10. Stupid Girl

16.4K 1K 33
                                    

"Berikan penanganan yang terbaik," ujar Victor kepada dokter yang sedang memeriksa keadaan Juliet.

Pria itu masih duduk tegap di kursi mewahnya dengan begitu gagah. Pria yang sudah berumur memeriksa kondisi Juliet saat ini dengan pengawasan Victor.

Seolah mengontrol gerak-geriknya hingga dia terlihat begitu gugup memeriksa wanita yang tengah terbaring ini. Ada manusia yang mempunyai aura begitu mencekam sehingga orang disekitarnya begitu segan kepada Victor.

"Tuan keadaan Nyonya Melvin—,"

"Tidak. Panggil saja Nona," sanggah Victor keras membuat dokter ini mengangguk patuh.

"Keadaan Nona masih rentan Tuan, sebelumnya beliau baru saja mengalami cedera di kepala yang belum pulih. Kurangnya istirahat dan memaksakan aktivitas berdampak buruk, saya sarankan untuk Nona istirahat yang cukup sampai benar-benar sehat kembali," ujar dokter lalu memberikan resep obatnya kepada pelayan, dan dia langsung berpamitan meninggalkan Victor masih duduk tegap memandang Juliet yang terbaring.

"Menyusahkan," gumamnya dengan helaan napas berat.

Dia beranjak meninggalkan gadis itu sendirian, ada pekerjaan yang harus dia selesaikan ketimbang menunggu Juliet terbangun.

Beberapa menit setelah kepergian Victor, kedua mata indah itu terbuka lebar. Menyipit, memandang sekitaran yang merasa tidak asing.

Ternyata dia sudah kembali dan terkurung di istana sialan ini. Saat dia ingin beranjak dari tidurnya kepalanya berdenyut-denyut. Juliet meringis kesakitan. Hingga beberapa pelayan masuk ke dalam kamarnya dan menghampiri Juliet kesakitan.

"Nona, lebih baik anda kembali tidur. Kondisi Nona belum cukup kuat."

"Aku hanya ingin pulang, sudah berapa lama aku di sini?"

"Nona tidak sadarkan diri sejak kemarin malam, Tuan membawa anda setelah dari Seattle," kata pelayan tersebut.

"Siapa yang membawaku? Para medis?"

"Tuan sendiri yang menggendong anda semalam." Juliet membulatkan kedua matanya tersentak kaget.

Untuk apa pria itu bersusah payah menggendongnya, jika para medis masih bisa untuk menolong.

"Di mana sekarang dia?" tanya Juliet kepada pelayan, mencoba berdiri dengan tubuh yang limbung. Pelayan dengan sigap memegang kedua tangan Juliet agar tidak terjatuh.

"Nona, lebih baik anda istirahat saja—,"

"Aku ingin bertemu Tuanmu itu," kata Juliet dengan keras kepala.

"Dan aku tidak pernah suka dibantah," katanya kembali dengan tatapan datar.

Pelayan itu langsung menganggukan kepalanya dan mengantar Juliet sampai depan pintu besar. Pintu di mana Victor bisa menghabiskan waktunya berlama-lama di sini. Ruang kerja.

Tangan Juliet terangkat untuk mengetuk pintu dengan tangan satunya sudah memegang knop pintu. Namun sayang, pintu sudah tertarik terbuka ke dalam dengan kencang. Hingga tubuhnya terbawa dan terhuyung ke depan.

Hampir saja tubuhnya yang masih lesu itu mendarat ke lantai, ada sebuah tangan yang menarik pinggangnya sampai dia berakhir dalam pelukan hangat seseorang. Sejenak Juliet terpejam merasakan kenyaman, dan kagetsekaligus akan kejadian tadi.

Victor dan Juliet sama-sama terdiam, tidak bergeming sama sekali. Napas Juliet terdengar menderu, jantungnya berdetak dengan kencang. Sampai tangan yang hanya memegang pinggangnya melingkar dan merengkuh tubuh ideal miliknya.

Kini Juliet sudah ada sepenuhnya dalam pelukan seorang Victor Melvin.

"Kau terlalu nyaman dengan pelukanku, Nona," lirih Victor tanpa ekspresi sama sekali, "sampai kau tidak tahu diri," lanjutnya lalu melepas rengkuhan itu dan menarik tubuh Juliet menjauh darinya. Juliet lalu tersadar.

"Untuk apa kau kemari?" tanya Victor melipat kedua tangan di depannya.

"Aku mempunyai urusan penting denganmu," kata Juliet.

"Tapi aku tidak ingin mempunyai urusan denganmu," lanjut Victor dengan nada menyebalkan bagi Juliet.

"Kalau kau tidak ingin, kenapa membawaku kemari saat aku mengalami kecelakaan akibatmu? Kenapa kau tidak antarkan aku pulang," kata Juliet menggebu.

"Jika aku membebaskanmu, nama baikku taruhannya."

"Maksudmu?" tanya Juliet keheranan.

"Kau akan membawa media, atau melakukan aksimu di sosial media kau baru tertabrak oleh CEO terkaya di dunia."

Mata Juliet membulat, berani-beraninya pria di depan ini mengatakan dia akan panjat sosial akibat kecelakaan itu terjadi.

Kalaupun dia ingin terkenal, Juliet sudah bisa terkenal bahkan saat dia masih jadi embrio dalam perut ibunya.

"Bahkan aku lebih terkenal darimu, Tuan," kata Juliet dengan bangga.

"Aku meragukan itu," gumam Victor, lalu dia melihat Juliet memegang kepalanya dan duduk di sofa tidak jauh dari meja kerjanya. Victor menutup pintu ruangan kerja lalu memandang Juliet dengan tatapan tajam.

"Apa yang kau rasakan?" tanya Victor.

"Kepalaku pusing," kata Juliet dengan mengenyitkan kening saat pening melandanya.

"Bodoh, seharusnya kau istirahat," kata Victor duduk di kursi kebanggannya melanjutkan pekerjaan yang belum sempat diselesaikan sejak dari tadi.

"Istirahatlah," lanjut Victor dengan tatapan fokus kepada tablet di depannya.

Juliet melirik Victor sangat tidak acuh sama sekali akan keadaannya yang sedang dilanda kesakitan. Memang dia hanya punya hati ketika keadaan fisiknya sudah darurat.

Pria sialan memang.

Beberapa menit kemudian Juliet tertidur di sofa dengan Victor yang tidak berhenti menatap setumpuk kertas dan laptop canggihnya. Dia memijat batang hidung yang terasa pegal, lalu melepaskan kacamata baca miliknya yang selalu dia gunakan saat melakukan pekerjaan berlama-lama seperti ini.

Lalu matanya melirik ke arah Juliet yang sedang tertidur, Victor mengembuskan napasnya dengan lelah. Dia telah kehilangan kembali pelayan di rumahnya.

Jika Juliet berpikir dirinya tidak peduli akan kesehatan fisiknya, dia salah besar. Justru dia beralih menatap tablet miliknya untuk melihat keadaan cctv kamarnya tadi dan pelayan yang dengan senang hati membiarkan Juliet turun dari ranjang.

Setelah tahu siapa pelayan itu, Victor menghubungi orang kepercayaannya dan memecat pelayan itu. Bukan karena apa-apa, Victor tidak ingin keadaan gadis itu semakin memburuk.

Jika itu terjadi maka dia harus bertanggung jawab kembali, dia ingin Juliet cepat pulih dan pergi dari rumahnya.

***

Yess, Allhamdulilah bisa update kembali menemani kegabutan kalian. Next aku bakalan usahain lagi wqwqwq, ada yang kangen gak? (gak ada juga gak papa '-') Seperti biasa jangan lupa Vote dan Komen, kalian adalah semangatku gais.

Maaf terlalu kependekan sebenarnya ini tuh gabut karena gak punya kerjaan di rs jadi aku langsung ngetik aja buat update. Mohon doanya biar Author cepat sembuh cielah.

See you gaiss.
Selasa, 03 Maret 2020

DESSCHYA ©

Entangled with The Jerk [AXTON'S SERIES 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang