Chapter 68 - Second Chance?

2.2K 87 1
                                    

Playlist : Thank U, Next - Ariana Grande 🎶

***

Jen menatap langit yang berubah mendung dari jendela. Sepertinya langit mengerti akan kondisi hatinya saat ini. Jen menatap cincin berlian yang melingkar di jari manisnya. Ukurannya sangat pas dan juga cantik ketika Jen yang memakainya. Cincin ini berasal dari William. Gadis itu baru sadar bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di buket bunga itu ketika William sudah pergi.

Jen sempat menangis kala membaca note dari William. Rasanya William berhasil membuat pertahanannya runtuh. Jen ingin kembali ke pelukan pria itu, tetapi tidak untuk saat ini. Hatinya masih terlalu sakit dan juga Jen ingin melihat perjuangan William untuk mendapatkannya kembali.

Dari isi note itu, Jen mengerti bagaimana perasaan William. Akan tetapi, bagaimana pun juga cara pria itu salah walaupun niatnya tulus sekalipun.

To My Lovely Angel,

Aku, William Johansson, sadar dan mengakui segala kejahatan yang telah kulakukan terhadapmu Jennifer Anlikie. Tetapi, aku hanya manusia biasa yang belum dapat membedakan antara benar dan salah. Aku terlalu dibutakan oleh api cemburu dan dendam hingga tidak melihat sisi lainnya.

Tetapi, dari semua yang kulakukan itu hanya satu tujuanku, yaitu menjadikanmu milikku seorang. Karena aku sadar bahwa seorang William sudah jatuh sedalam-dalamnya ke pelukan Jennifer.

Caraku memang salah, tetapi kini aku ingin berubah. Aku ingin kamu kembali lagi kepadaku, Jen. Kita jalani hubungan ini bersama, kita mulai lagi dari awal. Mohon tuntunlah aku agar bisa menjadi lebih baik lagi, agar bisa menjadi lelaki yang sempurna di matamu, karena aku sadar bahwa kamu adalah arahku saat ini. Sejauh apa pun aku berlari dari kenyataan, pada ujungnya aku selalu kembali padamu.

So, please ... give me a chance. No more. Give me time to show the world to you. Reach our future together.

I love you so much, Jennifer Anlikie. Always and forever.

From William Johansson.

Jen menghapus air matanya kasar. Dia ingin, tetapi dia tidak bisa. Mungkin selamanya mereka tidak mungkin bersama, mengingat bahwa kakek William tidak menyukainya.

Jen tidak tahu apa salahnya terhadap Goldon Johansson hingga pria itu sangat tidak menyukainya. Jen kembali mengusap cincin itu, seharusnya dia tidak boleh memakainya jika dia sendiri tidak bisa menerima William. Akan tetapi, jauh di lubuk hatinya terdalam, Jen ingin bersama William untuk selamanya. Kenapa segalanya harus serumit ini?

Jen melepaskan cincin itu dan memasukkannya kembali ke dalam kotaknya. Dia akan menyimpan cincin ini sampai batas waktu yang tidak ditentukan. "Thank you, William. I love you too," gumamnya.

***

William berdiri di atas shower, memutar kerannya dan membiarkan air mengalir membasahi tubuhnya yang masih dibalut pakaian lengkap.

William terlalu frustrasi dengan semua masalah ini. William perlu menjernihkan pikirannya. Dia mensejajarkan kedua tangannya ke depan dan bertumpu pada dinding kaca, kemudian memejamkan matanya. Pikirannya berputar kembali pada masalah Jen dan juga Chyntia yang benar-benar menjadi bom besar untuk dirinya. William mulai berpikir apakah semua letak permasalahan ada pada dirinya? Apakah memang dia yang bermasalah?

Tetapi, jika dipikirkan lagi, William merasa apa yang dia lakukan sudah tepat. Hanya saja kedua wanita itu yang terlalu mempersulitnya. Wanita dan semua keegoisan mereka.

Kedua matanya terbuka. William mengepalkan kedua tangannya saat perasaan sakit itu datang lagi. Sakit karena selalu ditolak dan dibuang oleh Jen dengan alasan yang menurutnya di luar nalar itu. William hanya meminta kesempatan kedua, apakah itu salah? Mengapa Jen bersikeras menolaknya? Apakah dia tidak cukup baik? Apa memang dia selalu salah di mata Jen? Wanita yang dicintainya itu.

William menggeram marah, rasanya dia ingin memecahkan kaca di hadapannya sekarang juga, tetapi akal sehatnya berhasil menyadarkannya. Untuk apa dia melakukan itu? Untuk apa dia melukai diri sendiri? Jen tetap tidak akan kembali padanya dan William tidak mau gadis itu terluka lagi karenanya.

William nyaris putus asa. Dia sudah berada dititik terlemah antara harus berjuang lagi atau berhenti sampai di sini. Di satu sisi, dia menginginkan Jen dan menikah dengan gadis itu. William merasa dia tidak sanggup untuk kehilangan wanitanya lagi. Tetapi, di sisi lain, dia memikirkan perasaan Jen. Karena William pasti akan memaksakan kehendaknya, namun dia juga tidak ingin gadis itu menderita. Dan persetan soal Chyntia. William benar-benar muak dengan semua drama wanita itu. William akan menyerahkan segala urusan yang berkaitan dengan Chyntia kepada orang yang tepat, yaitu Rey.

William sudah tahu bagaimana perasaan Rey terhadap Chyntia selama ini. Dia bahkan sudah tahu apa yang diperbuat oleh Rey jika dilihat dari tanda yang membekas di leher Chyntia. Dan William sama sekali tidak peduli. Chyntia akan lebih bahagia bersama Rey yang mencintainya dan William tidak mau Chyntia terus berharap padanya.

Tok .... Tok .... Tok ....

Suara ketukan pintu mengagetkannya. Setahunya hanya dia sendiri yang ada di sini, tidak mungkin Chyntia kembali setelah apa yang sudah dia lakukan tadi.

William mematikan keran dan melepaskan semua pakaian yang kini sudah basah, kemudian memakai jubah mandi. Perlahan William berjalan ke arah pintu saat suara ketukan itu terdengar lagi. William membuka pintu dan terkejut melihat ibunya yang ternyata mengetuk pintu.

"Mom ...."



TBC

***

Hola semuanya!!!

MERRY CHRISTMAS!!! 🎄🎁🎆

Sebelumnya aku mau ucapin terima kasih buat kalian yang sudah read, vote, comment dan memasukkan cerita aku ke Reading List kalian. I'm very happy!!! Itu yang buat aku semangat dan rasanya pengen cepat-cepat update.

Oke, jadi kita balik ke bagian sedih-sedihan lagi. Hehehe...

Gak capek thor sedih mulu?
Gimana ya... Sejujurnya alur SevenTeen ini berdasarkan pengalaman aku, perasaan aku tuh gimana, apa yang lagi aku pikirkan. Jadi, ribet banget deh.

Kenapa kisah mereka complicated banget?
Karena alurnya berjalan sesuai pengalaman aku dan yang namanya dunia nyata pasti penuh problematika.

Jadi, pernah selingkuh ceritanya?
Gak lah... Memang sesuai pengalaman. But, tidak semuanya ya. Catat! Pastinya ada ditambahi bumbu-bumbu. Namanya fiksi, bukan edisi curhatan.

Pernah ditinggal orang yang dicintai ya?
Pernah banget dan rasanya nyesek parah. Tapi, dari sana aku belajar untuk berubah dan tidak egois lagi.

Oke, author mulai ngawur, kita selesaikan disini saja. Pokoknya jangan lupa untuk vote chapter ini ya.

See you....

SevenTeen ✅Where stories live. Discover now