menyipit menatap buah karyanya yang berkilau ditimpa sinar. Garam naga mengubah tumpukan batu dan garis orbit jadi menakjubkan. Matamu akan menangkap jutaan spektrum indah.

Seth mengintip dan sama sekali tak tergugah. Dia telah mengajarkan apa yang dibutuhkan Asa. Kini bantuan apapun tak akan berguna jika bukan tekad Asa yang membimbing pada tujuan.

Asa merapatkan mata, merapal mantra yang dihapal sepanjang malam. Dia menantikan pagi ini, waktu dimana hatinya butuh kemantapan dan pembuktian bahwa dia memang keturunan Sang Ratu, bukan sekadar beruntung memperoleh penglihatan.

###

25/08/2018

SurealWhere stories live. Discover now