Empat Puluh Tiga

19.6K 2.5K 105
                                    

Asa tak memiliki kemampuan merawat orang sakit, setidaknya itu yang dia pikir mengenai kondisi badan Thanay. Mereka berada di tengah hutan, jauh dari segala fasilitas yang membantu Thanay lekas sadarkan diri.

"Hutan, maukah kau membantuku lagi?" Tanya Asa pada keheningan hutan. Tak ada sahutan. Tidak ada satu pun bunyi makhluk malam yang menyahut. "Antarkan aku dan Thanay menuju sumber mata air. Aku mohon."

Hening. Asa tak lagi meragu pada ikatannya dan alam. Dia akan menunggu bantuan datang sambil mengelus rambut keabu-abuan Thanay. Mata pria itu masih rapat dan deru napasnya begitu tenang, tetap saja tidak mengurangi kekhawatiran Asa akan kondisi mengenaskan Thanay.

Rumput bergemerisik. Dahan melambai. Ranting bergerak lembut membuat suara kreta kretak yang singkron dalam alunan musik angin. Daun-daun yang berguguran terbang terbawa angin, berputar di sekitar Asa dan Thanay. Asa berdiri dan mundur beberapa langkah. Putaran daun merapati Thanay, membungkus badan pria jangkung itu kecuali kepala. Thanay tampak bagai kepompong manakala dirinya diangkat bersamaan daun yang menyelimuti. Sulur-sulur tanaman menjadi kaki bagi kepompong daun itu, bergerak lambat memimpin jalan Asa mencapai keinginannya. Mata air.

***

Goa itu bermandikan cahaya kunang-kunang yang menari riang di atas danau kecil di dalamnya. Sebuah pohon raksasa tumbuh gagah di tepian danau, daunnya yang lebat memayungi keindahan goa dengan hamparan bunga-bunga merah muda dan putih, laksana permadani hijau berhiaskan sulaman kembang berkelopak lima. Riak air danau menandakan ikan-ikan penghuninya penasaran pada tamu mereka yang tak lazim.

Asa membasahi robekan gaunnya dengan air danau yang dingin nan segar. Kemudian membawa kain itu pada pasiennya yang terbujur belum sadarkan diri, bahkan setelah mereka berpindah sejauh ini. Asa mengelap wajah Thanay hati-hati. Dia mengamati luka-luka pria itu yang berupa luka gores, tak cukup dalam, namun tetap menyebabkan pendarahan.

Asa memberanikan diri melepas syal yang membelit leher Thanay. Dia melanjutkan kegiatannya membersihkan leher, mencari sumber lain darah yang mengotori badan.

"Aku tak akan bisa membersihkan badanmu, panglima. Bisakah kau bangun dan memudahkan aku melepas pakaianmu?" Asa sadar pertanyaannya akan berbuah keheningan. Thanay belum sadarkan diri, bahkan air segar pun tak sanggup diminumnya.

"Aku akan mencuci syalmu, tunggu di sini." Asa mengelus wajah rupawan pasiennya. Ada gelanyar tak rela berjauhan. Ada keinginan merengkuh sepanjang waktu tubuh Thanay. Meluapkan segala rindu yang membengkak dalam dadanya yang rapuh. Mencintai seorang pria bukanlah sesuatu yang mudah, pikirnya.

###

Potong lagi 😂🤘

SurealWhere stories live. Discover now