Chapter 14 - Scared to be lonely

3.6K 133 1
                                    

Playlist : Scared to be lonely - Martin Garrix & Dua Lipa 🎶

***

V

ivian menganga tak percaya saat melihat Jen dan Rachel jalan berdampingan.

"Hai ...," sapa Rachel begitu mereka berdiri di hadapan Vivian.

"Jen? Rachel? Serious? This is real? I'm not dreaming?"

Jen berdecak lalu menggeleng. "Apa kamu yakin bahwa kamu sedang bermimpi dengan posisi berdiri dan di siang terik seperti ini?"

Rachel terkekeh kecil lalu berkacak pinggang. "Bisa slow sedikit bicaranya, Jen?"

"Kalian sudah berdamai?"

"Tidak!"

"Ya."

Jen dan Rachel menjawab pertanyaan Vivian bersamaan. Mereka lalu saling beradu pandang. Jen memasang wajah datar, sedangkan Rachel tersenyum manis.

Vivian mendesah frustrasi, lalu berdiri di tengah-tengah dua gadis itu dan merangkul keduanya. Mereka masuk ke dalam toko buku bersama. "Jangan tegang begitu, Jen. Kita bertiga bisa menjadi teman yang baik," ujar Vivian.

Jen mendengus kesal lalu meraih headset dan memakainya. Jen memutar lagu Shape of You yang dicoveri Madilyn Bailey. Jen sedikit menyandungkan lagu tersebut sehingga Vivian dan Rachel bisa mendengarnya.

"Ternyata suaramu bagus juga," puji Vivian.

Jen hanya diam tidak menanggapi.

"Guys .... Aku mau cari novel dulu, ya," pamit Vivian sambil melepas rangkulannya.

"Aku temani, ya?" tawar Rachel.

"Kamu temani Jen saja."

Jen segera menggeleng. "Rachel temani Vivi saja. Aku mau sendirian. Tidak tenang jika bersama dia," ujar Jen ketus sambil menekankan kata 'dia'.

Vivian pun mengangguk setuju. Mereka berdua lalu berjalan menuju rak kumpulan fiksi itu.

Jen masih menikmati musik dengan berbagai Jenis aliran yang terdengar di telinganya. Kali ini Scared to be lonely yang dinyanyikan oleh Dua Lipa tengah mengalun di pendengarannya. Jen memilih duduk di salah satu bangku yang memang tersedia di toko buku ini. Barangkali ada pengunjung yang ingin membaca sekilas isi buku yang berupa rangkaian tulisan itu sebelum memutuskan untuk membelinya. Jen sesekali mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja mengikuti alunan musik yang didengarnya. Dia memejamkan matanya sambil menggerakkan badannya mengikuti irama. Dia tidak peduli apabila orang-orang yang ada di toko buku ini menganggapnya gila atau apalah. Karena dia tidak mau terlalu memusingkan hal itu.

Jen terperanjat saat merasakan sebuah tepukan pada bahunya. Mata Jen spontan sudah terbuka. "Siapa yang berani ganggu aku?!" gerutunya saat tak ditemukannya seseorang tengah berdiri di depannya. Jen mendengus kesal lalu dengan terpaksa membalikkan tubuhnya ke belakang. Matanya membulat sempurna saat melihat siapa orang yang sudah membuatnya kesal.

"Hai ...."

Orang itu dengan tidak tahu malunya duduk di sebelah Jen, lalu mencopot salah satu ujung headset dari telinganya dan memasangkannya di telinganya sendiri. Anggap saja mereka sedang berbagi headset?

Orang itu tampak menyenandungkan lirik lagu yang sedang didengar Jen. "Lagu yang bagus. Apa judulnya?" tanya orang itu sambil menoleh ke arah Jen yang duduk di sampingnya.

Jen tidak menjawab, dia mengunci mulutnya rapat-rapat. Bagaimanapun dia tengah kesal. Orang itu menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum miring. Dia lalu merebut iPod Jen dari tangan pemiliknya.

"Hei!" pekik Jen. Tetapi, orang itu hanya mengangkat kedua bahunya cuek lalu memilih sibuk dengan isi iPod Jen.

"Rupanya ini judulnya."

Jen mendengus kesal lalu membuang mukanya. Dia merutuki Vivian dan Rachel yang lama sekali.

"Wait .... Wait .... Jangan bilang bahwa dirimu sama seperti lirik lagu ini, Nona." Kali ini orang itu mengalihkan perhatiannya dari iPod Jen.

Dengan paksa Jen merebut iPod itu. "Aku sudah terbiasa sendirian," ucap Jen penuh penekanan di setiap katanya.

"I know. Aku bisa lihat itu," ujar orang itu santai.

"Sebaiknya kamu pergi dari sini, Jaz!" usir Jen.

"Why? Apa kamu takut William jealous saat tahu kita berduaan?"

"Tidak sama sekali."

"Berarti tak apa kalau aku tetap di sini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Aku hanya risi karena sepertinya otakmu itu belum disterilkan."

Jaz menyipitkan matanya dan menautkan kedua alis tebalnya. "Sejujurnya kita perlu sedikit racun untuk menghancurkan racun yang ada pada diri kita. Seperti halnya yogurt, butuh bakteri untuk fermentasi."

Jaz lalu merebut iPod itu lagi lalu memutar lagu Attention yang dinyanyikan Charlie Puth. Setelah itu dia mengembalikan kembali iPod itu. "Aku suka lagu ini."

"Aku tidak bertanya!" jawab Jen ketus.

Jaz hanya menggeleng-geleng kecil lalu mulai menikmati lagu kesukaannya. Tanpa disadari, Jen juga mulai hanyut dalam setiap not lagu itu. Mereka sesekali menyenandungkan liriknya. Mereka terlihat seperti pasangan yang serasi.




TBC

***

Hayo ngaku!!! Siapa yang tadi sempat ngira yang ganggu Jen itu william?

Hahahaha...

Suprise!!! Kalau begitu.

Jangan lupa vote dan comment ya.

SevenTeen ✅Where stories live. Discover now