Chapter 78 - Beautiful ....

2.2K 73 0
                                    

Happy Valentine semuanya 💕

Berhubung hari ini hari berbahagia bagi yang taken dan hari ngenes bagi yang jomblo kayak author. Maka dari itu, author bikin scene ini untuk kalian yang senasib ma author.

Semoga kalian pada suka, ya. Jangan lupa untuk klik bintang kecilnya.

***

Playlist : Butterfly - BTS 🎶

***

Jen sudah siap dengan dress maroon-nya. Rambutnya dibiarkan terurai dengan ujungnya yang bergelombang. Jen melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya.

06:45 PM. Seharusnya sebentar lagi William tiba di rumahnya.

Entah mengapa Jen merasakan jika jantungnya berdetak kencang, seolah ini kencan pertama mereka. Tetapi, jika dipikirkan lagi, kapan terakhir kali mereka keluar bersama yang dapat dinyatakan sebagai kencan?

"Hi, baby!"

Jen mendongakkan kepalanya dan tersenyum pada William. Pria itu tampak gagah dengan setelan jas mahalnya. Sambil membawa sebuah tas kecil Jen menghampiri pria itu.

"Apa aku datang tepat waktu?" tanya William sembari menaik turunkan alisnya.

Jen spontan melirik jam tangannya dan tersenyum jenaka. "Anda justru semenit lebih cepat dari waktu janji."

William ikut melirik jam tangannya. 06:59 PM. "Benar. Lalu, apakah aku mendapatkan sebuah penghargaan?"

Jen maju selangkah, kemudian mengecup pipi William cepat. Setelah itu dia berjalan melewati William untuk sampai di pintu depan.

"Hei! Di pipi tidak dihitung!" teriak William sembari mengejar langkah kaki Jen.

***

William menuntun Jen untuk melangkah ke depan karena kedua mata Jen ditutup menggunakan dasi panjang milik William.

Sejujurnya Jen merasa was-was. Saat William mengatakan ada surprise untuknya, entah mengapa dirinya justru ketakutan. Jen takut apabila ternyata William ingin mempermainkannya. Membalas semua rasa sakit yang selalu ini Jen torehkan padanya. Tanpa sadar Jen meremas ujung gaunnya dengan satu tangan saat mereka akhirnya berhenti.

"Wil ...."

"Hm?"

Jen menelan ludah gugup sebelum bertanya, "Apakah kita sudah sampai?"

"Yup. Sekarang sudah boleh buka penutup matanya."

Dengan perlahan Jen melepas ikatan di belakang kepala dan menurunkan dasi itu dengan perlahan, walaupun sebenarnya matanya masih terpejam. Sungguh .... Rasanya dia sangat takut untuk membuka mata. Takut jika inilah saatnya dia harus menerima fakta.

Jen terkejut tatkala merasakan sentuhan ringan di pipi kirinya.

"Kenapa masih menutup mata, Jen? Are you afraid?"

Jen mengangguk pelan dengan kedua mata terus terpejam. Kini dia merasa pelukan hangat dari William. Jen dapat merasakan jika punggungnya menabrak dada bidang milik pria itu.

"Ssstt .... Tidak ada apa pun, baby. Aku bersumpah jika aku tidak akan melakukan apa pun. Aku hanya ingin berkencan denganmu. Karena seperti yang kita tahu bahwa sebelumnya kita tidak pernah berkencan."

SevenTeen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang