Chapter 48 - Misunderstand

2.1K 72 5
                                    

Playlist : Pillowtalk - ZAYN 🎶


***

Jen tengah mengendarai mobilnya dengan santai sembari mendengar alunan musik jazz dari radio mobilnya. Dirinya selalu merasa tenang ketika mendengar musik itu hingga membuatnya menjadi sangat menyukai musik jazz. Jen terpaksa mengerem mendadak saat sebuah mobil tiba-tiba menyalip dan berhenti di depan mobilnya. Jen mendengus kesal lalu keluar dari mobil, berniat untuk memarahi orang yang menghalangi jalannya.

Dengan tak sabaran Jen mengetuk kaca jendela mobil itu. Jen sempat mengerutkan keningnya saat melihat kaca mobilnya gelap sehingga dia tidak bisa melihat orang yang mengendarai mobil tersebut.

Pintu bagian pengemudi terbuka dan keluarlah seorang pria dengan setelan formalnya. Jen mengerutkan keningnya saat melihat punggung lebar milik orang itu yang terasa familiar baginya.

Sejenak Jen mengesampingkan pemikiran itu. Dia harus secepatnya menyuruh orang itu untuk menyingkirkan mobilnya. "Maaf .... Tolong pinggirkan mobil anda karena menghalangi jalan saya."

"Aku tidak peduli," ucap pria itu dengan masih memunggungi Jen.

"Tetapi, saya harus segera pulang, Tuan."

Untung saja jalanan begitu sepi sehingga tidak ada pengemudi lain yang akan meneriaki mereka karena menghalangi jalannya.

Napas Jen terasa tercekat saat dia melihat orang itu sudah membalikkan badannya. Rasanya oksigen di sekitarnya tiba-tiba saja menghilang dan dadanya terasa sesak. Tak terasa air mata mulai jatuh membanjiri pipinya dengan deras. Jen menatap lekat-lekat wajah pria itu. Hatinya terasa sakit, senang, dan marah dalam waktu bersamaan.

"Lama tidak berjumpa ya, Jennifer Anlikie."

Jen menggeleng tak percaya lalu mengusap air matanya kasar. Dirinya lalu berjalan mendekati pria itu. Menangkup wajahnya dengan kedua tangannya dengan sedikit berjinjit tentunya mengingat pria itu lebih tinggi darinya.

"Apa ini benar dirimu, William?"

William menatap Jen datar, lalu menurunkan tangan Jen dari wajahnya. "Jangan menyentuhku, bitch!"

Jen membulatkan matanya mendengar panggilan William untuknya. Bitch? Apa dirinya serendah itu di mata pria yang dicintainya itu? Jen memundurkan langkahnya dengan mata masih terarah pada William yang tengah menatapnya tajam.

"Pinggirkan mobilmu karena aku mau lewat!" ucapnya datar tanpa memedulikan siapa yang menjadi lawan bicaranya saat ini.

"Setelah lama tidak bertemu, inikah sambutan anda untukku, Ms. Anlikie?"

Kedua tangan Jen mengepal kuat. Dia yakin pria di depannya ini bukanlah Williamnya, melainkan iblis yang menjelma menjadi William.

"Persetan dengan sambutan untukmu! Sebaiknya kau pinggirkan mobilmu sekarang juga atau aku akan meledakkannya di depan matamu!"

William memasukkan satu tangannya ke dalamsaku celana, lalu melangkah mendekati Jen dengan tatapan mengintimidasinya. "Lakukanlah jika Anda memang bisa melakukannya."

Jen semakin bergerak mundur. "Apa maumu?"

William menghentikan langkahnya. "Aku hanya ingin mengucapkan selamat atas pertunangan Anda dengan kakak saya."

Jen mengernyitkan keningnya bingung. "Aku? Bertunangan? Dengan kakakmu? Apa kau tidak salah mendapatkan informasi? Aku saja baru bertemu dengannya beberapa waktu lalu setelah dua tahun ini."

William tiba-tiba saja berjalan ke arah mobilnya dan mengambil sesuatu. Lalu, menghampiri Jen kembali dan melempar benda itu tepat di depan kaki Jen.

"Masih mau berkilah, Nona?"

Jen memungut benda itu dan seketika matanya terbelalak melihat nama yang tertera pada undangan itu.

Morgan Johansson & Jennifer Anlikie

Jen lalu mengalihkan pandangannya dan melempar balik undangan itu pada William. "Apa maksud dari semua ini? Kalian berniat mempermainkanku, hah?! Aku sama sekali tak tahu akan undangan itu!" pekiknya tak terima.

William lalu menginjak undangan itu dengan kakinya hingga plastik bening yang membungkus rapi undangan itu menjadi sobek.

"Dasar penipu! Setelah berkata bahwa kau mencintaiku, kau malah memilih pergi dengan kakakku. Lalu, saat aku kembali ingin mendekatimu, kau malah menolakku mentah-mentah dan sekarang kau akan menjadi kakak iparku. Apa kau tak sadar bahwa kaulah yang mempermainkan diriku."

"A-aku tidak bermaksud begitu, William. Percayalah bahwa aku sangat terpukul saat mendengar berita kematianmu yang ternyata hanya kamuflase itu."

"Dasar gadis bodoh! Kau kira aku masih memercayaimu setelah apa yang kau lakukan terhadapku?"

Air mata itu kembali mengalir saat mendengar William tidak mempercayai dirinya lagi. Jen menggeleng lalu berjalan mendekati William.

"Kita harus segera meluruskan semua ini. Ini salah paham! Aku tidak pernah bertunangan dengan Morgan. Pasti ada yang berniat buat memisahkan kita, William."

"Dengar, aku sama sekali tidak peduli lagi akan hal itu. Lagipula aku sudah memiliki seseorang yang jauh lebih baik darimu dan lihat cincin ini," ucap William sambil memperlihatkan cincin yang melingkari jari manisnya. "Kami sudah bertunangan dan akan segera menikah dalam beberapa bulan ke depan."

Jen menggeleng tak percaya. Rasanya ada ribuan jarum yang menusuk jantungnya. Sakit sekali mengetahui orang yang kita tunggu dan kita cintai sudah bersama dengan orang lain. Apa ini akhir dari segalanya?

"Siapa wanita itu?" tanya Jen sesenggukan.

"Chyntia Hilbert," jawab William dengan santainya.

Jen menatap William tak percaya lalu segera berlari ke arah mobilnya. Meraih tasnya lalu berlari sejauh mungkin meninggalkan mobilnya. Jen sudah tak sanggup lagi mendengar semua kenyataan yang ada. Ini semua sangat menyakitinya.

Sedangkan, William hanya memperhatikan Jen yang semakin menjauh dengan wajah datarnya. Kedua tangannya terkepal kuat. Dia lalu menghela napas dan masuk ke dalam mobilnya. William memukul stir mobilnya. Urat tangannya terlihat sangkin kuatnya dia mencengkeram stir mobil itu. William lalu membuang napas kasar dan menjalankan mobilnya.




TBC

***

Wah! Wah! William is back....

Menurut kalian bagaimana part ini? Menarikkah? Atau malah membosankan?

Lebih suka karakter William yang dulu atau yang baru???

Mohon dijawab ya...

Thanks.

SevenTeen ✅Where stories live. Discover now