Lima Belas

38.8K 4.4K 45
                                    

Arena latihan prajurit terbagi atas tiga area. Area latihan fisik, area latihan memanah, dan area latihan senjata. Area latihan fisik dibagi berdasarkan tingkat prajurit. Tingkat calon prajurit, prajurit pemula, prajurit senior, dan ketua kelompok. Panglima seperti Thanay dan Don masuk ke dalam tingkat ketua kelompok. Area latihan mereka terpisah agak di belakang, dibatasi pepohonan apel yang rimbun.

Donalen merebahkan tubuhnya di sisi Thanay. Tubuhnya luar biasa lelah. Barusan dia adu duel dengan ketua kelompok penjaga hutan yang baru naik pangkat. Tenaga giyom muda jelas beda dengannya. Bukan sekadar fisik Don lelah, kepalanya juga mumet dibanjiri pekerjaan dari sang raja sekaligus adik iparnya.

"Kenapa kelompok pemberontak semakin kuat? Setahuku, mereka tidak punya anggota yang memiliki bakat sihir." Don memulai percakapan. Dia menutupi matanya dengan lengan. Terpaan mentari siang menyengat kulit dan menyilaukan matanya.

"Belum ada yang tahu. Dugaan sementara, kelompok pemberontak ini punya tambahan anggota," sahut Thanay yang menyandar di batang pohon apel. Tubuhnya tidak kalah lelah dari Don namun sebagai panglima perang, sudah kewajiban mereka terus berlatih fisik. Sebab mereka akan ikut turun ke medan perang. Kekuatan dan ketahanan fisik amat penting bagi seorang prajurit.

"Menteri perlindungan kerajaan akan mengadakan pendataan ulang seluruh warga. Memastikan siapa saja warga yang pergi keluar kerajaan dengan atau tanpa alasan," lanjut Thanay.

Donalen segera bangkit dari tidurnya. Dia memutar kepalanya. Memeriksa seberapa dekat orang-orang dari jangkauan mereka. Sikap waspada yang sudah dia pelajari semenjak mendaftar sebagai prajurit kerajaan.

"Kau tahu, Thanay, Mir termasuk warga yang pernah keluar kerajaan," bisik Don serius.

"Apa?" Thanay nyaris melupakan kejadian sebelum tidur panjang istrinya. Ya, Mir ditemukan oleh penebang kayu di dekat lembah Ishna. Awalnya penebang kayu itu mendengar isak tangis Inatra lalu mencari keberadaan puterinya. Setelah mendengar penjelasan Inatra soal Mir yang masuk lembah, penebang kayu itu mencari Mir.

"Mir bukan bagian dari kelompok pemberontak," sanggah Thanay.

"Aku juga tidak mempercayainya. Tapi kau paham politik." Donalen memajuka duduknya. Ikut bersandar ke batang pohon. Matanya tidak berhenti mengawasi sekeliling. Biarpun mereka punya jabatan tinggi, tidak menutup kemungkinan ada segelintir orang yang mengharapkan kejatuhan mereka. Entah dari satu kementrian atau dari luar kementrian mereka.

Thanay yang menyadari sikap antisipasi Don, ikut mengawasi sekitar. Sejak remaja mereka sudah dididik tidak mudah percaya termasuk pada orang terdekat dan lingkungan. Latihan ini meningkatkan daya awas mereka berdua.

"Aku dengar kabar di balai pendidikan mengenai tidur panjang Mir," bisik Don hati-hati.

"Apa itu?" Thanay tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

"Ada dugaan tidur panjang Mir karena bakat sihirnya yang tidak terbendung. Sesuatu yang kuat dan mengancam."

"Bagaimana bisa?" Thanay terlonjak di tempat. Tidak mampu menahan posisinya yang membelakangi Don. Dia harus memastikan Don tidak sedang becanda.

"Aku serius." Don menghela napas lemah. "Aku benci mengatakannya tapi aku pikir para sesepuh penyihir menduga Mir dapat menggulingkan posisi Wilema jika kekuatan dari keturunan giyom penyihir murninya keluar."

"Mir tidak memiliki kekuatan sihir. Bukankah mendiang Raja Artha sudah menguji kekuatan Mir sampai lima kali. Jangan lupa mendiang Raja Artha pernah mendatangkan seekor Ipahsya hanya untuk menguji kemampuan sihir Mir. Dan dia tetap gagal. Mir tidak memiliki kekuatan apapun. Bukankah ketua penyihir sebelum Wilema, Yodra sudah memberikan pernyataan bahwa Mir terlahir sebagai giyom biasa?" Thanay tidak bisa menyembunyikan amarahnya. Politik di dalam kerajaan ini memang kejam. Demi duduk di dekat singgasana raja dan ratu, banyak yang menggunakan cara licik.

"Ya, aku ingat Ipahsya, kadal raksasa yang konon katanya mirip naga. Berliur racun dan matanya bisa membuat siapapun yang melihat akan berhalusinasi. Hewan sihir mengerikan. Mendiang Raja Artha mestinya menjadikan hewan langka itu sebagai senjata militer dibanding alat penguji sihir Mir." Don bergidik ngeri mengingat betapa buas Ipahsya. Dan Mir kecil pernah bertaruh nyawa melawan hewan sihir itu hingga nyaris mati.

"Mendiang Raja Artha menginginkan Mir menuruni kemampuan orangtuanya. Sangat jarang seorang giyom penyihir berdarah murni yang bisa melahirkan keturunan. Oleh karena itu kebanyakan giyom penyihir akan menikahi giyom di luar bakatnya. Sehingga sangat sedikit yang berdarah murni giyom penyihir."

"Mestinya mendiang Raja Artha mengadakan penelitian mengenai kelahiran giyom penyihir yang rendah jika dia ingin memperkuat angkatan militer dengan kekuatan sihir."

"Apa kau ingat Sirasae?" Tanya Thanay sudah lebih tenang.

"Sirasae? Giyom yang mengurus kuil penjaga dunia?" Don pernah mendengar nama itu tapi tidak pernah bertemu dengannya. Kuil penjaga dunia berada di luar kerajaan. Di puncak bukit yang bernama Thasa. Dilingkupi sihir kuat sehingga tidak sembarangan orang bisa masuk ke wilayah bukit itu kecuali mereka yang dikehendaki penjaga dunia. Konon kabarnya begitu.

"Ya, Sirasae yang merawat kuil penjaga dunia." Thanay mengangguk.

"Ada apa dengan Sirasae?"

"Yodra pernah berkata Sirasae adalah paman dari Mir."

"Sir-Sirasae yang terkenal di seluruh dunia adalah paman Mir?" Don bukan seorang yang mau belajar sejarah dunia mereka namun segelintir nama yang sangat terkenal dia hapal. Termasuk Sirasae yang kemahsyurannya diagungkan seluruh raja giyom.

"Ya. Mendiang Raja Artha pernah memerintahkan tujuh prajurit dengan kemampuan mata-mata terbaik mencari keberadaan Sirasae. Dalam seminggu, tujuh prajurit itu satu per satu kembali dalam kondisi tidak sadarkan diri membawa secarik surat yang isinya menentang tindakan mendiang Raja Artha. Surat itu atas nama Sirasae. Sebulan kemudian Raja Artha sakit keras lalu wafat. Usaha mengeluarkan bakat Mir dihentikan sejak kematian Raja Artha."

Donalen bertukar iba lewat mata pada Thanay. Dia tidak pernah menyangka ada rahasia besar di balik kehidupan perempuan yang berstatus istri sahabatnya itu. Dia hanya berpikir Mir beruntung diangkat anak oleh raja terdahulu tanpa tahu ada siasat besar dibalik pengangkatan itu.

"Yodra yang menjadi raja sementara menggantikan mendiang Raja Artha mengeluarkan keputusannya bahwa Mir tidak punya bakat apapun. Mir bebas dari pendidikan wajib penyihir dan dimasukan dalam sekolah kerajaan yang sepantasnya dia terima sebagai puteri angkat mendiang raja." Thanay mendengakan kepalanya memandangi langit yang biru cerah dan matahari yang cahayanya menantang.

"Apa Mir punya potensi sihir?" Don ragu menanyakan ini namun dia ingin memastikan keluarga sahabatnya jauh dari invasi politik.

"Selama kami menikah, tidak sekalipun Mir menunjukan gelagat penyihir. Ketika melahirkan Inatra juga dia sama seperti perempuan lain." Thanay terdiam. "Kecuali..."

"Kecuali apa?"

"Don, cari buku mengenai mendiang Ratu Qinara dalam perpustakaan istana. Baca di tempat, jangan membawanya jauh dari tempat buku itu disimpan." Hanya Don yang punya akses keluar-masuk istana tanpa izin, Thanay memercayai Don bisa melakukan hal ini.

"Jangan sampai siapapun mengetahuinya. Termasuk Ratu Cissa dan Raja Jed," peringatan Thanay dibalas anggukan Don.

SurealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang