Chapter 15 - I Support You

3.8K 129 21
                                    

Vivian, Rachel, dan juga Samuel tengah duduk di sebuah cafe yang tak jauh dari toko buku tempat mereka bertemu sekaligus meninggalkan dua temannya di sana.

"Sam .... Kamu tanggung jawab ya kalau sampai Jen mengamuk," ucap Vivian.

Sam seketika melotot ke arah Vivian. "Kenapa aku?" protesnya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ya kamulah. Kan kamu yang ajak kita ke sini."

"Tetapi, 'kan kamu mau juga," seru Sam balik.

"Pokoknya salah kamu!"

"Hei! Kamulah!"

"Kamu!"

"Kamu ...."

"Sudah kubilang kamu. Kalau kamu laki-laki sejati, mengalahlah pada perempuan."

"Eittss ... untuk yang satu ini tak akan."

"Isss .... Menyebalkan"

Rachel menutup kedua kupingnya dengan tangan. "Stop!"

Mereka dua spontan berhenti lalu menatap Rachel bersamaan.

"Kalian ini apa-apaan? Berisik tahu!"

"Habisnya dia—"

"Diam!" potong Rachel sebelum Vivian mulai mengoceh lagi. "Pokoknya kita bertiga yang akan tanggung jawab bersama. Titik!" finalnya.

Sam dan Vivian hanya mengangguk pasrah lalu menunduk.

"Kalian ini seperti anak kecil tahu, tidak?! Lagipula Sam ... kenapa kamu dan Jaz bisa ada di sini?" tanya Rachel serius.

Sam menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil cengengesan. "Tadinya kita mau cari bahan untuk tugas kelompok, tiba-tiba Jaz malah menghampiri Jen, ya sudah aku sama kalian saja."

"Lagipula untuk apa Jaz mendekati Jen? Apa dia tidak takut sama William?" tanya Vivian.

Sam dan Rachel saling beradu pandang. Seolah-olah mereka sedang melakukan telepati. Kemudian mereka sama-sama menggeleng tidak tahu.

Vivian mengerutkan keningnya. "Kalian kompak sekali! Ada yang disembunyikan, ya?"

"Tidak, Vi. Kebetulan sama saja gelengnya, ya 'kan, Sam?"

Sam langsung mengangguk.

Vivian memutar bola matanya malas. "Harusnya Rachel duduk di sebelah Sam. Eh, ini malah aku yang ditengah. Sebenarnya sudah sampai tahap mana pendekatannya?" celetuk Vivian.

"Tidak sampai mana-mana," jawab Rachel malas.

"Lalu, sekarang kita mau bagaimana? Balik ke sana? Mereka pasti sudah mencari kita," tanya Sam mengalihkan pembicaraan.

"Kalau kita balik, kita mau kasih alasan apa?" tanya Vivian bingung sambil memukul dagunya dengan jari telunjuk.

Rachel dan Sam juga tampak berpikir keras.

"AHA!"

Vivian dan Sam menoleh saat reaksi Rachel sepertinya mendapat ide. Mereka menatap Rachel penuh harap.

Rachel membuang napas berat. "Aku tidak kepikiran apa pun," ucapnya sambil menggeleng.

Vivian dan Sam sama-sama menghembuskan napas gusar. Sam lalu menatap Vivian, tetapi Vivian sudah mengangkat kedua tangannya ke udara tanda menyerah.

Sam mengacak rambutnya lalu berpikir lagi. Semenit kemudian dia menjentikkan jarinya. "Seperti ini saja ...."

***

SevenTeen ✅Where stories live. Discover now