Chapter 67 - My Hero!

2.4K 91 6
                                    

Chyntia menunggu kepulangan William dengan perasaan gugup. Pasalnya dia ingin membahas kelanjutan dari hubungan mereka. Chyntia tahu bahwa tidak ada yang bisa diharapkan dari hubungan palsu ini, yang ada hanya dia sendiri yang terluka. Dapat dilihat dari William yang tidak mau lagi tinggal di mansion yang sama dengannya sejak kehadiran Jen kembali.

Sudah bertahun-tahun Chyntia menyimpan perasaan ini untuk pria itu. Bukan dari ketika senior high school, tetapi sudah sejak lama saat mereka berada di elementary school. Saat itu dia selalu menjadi bahan bully-an dari seniornya dan William datang di saat yang tepat saat senior-senior kejam itu hendak menyakitinya. Chyntia jatuh cinta pertama kalinya pada sosok pahlawannya itu dan berjanji akan terus bersama pria itu sampai kapan pun.

William mengajarkannya agar kuat dan tidak boleh cengeng agar tidak mudah ditindas. Dan semenjak itu pula Chyntia berubah dan selalu melawan apabila senior itu hendak mengganggunya. Ini terus berlangsung sampai senior high school, di mana Chyntia sudah memiliki genk sendiri dan tentunya tidak mudah ditindas lagi.

Chyntia menyeka air matanya yang tidak sengaja mengalir. Menarik napas sebanyak mungkin dan menekan sakit yang ada pada hatinya. Chyntia sudah tahu bahwa William kembali berkutat untuk mendekati Jen dan hanya tinggal menunggu waktu dia dibuang. Rasanya sangat menyakitkan ketika seseorang yang kita anggap adalah pahlawan dan kita puja, justru adalah orang yang menyakiti kita lebih dalam. Rasanya seperti lebih memilih untuk mati, dibandingkan harus menanggung sendiri rasa sakit itu.

Pintu apartment terbuka dan William masuk dengan wajah datar. Chyntia berdiri hendak menyambut kepulangan pria itu, tetapi melihat raut wajah pria itu yang mengerikan, Chyntia lebih memilih untuk diam.

"Untuk apa kau kemari?"

Chyntia meneguk ludahnya susah payah. Sejujurnya ini bukan waktu yang tepat untuk membahas masalah mereka. Tetapi, jika tidak sekarang, maka dia tidak akan mendapatkan kepastian.

"Aku ingin membahas kelanjutan dari hubungan kita ini. Aku tahu jika harusnya aku tidak berharap pada hubungan palsu ini. Aku juga tidak mau dipermainkan terus seperti ini, William. Jika kamu memang memilihku, tolong jangan lagi mengejar wanita itu. Tetapi, jika kamu hanya memperalatku, tolong bebaskan aku sekarang juga. Uang yang kamu berikan pada Daddy, aku janji akan menggantinya."

William tertawa mengerikan, pandangan matanya menusuk dan itu membuat Chyntia takut.

"Memperalat katamu? Kamu berbicara seolah aku yang jahat kepadamu, Chyntia. Apa kamu tidak sadar bahwa selama ini kamu yang terus menempel padaku? Ikut campur dengan semua urusanku? Kamu yang melemparkan dirimu kepadaku, bukan aku yang memaksamu."

Chyntia mengepalkan tangannya, menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia harus kuat dan tidak boleh ditindas lagi. Chyntia meneguk ludahnya kasar dan menatap William tajam.

"Aku akui akan hal itu, tetapi aku melakukan itu semua karena perasaanku padamu. Sayangnya kamu tidak pernah melihat itu, William. Pantas saja Jen meninggalkanmu karena kamu sama sekali tidak pantas untuk dicintai!"

"Tutup mulutmu itu, bitch!" maki William sambil menunjuk Chyntia. "Jika kamu memang mau pergi, aku tidak akan mencegahmu. Untuk masalah ayahmu, kamu tidak perlu membayarnya dan terima kasih atas semua kerja kerasmu selama ini. Tetapi, maaf ... aku dan kamu adalah ketidakmungkinan."

Chyntia tidak mampu lagi menahan air matanya, dia menangis dan memalingkan wajah dari William. Dia tidak mau terlihat lemah di hadapan pria itu. Chyntia segera berlari, melewati William dan keluar dari apartment pria itu.

Chyntia terperanjat kala melihat Rey sudah berdiri di luar pintu dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku. "Rey ...."

"Akhirnya kamu mengambil keputusan yang tepat, Chyntia. Memang seharusnya kamu menjauhi William," ucap Rey dengan santai.

Chyntia menyeka air matanya dan menatap Rey tajam. "Apa kamu pikir aku akan berlari ke arah mu setelah dia mencampakkanku?! Tidak akan! Kamu dengan dia sama saja! Kalian brengsek!"

Rey berdecak kesal, lalu menarik Chyntia ke dalam pelukannya. "Berhenti mengumpat. Dan jangan harap kamu bisa lari dariku!"

Chyntia memberontak, berusaha melepaskan pelukan ini, tetapi Rey akan semakin memeluknya erat. "Lepaskan aku, brengsek!"

"I like you so crazy."

Chyntia terdiam, dia tidak lagi memberontak. Rasa sakit itu menghantamnya, membuatnya lagi-lagi menangis.

"Sssttt .... Jangan menangis lagi. Mulai sekarang aku yang akan menjadi pahlawanmu."

***

Rachel, Vivian, Samuel, Jaz, dan Justin tengah berkumpul di sebuah cafe dekat dengan hotel yang Rachel dan Vivian tempati.

"Jadi, benar semua yang kalian katakan? William dan Jen masih saling mencintai?"

Rachel dan Vivian mengangguk serentak.

"Hal itu tidak perlu ditanyakan lagi. Kita sama-sama melihat keterpurukan Jen dan kegilaan William. Mereka hanya saling menyakiti satu sama lain," ujar Jaz.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan? Aku tidak setuju jika Jen kembali pada William," ucap Rachel berapi-api.

"Sssttt .... Tenanglah, sweetheart," ucap Sam berusaha menenangkan kekasihnya.

"Tetapi, kita tidak bisa memisahkan mereka. Lihatlah, sejauh apa pun mereka berpisah, pada akhirnya mereka bertemu kembali," timpal Justin.

"Tetapi, bagaimana dengan Chyntia? Walaupun hubungan mereka hanya pura-pura, tetapi pers menganggapnya sungguhan," tanya Vivian khawatir.

"Masalah itu adalah urusan William. Itu bukan kewenangan kita. Masalah sekarang adalah Jen yang tidak mau menerima William lagi, sedangkan pria itu terus mengejar," ucap Jaz.

"Ya, mereka sama-sama keras kepala. Aku sendiri bingung harus memihak pada siapa, keduanya adalah teman kita," ujar Sam.

"Untuk saat ini kita hanya bisa menunggu keduanya untuk mengendalikan diri terlebih dahulu. Dan soal Chyntia kurasa itu bukan masalah, Rey dapat mengatasinya," ucap Jaz sambil memperbaiki letak kacamatanya.

"Rey???" kaget semuanya.

Jaz menatap mereka dengan sebelah alis terangkat. "Kalian belum tahu, ya?"


TBC

***

I'm back... Yuhuuuuu!!!
Akhirnya UAS dan tugas author sudah beres. Finally, author bisa kembali ngetik.

Oh ya! Bantu milihin cover dong. Author bingung nih! Dan makasih banyak buat kalian yang sudah milihin.

Sejujurnya author pengen ngajuhin cerita SevenTeen ini ke penerbit. Tapi author takut, karena sadar masih banyak banget kekurangannya.

Menurut kalian gimana?

Kalo misal ini jadi novel. Kalian mau beli, gak?

Oke deh itu saja. Jangan lupa untuk vote chapter ini ya.

See you....

SevenTeen ✅Where stories live. Discover now