Chapter 25 - Stone!

3K 100 1
                                    

Playlist : Like I Would - ZAYN 🎶

***

Perlahan mata Jen terbuka dan tiba-tiba dia merasa kepalanya berputar. Jen menyentuh keningnya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Kamu sudah bangun?" tanya William lembut sambil mengelus rambut Jen.

Jen meregangkan otot-ototnya lalu menegakkan tubuhnya. "Kita di pesawat?!" kaget Jen sambil menatap sekelilingnya. William hanya mengangguk.

"Kamu mau membawa aku ke mana sebenarnya?" tanya Jen histeris. Jen memijat kepalanya saat terasa berdenyut.

"Kepalamu pening?" tanya William khawatir.

"William, jawab pertanyaanku!" paksa Jen.

William menghela napas lalu menatap lurus ke depan. "Kita mau ke Miami."

"Dan ini pesawat pribadimu?"

William mengangguk lagi. "Ini Jet pribadi milik orang tuaku."

"Untuk apa kita ke Miami, William?!"

William hanya menunjukkan wajah datarnya.

"Besok sekolah!" ucap Jen mengingatkan.

"I don't fucking care about school. Lagipula aku tahu kamu juga malas sekolah, jadi lebih baik kita liburan bersama."

Jen melipat kedua tangannya lalu mendengus. "Whatever."

William menepuk kepala Jen pelan. "Aku suka gadis penurut."

Jen menepis tangan William lalu menatapnya tajam.

Jen menepis tangan William lalu menatapnya tajam.

"Wow .... Aku lebih menyukai gadis galak. You're hot."

Jen menepuk bibir William, membuat William membulatkan matanya.

"Sakit telinga aku mendengarnya. Aku tidur dulu," ucap Jen lalu menutup mata.

Tiba-tiba William mengecup bibir Jen sekilas. "Sweet dream, baby," bisik William.

Jen masih memejamkan matanya dan mulai masuk dalam dunia mimpinya. William tersenyum lalu kembali fokus pada ipad-nya.

***

Pesawat mendarat di lapangan luas. William menepuk pipi Jen pelan, berniat untuk membangunkan si empu dari tidurnya.

"Bangun ...."

Jen mengerjap-ngerjapkan matanya. Hari sudah gelap ternyata. "Kita sudah sampai?" tanya Jen dengan suara seraknya.

"Ya. Kamu tidurnya nyenyak sekali. Mungkin jika aku 'memperkosamu' kamu juga tak akan sadar," ucap William asal.

Jen memelototkan matanya lalu mencubit perut William bertubi-tubi

"Auw! Auw! Sakit, Sayang!" pekik William kesakitan.

"Rasakan itu, pria mesum!"

William menahan kedua tangan Jen lalu menariknya mendekat. Jen membulatkan matanya.

"Mau apa kau?!"

William tersenyum menyeringai. Dia mendekatkan wajahnya perlahan. Jen berusaha menghindar, tetapi William segera menahan tengkuknya.

"Maaf, Tuan muda, Mobilnya sudah siap," ucap seorang pramugari cantik.

William menjauhkan tubuhnya lalu merapikan jasnya. William memberi kode mata pada pramugari itu agar pergi. Tentu pramugari itu segera mengangguk dan pergi meninggalkan mereka berdua. William mengulurkan tangannya untuk digenggam oleh Jen, tetapi gadis itu malah menepisnya.

"Tidak perlu sok manis, Mr. Johansson!" Jen berjalan mendahului William.

Seorang supir tersenyum ramah dan menunduk hormat pada William dan Jen. Jen membalas senyuman itu, membuat supir itu tersenyum malu. Dia lalu membukakan pintu untuk Jen dan William. Tak menunggu lama mereka langsung masuk ke dalam mobil.

Jen mengerutkan keningnya saat melihat wajah cemberut William. "What's wrong with you, dude?"

William menoleh sekilas lalu kembali menatap ke depan. Dia menghiraukan pertanyaan Jen, membuat Jen mendengus kesal. Supir itu sudah masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mesin dan menjalankannya.

"Percuma punya mulut, tetapi tidak mau menjawab. Apa kegunaan mulutmu itu hanya untuk mencium wanita?"

William menghela napas lalu menatap Jen tajam. "Aku tidak suka kamu tersenyum untuk orang lain, apalagi seorang pria."

Jen mengerutkan keningnya. "Apa hakmu melarangku? Ah! Jangan bilang kamu cemburu." Jen menampilkan senyum menggodanya.

"Tidak!" elak William cepat. "Tidak mungkin aku cemburu, apalagi karena seorang supir. No way!"

Jen menginjak kaki William hingga membuat pria itu mengadu kesakitan.

"Jangan keras-keras bodoh! Kau bisa membuatnya tersinggung," bisik Jen.

William bersidekap sembari menaikkan sebelah alisnya. "Sejak kapan seorang Jen memedulikan perasaan orang lain?"

Jen malah membalasnya dengan senyuman hangat. "Aku punya caraku sendiri, Mr. Johansson."

William secara tiba-tiba mengecup bibir Jen. "Aku suka senyumanmu itu, Ms. Anlikie."

Jen mengerucutkan bibirnya lalu segera membuang muka.

"Teruslah tersenyum seperti itu padaku. Hanya aku! Bukan kepada semua pria!"

Jen tidak menjawab. Dia memilih menatap keluar Jendela.

"Dasar batu!" gerutu William.



TBC

***

Jangan lupa vote dan comment-nya ya...

Contact???
Instagram : (at)funggzz_

SevenTeen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang