8. Hanya satu

73 3 2
                                    

"Aku tak minta apapun dari mu. Aku hanya ingin satu dari mu. Yakni, sebuah keyakinan mu pada ku. Itu saja."

-Diki Septian-

Happy reading!

*****

Kim terkejut luar biasa setelah mendengar ucapan dari Ando.

"Loe gak bohong sama gue kan? Loe serius kan?" Tanya Kim beruntun tanpa henti.

"Gue serius Kim. Ngapain juga gue bohongin loe yang udah gue anggap saudara sendiri." Ungkap Ando.

"Geli gue denger loe bilang kek gitu." Gidik Kim sambil ngeloyor begitu saja tanpa memperdulikan Ando.

"Yeh nih bocah asal pergi aja. Udah dikasih tau juga, gak tau terimakasih banget." Gerutu Ando dan menyusul Kim yang sudah mendahului nya.

*****

Bukk....

Sebuah bogeman mentah mendarat tepat di wajah tampan seorang Diki. Diki yang tidak tahu menahu langsung sempoyongan bak orang mabuk, karena dia tidak siap menerima bogeman itu. Diki mulai berdiri kembali, menyeimbangkan tubuhnya yang tadi sempat tersungkur di lantai.

"Apa-apaan loe tiba-tiba mukul gue?" Tanya Diki dengan menahan sedikit rasa perih pada ujung bibirnya yang robek.

"BANGSAT LOE!!"

Bukk.... bukk.... bukk....

Pukulan demi pukulan mulai menghujam tubuh Diki yang mulai lemas. Mulai terlihat lebam-lebam pada pipi, dan bibirnya. Diki mencoba untuk berdiri dengan sisa tenaganya, namun mustahil. Dia sudah babak belur. Yang bisa dia lakukan hanya memegangi perutnya yang terasa nyeri.

"Woy! Apa-apaan loe!" Teriak seseorang dari kejauhan dengan berlari sekuat tenaga menghampiri Diki.

Diki yang sudah babak belur, tak mampu lagi untuk berdiri ataupun duduk. Kondisinya terlihat begitu miris. Sangat memilukan.

"Apa-apaan loe?!" Bentak Kim saat setelah membantu membangunkan Diki yang tergeletak begitu saja.

"Wiihh! Mantap! Ada yang berani juga ya sama gue." Sinis nya, "siapa loe berani-beraninya ngelawan sama gue. Loe tuh harus tunduk ya! Gue ini senior disini!" Tambahnya.

Seketika senyum miring di sudut bibir Kim terbentuk. Menandakan bahaya bagi siapa saja yang menantang dan mengusiknya.

"Loe pikir dengan loe nunjukin senioritas ke gue, gue bakal tunduk sama loe? Hahaha! Gak bakal!" Kim tertawa hambar sambil terus mempertahankan senyum evil nya.

"Kurang ajar loe!"

"Oh, jadi gini ya seorang senior memperlakukan junior nya? Gue pikir seorang senior itu bisa dicontoh sebagai panutan untuk junior nya. Tapi gue salah, nyatanya seorang senior itu harus dikasih pengertian biar nggak nyeleneh. Biar junior nya pada tunduk." Sindir Kim tak kalah pedas.

Wajah Ivan mulai memerah. Bak tomat yang harus dipanen saat itu juga. Ivan mulai mengepalkan kedua tangannya erat disamping. Menahan emosi yang sudah memuncak sedari tadi karena Kim memancingnya.

"Apa? Loe mau marah sama gue? Marah aja, gue gak takut sama orang yang suka nunjukin senioritas nya."

"Kim udah, gu...gue... mohon jangan Kim." Lirih Diki dari balik punggung Kim yang tengah mencoba untuk berdiri.

Aku, Kamu & Mimpi (On Going)✔Where stories live. Discover now