24. My Anxiety Part

9.8K 763 22
                                    

DON'T COPY MY STORY!

Happy Reading

__________________________

Juliet merasakan pening di kepalanya yang tidak mereda, kedua kelopak matanya membuka perlahan. Menyesuaikan dengan cahaya ruangan di sini, semua tubuhnya merasa kaku dan pegal. Kedua mata bewarna hijau bersinar indah itu kini melihat sekelilng, hanya dinding bewarna putih.

Tangannya dipasang selang begitu juga oksigen, dua orang pria hadapannya sedang serius berbincang dengan seorang dokter.

Juliet mencoba untuk bangkit, tetapi tangannya merasa nyeri.

"Awh!" rintihnya membuat kedua pria dewasa tersebut melirik ke arahnya.

"Hey," kata Victor langsung menghampirinya, mengusap surai rambut coklat milik Juliet yang indah tersebut.

"Diamlah, kau akan merasa kesakitan jika bergerak," lanjutnya tegas.

Darren melihat keduanya dengan tatapan lembut, dia merasa tidak keberatan ada pria lain mendekati Juliet, yang sudah dia anggap anak gadisnya.

Walaupun dia tahu yang namanya suatu hubungan selalu diuji tidak akan berjalan dengan mulus, itulah yang dialami dan semua keturunan Axton.

Pasti selalu ada rintangan untuk menuju kehidupan yang bahagia.

"Berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanya Juliet kepada Victor.

"Satu hari," kata Victor masih diam menatap manik mata Juliet begitu dalam, lalu menggenggam tangannya dengan erat.

Menangkup oleh dua tangannya, matanya tersirat rasa kecemasan yang tidak mampu disembunyikan dari mata tajam tersebut.

"Kau membuatku kalut saat itu."

"Kau mengkhawatirkan diriku? Aku tidak percaya dengan pria sekaku kau bisa cemas."

"Aku sama, manusia. Merasa cemas dan ketakutan," kata Victor serius.

"Melihatmu berada dalam kobaran api, aku sangat kalut."

"Berarti kau mencemaskanku," kata Juliet tersenyum membenarkan.

"Karena kau selalu membuatku cemas untuk saat ini."

Juliet memberikan senyumannya yang sangat manis, dia tidak mengerti dengan keadaan dan hubungan keduanya.

Mereka sampai bisa sedekat ini disaat perpisahan telah ditentukan, dalam keadaan di mana seharusnya mereka saling menjauh.

"Kau baik-baik saja?" tanya Darren mendekat ke arah Juliet.

"Aku baik-baik saja," katanya tersenyum, melihat lengkungan itu membuat Darren sangat lega.

Sungguh dia merasa cemas akan keadaan Juliet, tetapi dia tahu jika gadis kecilnya sangat tangguh dan pemberani. Darren tidak akan memberitahu keadaan ini kepada Calvert, apalagi Juliet celaka karena adanya leadakan.

Adiknya akan merasa terpuruk, karena ledakan membuat dia teringat akan mendiang istrinya.

Calvert sangat sensitive mendengar kabar seperti ini.

"Baiklah, terimakasih dengan kerja samanya Juliet. Lekas sembuh," kata Darren memberikan senyumannya kepada peri kecilnya.

Dari tatapan matanya Juliet bisa membaca jika Darren akan merahasiakan semuanya dari Daddy.

Juliet menghela napas lega.

Setelah Darren pergi dari ruangan, di sini hanya ada Juliet dan Victor.

"Jadi hubunganmu dengan salah satu Axton itu apa?" tanya Victor karena masih menyimpan pertanyaan sejak kemarin.

"Dia anggota FBI dulunya, dan kemampuannya sangat hebat. Hubungan kita sebatas kerjasama untuk menangkap mafia di Amerika, aku ada di sini karena semuanya ada hubungan dengan kejadian saat penyerangan terjadi. Aku pun salah satu partner FBI melakukan beberapa misi. Kau tahu pasti, identitas seseorang yang mempunyai hubungan dengan FBI dirahasiakan oleh beberap pihak demi keamanan agen dan pertahanan kita."

Victor medengarkan itu mulai paham, memang identitas adalah salah satu hal utama yang harus dirahasiakan jika menjalankan misi penting.

Hal itu wajar dan Victor tidak memaksa Juliet untuk membeberkan semua kehidupannya, karena akan ada waktunya tiba semua yang tersembunyi akan terkuak.

"aku mengerti," kata Victor datar.

"Suatu saat kau akan tahu, semoga." Victor masih menggenggam tangan Juliet, lalu meletakan tangan itu di pipinya dan menciumnya singkat.

"Aku bisa merasakan kembali bagiamana hilang arah karena seorang gadis."

"Siapa gadis itu?" tanya Juliet, sebenarnya dia sudah tahu jawabannya.

"Kau, aku lebih menyukai melihat dirimu di balkon membaca buku tebal, dan menemaniku meminum anggur merah kesukaanku di sore hari," kata Victor menerangkan, membuat Juliet terkekeh mendengarnya.

"Pasti aku sangat menyukainya, mencoba anggur merah kesukaanmu itu seperti apa," kata Juliet, karena dia tidak pernah meminum alkohol sama sekali seumur hidupnya.

"Aku tidak akan mengizinkan dirimu mabuk."

"Umurku sudah sangat cukup meminumnya," kata Juliet meyakinkan.

"Tidak sama sekali, setelah ini kau harus diam di mansionku agar aku bisa memantau dirimu."

"Tidak perlu, aku bisa di apartemen sendiri," kata Juliet meyakinkan, tetapi tatapan Victor yang datar bertambah datar dan membuat nyali Juliet ciut.

Menurutnya ini lebih menakutkan ketimbang ledakan yang membuat dirinya hampir kehilangan nyawa. Lalu dia teringat sesuatu akan kejadian tersebut.

"Apakah salah satu dari mereka tertangkap?" tanya Juliet penasaran kepada Victor.

"Semua tertangkap, di markas mereka dan beberapa titik mereka bersembunyi. Tetapi kepala yang menjalankan perbuatan ini tidak ditemukan," kata Victor, membuat Juliet cemas dan mengigit bibir bawahnya erat karena cemas.

"Jangan gigit bibirmu, itu bisa berdarah," kata Victor melepaskannya dan mengusap bibir Juliet dengan ibu jarinya.

"Aku tidak menyukai bagian kesukaanku terluka," lanjutnya.

Juliet merasa wajahnya memanas dan berubah berwarna merah.

Victor melihatnya pun merasa gemas dan membuat Juliet terlihat lebih manis, dia menyukai gadis ini saat tersipu.

***

TO BE CONTINUE

No edit, sorry typo. Akan di revisi bagian rancunya.

Tunggu kelanjutannya dan jangan lupa vote lalu berikan komentar yah.

Follow juga instagram pribadi Desycahyaaa atau instagram khusus wattpad Demongirlwp

See u, 

Desschya 19-5-2020

Entangled with The Jerk [AXTON'S SERIES 3]Where stories live. Discover now