Sembilan Belas

32K 4.1K 34
                                    

Asa terbangun di atas ranjang yang biasa dia tiduri. Kepalanya sakit luar biasa. Sesaat dia kebingungan lalu perlahan dapat memahami situasinya. Dia dibawa pulang Thanay, itu potongan ingatan yang masih diingatnya sebelum pingsan.

"Jash," panggil Asa yang malah menemukan sosok lain di dapurnya. Jash dan Mano memberi tatapan panik pada Asa dan melirik takut pada tamu yang memunggunginya. "Jed?" Asa mendekati tamu asingnya.

Sang raja berbalik dalam senyum ramah. Asa menghela napas penuh syukur. Bukan salah seorang dari kawanan berjubah yang mengikatnya kemarin. Walau kehadiran raja di rumahnya juga bukan pertanda yang baik.

"Bagaimana keadaanmu, Mir?" Jed sengaja berdiri untuk mengarahkan Asa duduk di kursi yang dia tarik.

"Lebih baik. Apa yang dilakukan raja di rumah rakyat jelata?"

Kedua alis Jed menukik, tak berapa lama dia tertawa. "Demi penjaga dunia, aku datang ke kediaman puteri kerajaan. Apa yang aneh dari ide itu?"

"Tetap saja bukan sesuatu yang lumrah."

"Baik." Jed melirik Jash dan Mano yang paham keberadaan mereka mengganggu pembicaraan sang raja. Mereka membungkuk dalam bentuk penghormataan sebelum keluar lewat pintu belakang. "Apa yang terjadi kemarin? Beritahu aku!"

"Ke-marin?" Asa merasakan keanehan dengan kehadiran Jed ditambah pertanyaan ini, Asa curiga sepenuhnya.

"Aku datang ke balai pendidikan begitu mendengar kabar kau ditangkap penyihir elit. Mengerikan sekali, penyihir elit kerajaan berlaku layaknya para pemberontak."

"Kau ke sana?"

"Bagaimana bisa tidak datang? Aku juga penasaran apa yang mereka perbuat pada kakakku," kata Jed dengan lirikan usil.

"Katakan saja kau mau menertawaiku kan?" Asa tidak tahu muncul dari mana ucapannya namun semuanya seolah mengalir dan wajar di antara mereka. Dirinya merasa terbuka dan sangat mengenal Jed.

"Ya, kurang lebih begitu. Tidak sangka saja mereka akan mengikatmu. Rasanya seperti mengulang pengalaman yang lalu." Wajah Jed berubah masam sementara Asa tertarik pada kata 'mengulang'.

"Apa aku pernah mengalami hal serupa?" Tanya Asa berhati-hati.

"Kau..." Jed menatap Asa curiga lalu lanjut bicara, "melupakannya?"

Asa butuh seseorang yang berpihak padanya. Seseorang yang akan membantunya, selain Dasen. Thanay bukan pilihan, menurutnya. Dan Cissa, Asa tidak tahu kenapa dia tidak ingin bertemu ratu itu. Barangkali Jed, dengan kekuasaan tertinggi di kerajaan dapat memberinya bantuan. Dia butuh bantuan memasuki perpustakaan balai pendidikan.

"Setelah bangun dari tidur panjang, kepalaku sakit dan beberapa ingatan menghilang," cerita Asa. Jed memperhatikan dengan seksama. "Dan kadang aku mengalami sakit kepala."

"Kita perlu tabib-"

"Tidak perlu, Jed. Dasen rutin membuatkanku ramuan herbal berbau eugh." Asa menjepit hidungnya menggunakan ibu jari dan telunjuk lalu menampilkan wajah jijik yang membuat Jed tertawa.

"Siapa orang-orang bodoh yang mengatakan Puteri Mirallae sombong dan menyebalkan? Mereka hanya kurang seberuntung aku mengenal dirimu yang lucu. Kakak kesayanganku." Jed membawa Asa masuk dalam pelukannya. Pria berkulit pucat ini memiliki pelukan hangat dan rasa melindungi yang sangat nyaman.

Asa membenamkan wajahnya pada dada Jed. Menghirup aroma citrus dan mint yang entah mengapa sangat dikenalnya.

"Jangan takut, aku di sini!" Bibir bocah laki-laki kecil mendekati sisi wajahnya. "Aku akan menjagamu."

"Aaaaakh!!" Kepala Asa serasa dihantam palu besi. Sakit luar biasa. Sampai-sampai dia mendorong dada Jed yang mana membuat Asa sendiri jatuh terjungkal dari kursinya. Tangannya masih meremas rambutnya. Kepalanya menunduk hingga kening dan pahanya bertemu.

Jed meraih bahu Asa, menggoyangnya agar Asa kembali sadar. "Mir, katakan apa yang kau rasa?"

"Sa-sakit," cicit Asa kepayahan.

"Ayo kita mencari Dasen."

"Tunggu!" Asa menarik napas panjang. Mengatur napas dan duduk dengan kedua kaki merapat pada dadanya. "Jed, apa kau mau membantuku?"

"Ya, tentu saja. Katakan apa yang kau butuhkan."

"Izinkan aku masuk ke perpustakaan balai pendidikan."

"Kenapa?"

"Karena aku ingin membaca."

Jed membawa kepala Asa ke dalam pelukannya kembali. "Jangan ke sana. Aku takut mereka akan mencelakaimu. Pergi saja ke perpustakaan istana. Jika kau butuh buku tertentu, minta pada Masimuy, dia yang akan mencarikannya dari perpustakaan balai pendidikan. Jangan coba membuatku khawatir dengan pergi ke tempat yang sama dengan Willema."

"Apa aku boleh masuk perpustakaan istana?"

"Tentu saja, bodoh. Kau puteri. Semua anggota keluarga kerajaan berhak masuk ke sana."

"Terima kasih, Jed. Aku sangat menghargai pertolonganmu."

"Aku yang berterima kasih kau tetap hidup."

Ada yang ganjil dari ucapan Jed tapi Asa menepisnya jauh. Masih banyak waktu baginya mengenal dunia ajaib tempat tinggal Mir.

Hadiah taun baru 🎆🎆🎆
Moga kamu2 syukaaa ❤❤❤

SurealWhere stories live. Discover now