Chapter 47 - Don't arrange me!!!

2.4K 65 2
                                    

Claire menatap tajam pria yang duduk di hadapannya saat ini. Pria dengan tingkah arrogant-nya benar-benar bagai kutukan pada siang bolong seperti ini bagi Claire. Pria itu menyesap cappuccino-nya dengan perlahan sembari menghirup dalam-dalam wangi kopi itu. Sudah lima belas menit mereka hanya diliputi keheningan sejak mereka sama-sama menginjakkan kaki di restoran dekat Universitas California, Los Angeles (UCLA).

"Bagaimana kuliahmu?" tanya pria itu memulai pembicaraan sembari meletakkan cangkirnya di atas meja dengan pelan.

"Baik."

Pria itu mengangkat satu alisnya mendengar nada ketus yang terselip dalam jawaban singkat itu. "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku? Aku tidak punya waktu yang banyak untuk meladenimu yang tidak mengeluarkan sepatah kata pun."

Claire menghela napas lalu melipat tangannya di atas meja dan menatap serius ke arah pria tampan berhati es itu. "Apa kau menyuruh Chyntia Hilbert untuk mengawasiku?"

'Pria itu tiba-tiba saja menegakkan punggungnya. Sepertinya dia mengerti arah pembicaraan ini. "Jika kau sudah tahu, kenapa masih bertanya?"

Wajah Claire menegang dan dia menatap tak suka pada pria satu itu. "Jadi benar?"

Pria itu yang tak lain dan tak bukan adalah Morgan Johansson hanya bergumam sekilas.

Claire memejamkan matanya. Berusaha meredam emosi yang mulai membakar dirinya. Sejujurnya jika mereka sedang tak berada di tempat umum, maka dengan senang hati dia akan memaki pria itu dan melampiaskan semua kemarahannya. Tetapi, dia masih memiliki akal sehat untuk tidak mempermalukan diri sendiri. Claire membuka matanya lalu kembali menatap Morgan dengan tatapan penuh permusuhan.

"Jadi kalian sudah bertemu? Rupanya dia bergerak cepat juga. Kukira dia akan menikmati waktu bersama tunangannya dulu."

"Kenapa? Kenapa kamu menyuruhnya?"

"Jawabannya hanya simple. Karena aku tidak mau kau mengganggu Jen."

Mulut Claire menganga kala mendengar jawaban Morgan. Jadi, semua ini karena gadis itu? Sungguh hal yang tak terduga.

"Tutup mulutmu itu! Dasar tidak sopan!"

Claire menormalkan ekspresinya menjadi datar lalu mendengus kesal.

"Jadi, karena gadis bar-bar itu. Dengar, aku sama sekali tidak mengganggunya, tetapi dia yang mengusik ketenteraman kami."

Morgan menyeringai. "Jika kau tidak mau berurusan denganku, maka jangan mencampuri apa pun yang dilakukan Jen. Biarkan dia menikmati kesenangannya sendiri."

"Dasar gila! Kalian adalah pasangan tercocok di dunia. Sama-sama gila dan tidak bisa move on."

Morgan terkekeh geli lalu mengangguk. "Terima kasih untuk pujiannya, Nona Claire yang terhormat."

Claire mendengus kesal lalu menyeruput jus alpukatnya. "Kembali kepada inti permasalahan. Aku tetap tidak mau diawasi. Aku bukan seorang buronan atau pun mafia. Aku hanya seorang mahasiswi yang ingin hidup bahagia."

"Kukira hidupmu tambah berwarna setelah bertemu denganku, Claire."

"Mimpilah yang banyak karena yang ada hidupku bagaikan di penjara saat bertemu denganmu!" dengus Claire dan itu membuat Morgan menatapnya gemas.

'"Well, jika itu maumu. Tetapi, jangan melarangmu bertindak jika kau sudah kelewatan."

"Ya-ya-ya. Terserah apa katamu. Yang jelas suruh Chyntia jangan mengganggu siapa pun dan jangan dekati aku. Segeralah keluar dari UCLA."

Morgan menggeleng. "Itu tidak bisa. Chyntia di sana untuk memberi pelajaran pada pengkhianatnya, sekaligus melanjutkan studinya, jadi dia akan tetap di sana. Tetapi, tenang saja ... dia tidak buas. Dia tidak akan menganggumu jika kau tidak mencampuri urusannya. Biarkan dia melakukan apa yang mau dia lakukan."

"Tetapi, dia menyakiti salah satu mahasiswi!" ucap Claire menaikkan nada bicaranya.

"Kau tidak tahu apa-apa, Claire. Mereka semua dulu satu sekolah dan Cindy Amora adalah penjahat kecil yang telah membangunkan macan tidur."

"Tetapi, tetap saja itu tidak benar!"

"Lalu, kau kira kau benar dengan membela orang yang salah? Sudah kukatakan bahwa Cindy Amora adalah seorang pengkhianat yang pantas diberi hukuman," ucap Morgan juga menaikkan oktafnya.

"Morgan, please ...," lirih Claire memohon.

"Don't arrange me!"

Claire menghela napas. "Dasar kepala batu!"

***

Jen menyunggingkan senyum mengejeknya saat melihat kehebohan di kantin. Tampak di satu meja sana, Chyntia baru saja menuangkan jus tomat ke atas kepala Cindy yang tampak sudah akan mengamuk. Chyntia meletakkan gelasnya di atas meja lalu menepuk tangan sembari berucap, "Happy Birthday, loser!"

Semua penghuni kantin tampak menertawai Cindy yang wajahnya sudah memerah antara marah dan malu.

Jen lalu menghampiri mereka dan bertepuk tangan. "Wah! Sepertinya kalian akan bersenang-senang, ya."

Chyntia melirik Jen dan menaikkan sebelah alisnya. "Of course .... Mau ikutan?"

Jen tersenyum miring lalu meraih asal gelas di atas meja yang berisi kopi panas. Jen lalu menuangkan kopi itu ke atas kepala Sharon. Seketika Sharon memekik kepanansan dan memandang Jen marah.

"Ups! Maaf ... salah sasaran."

Chyntia tertawa, diikuti oleh mahasiswa yang lain yang turut menyaksikan kejadian ini.

"Kau tak salah, Jen. Malahan tepat sasaran," ucap Chyntia sambil menunjukkan senyum mengejeknya.

"Apa-apaan ini?!" pekik Rachel saat melihat kekacauan yang terjadi. "Oh, shit! Kau melakukannya lagi, Jen?" tanyanya sambil memicingkan mata ke arah Jen.

"Aku hanya ikutan. Chyntia yang memulainya. Sepertinya Cindy berulang tahun dan kami memberinya sedikit kejutan."

"Kejutan kau bilang?!" bentak Sharon tak terima.

"Hei! Siapa yang menyuruhmu membuka suara, hah?" ucap Chyntia sambil melihat Sharon tajam dan saat itu juga Sharon memilih untuk diam.

Sedangkan, Cindy mengepalkan kedua tangannya di bawah meja dan bersumpah akan membalas semua ini.

"Lili .... Jika kau tidak mau seperti dua pecundang ini, maka kembalilah mengabdi padaku," ucap Chyntia dengan nada angkuhnya.

Lili mengangguk menurut dan berdiri menghampiri Chyntia. "Chyntia, jangan apa-apakan aku. Mereka yang memaksaku. Kau tahu 'kan aku tidak mungkin menentangmu."

Chyntia berdecak lalu mengibaskan tangannya di udara. "Aku tidak suka seorang penjilat."

Lili terdiam lalu menunduk takut.

Jen meletakkan gelas kosong itu di atas meja, lalu beranjak pergi meninggalkan kantin sambil menarik tangan Rachel agar mengikutinya.

"Kamu keterlaluan, Jen!" ucap Rachel saat mereka berada sudah duduk di atas rumput hijau yang ada di halaman Universitas California, Los Angeles.

Jen memutar bola matanya malas lalu memilih mengeluarkan headset-nya dan mulai mendengar alunan lagu kesukaannya.

"Jangan mengacuhkanku, Jen!" pekik Rachel kesal.

"Berisik!" gerutu Jen.

Rachel cemberut dan mengalihkan pandangannya untuk melihat sekeliling mereka. Matanya menyipit saat melihat Claire turun dari mobil seseorang. Rachel semakin menajamkan penglihatannya dan terkejut melihat siapa yang berada di dalam mobil tersebut.

"Morgan ...."



TBC

***

Jangan lupa vote dan comment ya.
Thanks... 😊

SevenTeen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang