06. Go

18.9K 1.2K 22
                                    

Senangkan kalean double update?!! :') 🖤🖤

DON'T COPY MY STORY

***

"Manis," gumam Victor dengan mata tersenyum sinis, tidak bahkan seperti meremehkannya. Dia kembali mengecup bibirnya singkat kembali. "Aku menyukai benda ini."

"K..kau men..ciumku," katanya dengan terbata-bata.

Wajah Juliet terlihat merona merah karena malu dan gugup, Victor berhasil membuatnya mati kutu.

"Bagaimana apa kau setuju?" tanya Victor.

Dia pria yang handal menaklukan hati wanita dan membuatnya luluh dalam sekejab. Permainannya hanya membuat wanita terasa gugup, di sanalah kesempatan ada. Karena jika seseorang gugup pikiran dan logikanya akan kacau karena hilang fokus.

"Baiklah," kata Juliet lirih, dan satu kemenangan besar diraih Victor malam ini.

"Good girl," katanya tersenyum tipis dan sangat tampan, walau samar.

Victor meninggalkan Juliet mematung begitu saja menuju ruangan pribadinya, dan Jack sudah ada di dalamnya sedang berkutat dengan laptop miliknya.

Jangan salah sangka, walaupun dia tangan kanan Victor, Jack mempunyai bengkel besar dan tentunya terbaik di Amerika Serikat, dia bahkan sudah membuka beberapa cabang. Usahanya sudah besar sebelum Jack jadi tangan Victor.

"Bagaimana apakah dia sudah menyetujuinya, Tuan?" tanya Jack mengalihkan sejenak pada Victor lalu kembali fokus pada kerjaannya.

"Tidak ada orang lain selain kita, bersikaplah selayaknya," kata Victor membuat Jack terkekeh.

Dia sebenarnya tidak nyaman disebut Tuan oleh sahabatnya sekaligus tangan kanannya, hanya saja ini bentuk formalitas di hadapan semua orang. Jika sedang berdua seperti ini, mereka kembali layaknya teman.

"Baiklah, bagaimana apakah dia mau, Victor?" tanya Jack kembali.

"Aku menang." Jack menyeringai menyadari nada bicara Victor seolah mengungkapkan kemenangannya.

"Baguslah, terpenting kau tidak jatuh dalam rencanamu itu."

***

Juliet memandang indahnya Seattle, saat senja seperti ini, begitu menakjubkan. Dia menyukai senja, walau keindahannya tidak akan bertahan lama, apa yang dilihat kita indah belum tentu akan menetap selamanya. Karena keindahan seperti senja, hanya mampu dinikmati sesaat bukan selamanya.

Lalu pada akhirnya, dia akan pergi meninggalkan sisa malam yang kelam. Juliet tidak menyukai sisi seperti itu. Dari tadi dia hanya berdiam diri, tidak melakukan aktivitas apapun, dia tidak membawa dompet, ponsel, dan hal apapun. Semuanya tertinggal di istana terkutuk milik Victor.

"Bersiaplah, seseorang akan datang," kata Victor di belakang Juliet.

Bahkan punggungnya menyentuh dada bidang pria es ini. Sebuah peringatan Juliet maju untuk menghindari dada kokoh itu, dia harus tetap pada tekadnya. Membenci seorang Victor Melvin, dan tidak untuk jatuh pada pesonanya.

"Siapa yang akan datang? Apakah dia keluargaku menjemputku pulang?" tanyanya.

"Perias, malam ini adalah acaranya," kata Victor.

Menuntun Juliet menuju ruangan untuk di make over, di sana banyak sekali jas dengan jenis yang sama, begitu juga kemeja hanya ada tiga warna, putih, biru gelap, dan hitam. Sangat monoton.

"Kau hanya mempunyai punya kemeja tiga warna dalam ruangan sebesar ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau hanya mempunyai punya kemeja tiga warna dalam ruangan sebesar ini?"

"Aku tidak menyukai warna lain," jawabnya simpel.

Sampai dia melihat beberapa baju wanita terpampang di sana, begitu banyak dan hampir semua masih baru. Apakah ini miliknya atau Victor?

"Apakah ini bajumu?" tanya Juliet, sontak Victor mengangguk.

Seketika tawa Juliet meledak sepuasnya, begitu puas sampai-sampai Victor memperhatikan tanpa dia sadar setiap bentuk dan suara tawanya memenuhi ruangan ini.

"Tidak lucu."

"Kau memakainya?" tanya Juliet kembali.

"Tentu tidak."

"Oh, pasti ini punya kekasihmu atau mantan kekasihmu?" dan pertanyaan ini membuat tangan Victor terkepal, sepertinya Juliet salah bertanya.

Lihat saja ekspresi pria itu mengeras dengan rahang menegas menunjukan ketidaksukaan apa yang dia lontarkan dengan refleks, membuat Juliet gencar menggodanya.

"Lebih baik kita tidak bahas ini."

"Kau masih mencintainya, aku yakin kau menderita. Pria malang, pasti gadis itu pergi karena wajahmu terlalu dingin, bahkan es krim pun lebih nikmat dipandang."

"DIAMLAH!" teriaknya lantang.

Tubuh Juliet membeku terkejut mendengar teriakan lantang penuh amarah dari Victor, lihatlah dadanya turun naik. Dia tidak pernah sangka ucapannya membuat pria itu marah seperti ini, bahkan dia tidak berniat menyulutkan amarah Victor.

Tentu saja pertama kalinya dibentak seperti ini oleh seorang pria membuatnya tidak enak dan merasa sesak, dia paling tidak bisa dibentak seorang pria.

Matanya berkaca-kaca, menunduk menyembunyikan wajahnya merahnya. Tangannya bertautan, lalu Juliet kembali menegakkan kepalanya berjalan melewati Victor pergi mencoba menjauh.

Dia akan pergi menuju cabang Axton Company dengan berjalan kaki, menemui keluarganya di sana. Sampai di depan pintu keluar dia tidak melihat beberapa penjaga, membuat dirinya mudah untuk pergi.

Ditengah jalanan yang padat akan kendaraan dan orang berlalu lalang, Juliet menangis dalam diam. Tentunya menangisi nasib hari ini, dibawa pergi, ditahan di istana terkutuk, dan dibentak oleh pria semacam Victor. Dia benci dibentak dan tidak menyukainya, otaknya selalu kacau dan batinnya tertekan.

Juliet lahir dikeluarga terpandang, ayahnya adalah pewaris Axton Company ketiga, dia tidak pernah diperlakukan seenaknya. Dia selalu diperlakukan layaknya seorang putri raja, tetapi tidak membuatnya manja.

Terpenting tidak ada yang pernah ada orang berlaku kasar padanya.

Juliet memutuskan naik taksi, dia tidak perduli akan membayar memakai apa nantinya.

***

Jangan lupa vote dan komentar kalian...

See you...

© DESSCHYA

Instagram:@desy.yyy

Entangled with The Jerk [AXTON'S SERIES 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang