Chapter 50 - Tell me where he is

2.2K 80 2
                                    

Biasakan untuk vote diawal ya... 😊

Happy Reading...

***

Playlist : Alive - Krewella 🎶

***

Chyntia akhirnya mendudukkan dirinya di salah satu club malam terkenal di LA. Dia sudah menghabiskan lima gelas cairan berwarna bening, tetapi rasanya pahit itu tanpa ampun. Kepalanya mulai terasa berat. Dia menumpukan kepalanya di atas lipatan kedua tangannya.

Chyntia memikirkan kembali kejadian tadi sebelum dia menginjakkan kaki di club ini. William tiba-tiba saja datang dan mengamuk di mansion-nya. Bahkan dirinya juga menjadi pelampiasan dari amarahnya itu.

Dia hanya pernah sekali ini melihat kemarahan William yang tak terkendali dan itu kejadian dua tahun yang lalu, di mana dia mem-bully Jen. Dan dia sedikit meringis saat mengingat tamparan William dulu pada pipinya.

Sedari dulu dia tidak pernah menduga bahwa William juga tipe orang yang temperamental. Dia hanya mengira William pria dingin, tetapi juga cool disaat yang bersamaan. Dan kali ini entah apa lagi yang membuat William marah-marah. Dia bahkan takut nantinya pria itu terkena darah tinggi karena tidak bisa mengontrol emosinya. Tetapi, hal itu tidak pernah membuat perasaan Chyntia berubah. Entah mengapa selama ini yang ada di hati dan pikirannya cuma William.

Chyntia menghela napas lalu mengangkat kepalanya. Kepalanya semakin berat dan pandangannya mulai buram. Chyntia memijit pelipisnya lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar. Banyak pasangan yang mulai bercumbu dan jangan lupakan keriuhan yang terjadi di dance floor. Tetapi, saat ini dirinya sama sekali tidak tertarik untuk berbaur dengan mereka.

"Sendirian saja?"

Chyntia menoleh ke sampingnya dan menemukan seorang pria yang tengah menikmati minumannya. Wajahnya tidak jelas, tetapi perawakannya terlihat tidak asing. "Anda berbicara pada saya?" tanyanya.

Pria itu meletakkan gelasnya di atas meja lalu menatap Chyntia dengan satu alisnya terangkat. "Jangan terlalu formal padaku. Apa kau tidak ingat padaku?"

Chyntia menggelengkan kepalanya berharap agar dia bisa melihat wajah pria itu dengan jelas tetapi nihil. Tetapi, dia juga sedikit familiar dengan suara berat pria itu. "Siapa kau?" tanyanya kemudian.

Pria itu tersenyum lalu menyentuh bahunya. "Rey Aleckson, ingat? Jangan bilang karena dua tahun tidak berjumpa kau jadi lupa."

Chyntia lalu teringat akan salah satu teman baik William dan dia mengangguk.

"Ternyata kau ...,"gumam Chyntia pelan ,tetapi masih dapat didengar oleh Rey. Dia lalu menepis tangan pria itu dari bahunya.

"Apa ada masalah hingga kau menghabiskan lima gelas minuman beralkohol itu?"

"Bukan urusanmu!" jawab Chyntia ketus lalu mengalihkan perhatiannya dan memanggil bartender untuk memberikannya satu gelas lagi.

"Sudah cukup! Kau sudah minum terlalu banyak."

"Sebaiknya jangan mengangguku jika kau masih ingin melihat matahari esok pagi," ancam Chyntia.

Rey terkekeh. Bukannya takut, dia malah makin merasa tertantang. "Really, lady?" goda Rey.

***

Sinar matahari menerobos masuk ke dalam sebuah kamar melalui cela-cela gorden jendela hingga mengganggu ketenangan tidur si empunya. Chyntia semakin membenamkan wajahnya digulingnya seseorang agar terhindar dari sinar matahari tersebut. Dia memeluk gulingnya erat, tetapi seketika keningnya berkerut bingung. Sejak kapan gulingnya jadi keras dan lebar seperti ini? Seperti tubuh seorang pria. Tiba-tiba saja matanya terbuka lebar dan badannya spontan terduduk. Kepalanya terasa pening akibat minuman beralkohol semalam dan juga karena dia bangun secara tiba-tiba. Dia lalu teringat akan apa yang membuatnya terbangun seperti ini. Matanya refleks melotot seperti hendak keluar saat menemukan Rey tidur di sebelahnya dengan nyenyak dan bertelanjang dada.

Chyntia memijat keningnya yang berdenyut, berusaha mengingat-ngingat apa yang terjadi. Dia juga memeriksa ruangan itu dan ini bukan kamarnya. Apa dia ada di kamar Rey sekarang? Tetapi, kenapa bisa?

"Sudah bangun?"

Chyntia mengalihkan pandangannya ke samping saat mendengar suara berat nan serak khas orang bangun tidur itu.

"Kenapa aku bisa ada di sini? Kenapa aku bisa tidur sama kamu dan di mana ini?" tanya Chyntia beruntun karena sungguh dia tidak mengingat apa pun.

Rey bangun dan mendudukkan tubuhnya di sebelah Chyntia, lalu bersandar pada kepala ranjangnya. "Kau lupa kejadian semalam, sayang? Semalam adalah malam yang membahagiakan bagiku."

Chyntia mengerutkan keningnya bingung. "What do you mean?"

Rey terlihat berdecak kesal. "Jadi, kau benar-benar melupakannya dan masih belum mengerti apa yang terjadi?" tanyanya sambil memandang Chyntia lekat.

Chyntia lalu mengikuti arah pandangnya dan shock saat menemukan tubuhnya telanjang dan hanya ditutupi oleh selimut tebal. "Kau apa 'kan aku?!" pekiknya histeris.

"Ssssttt .... Jangan kaget seperti itu, sayang. Semalam aku hanya mengantarmu pulang, tetapi karena aku tidak tahu alamatmu jadi kubawa ke apartemenku. Saat di sini, kau malah menyerangku sangat ganas."

Chyntia menggeram marah lalu memukul Rey bertubi-tubi. "Dasar bajingan kau!!!"

Rey berusaha mengelak tetapi gadis itu—ups! Ralat, wanita itu malah semakin membabi buta.

"Akan kubunuh kau sekarang juga!!!"

"Hentikan Chyntia!" teriak Rey, tetapi itu tidak membuat Chyntia berhenti.

"Aku membencimu, bajingan!!! Terkutuklah kau!!!"

Habis sudah kesabaran Rey dan Chyntia sudah berhasil membuat mood-nya hancur di pagi hari ini. Rey segera menahan kedua pergelangan tangannya, lalu menariknya mendekat dan menciumnya dengan kasar. Dia melepaskan ciumannya dan juga genggamannya di tangan wanita itu saat Chyntia tidak lagi memberontak dan juga karena kehabisan napas.

"Sudah diam sekarang?"

Chyntia menatapnya marah lalu mendorong bahu pria itu. "AKU AKAN MEMBUNUHMU!!!"

Rey terkekeh lalu menyugar rambutnya ke belakang. "Tenanglah Chyntia .... Aku akan bertanggung jawab."

Chyntia mendengus kesal. "Aku tidak mau. Aku ini tunangannya William dan aku tidak mau sama kamu," desisnya kesal.

Rey seketika membulatkan matanya. "Tunangan William? William yang mana?"

Chyntia tertawa sinis. "Tentu saja William Johansson," jawabnya lalu menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Impossible! William sudah meninggal dan kami semua menghadiri acara pemakamannya. Jangan bercanda! Apa kau sudah tidak waras, hah?!"

Chyntia berdengus kesal. "Kalian semua benar-benar bodoh dan gampang untuk ditipu. William belum meninggal dan selama ini kami tinggal bersama."

Rey menggeram marah. Wajahnya memerah kerena emosi. "Jadi, dia mempermainkan kami semua? Apa dia tidak memikirkan perasaan kami semua? Terutama Jen," geramnya.

Chyntia tersenyum kecut. "Jen? Justru dia yang menjadi alasan utama William menghilang."

Rey cukup terkejut. "Tell me where he is."







TBC

***

Jangan lupa vote dan comment.

See you...

SevenTeen ✅Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin