• MM 01 : Seperti Biasanya •✔

42.5K 3.6K 35
                                    

PART SUDAH DI REVISI YA :)
MAAP SEMALEM TERNYATA AKU KETIDURAN JADI UNPUBLISH NYA DI MULAI PAGI INI.
JANGAN LUPA UNTUK VOTE SAMA COMMENT YA!
KALAU PUN KALIAN BACA OFFLINE, VOTE AJA GAK PAPA. KARNA PAS KALIAN ONLINE, VOTE NYA ITU BAKALAN MASUK KOK :)
LOVE YOU GUYS💙

_______________________________________________

• Part 01 : Seperti Biasanya •H a p p y  R e a d i n g ❤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• Part 01 : Seperti Biasanya •
H a p p y  R e a d i n g ❤
.
.
.

Pagi yang cerah saat ini tidak dapat membuat Scarlett bersemangat untuk menjalani hari-nya. Hari ini Scarlett kembali melakukan kegiatan rutin-nya, yaitu harus berkerja di sebuah perusahaan yang ternama. Harvest's .

Dengan gaji yang menggiurkan, siapa yang akan menolak untuk berkerja di perusahaan itu?

Namun, semua itu harus di bayar dengan harga yang mahal. Karna, para karyawan perusahaan itu sangat membenci Scarlett. Sebab Scarlett bisa mendapatkan posisi yang sangat berdampak bagi perusahaan ini walaupun tidak terlalu besar.

General Manager adalah posisi yang di tempati oleh Scarlett beberapa hari ini. Setelah satu bulan bekerja sebagai asisten dari General Manajer sebelumnya.

Dengan langkah lesu, Scarlett berjalan keluar dari apartemen yang ia tempati setelah kedua orang tua angkatnya pergi meninggalkan Scarlett untuk selamanya di dunia yang kejam ini.

Mereka meninggalkan Scarlett karna kecelakaan beruntun. Mereka tidak dapat terselamatkan karena mobil yang mereka kendarai itu menjadi gepeng akibat dilindas oleh Tronton.

Dan sekarang seorang Scarlett Johansson harus hidup mandiri. Scarlett hidup dengan hasil jerih payahnya sendiri, sebab saudara orang tua angkat Scarlett mengusir Scarlett dari mansion mendiang kedua orang tua angkatnya. Mereka mengatakan bahwa Scarlett hanyalah sampah yang tak sengaja dipungut oleh kedua orang tua angkatnya. Scarlett masih memiliki pemikiran dan membenarkan perkataan mereka. Walau perkataan itu sangatlah menyakitkan bagi Scarlett.

Tak terasa Scarlett sudah sampai di Perusahaan Harvest's. Karna sedari tadi Scarlett sibuk melamunkan hidupnya yang hancur dan tak tertata dengan rapi setelah kedua orang tua angkatnya tiada.

Scarlett melangkah memasuki perusahaan dengan merapalkan doa agar ia bisa tahan dengan semua tatapan yang mencemooh dirinya. Ada yang menatapnya terang-terangan secara tajam dan ada yang membicarakannya seolah-olah Scarlett tidak ada dihadapan mereka.

"Hey apa kalian tau? Mungkin Scarlett menggoda pemilik perusahaan ini agar dia bisa langsung mendapatkan posisi sebagai General Manager setelah Bu Aini berhenti bekerja di sini."

Perkataan itu membuat langkah kaki Scarlett terhenti. Mengingat Bu Aini, dia menjadi rindu dengan wanita paruh baya itu. Wanita yang sudah ia anggap sebagai ibu-nya.

"Bukan hanya itu saja. Yang ku tahu dia juga bukan anak kandung dari mendiang Mr. and Mrs. Johansson"

"Ya benar dia hanya anak pungut"

"Benar dia hanya sampah yang di pungut oleh mendiang Mr. and Mrs. Johansson"

Dan banyak lagi comohan yang di terima oleh Scarlett.

Namun, Scarlett tidak ambil pusing ia kembali melangkahkan kaki-nya yang sempat terhenti. Karna sebagian yang mereka katakan adalah benar, kecuali tentang dirinya yang menggoda pemilik perusahaan Harvest's.

Demi apapun bahkan Scarlett tidak mengetahui bagaiman wajah dari pemilik perusahaan besar Harvest ini.

Yang Scarlett ketahui hanyalah, perusahaan ini dipimpin oleh orang yang bernama Kharel Harvest. Ia mengantikan posisi ayahnya yang dulu menjadi pemilik perusahaan ini.

Scarlett memeriksa laporan yang berada di atas meja nya. Kepala nya rasanya ingin pecah. Sepertinya orang-orang di perusahaan ini tidak mau di ajak bekerja sama. Semua laporan yang Scarlett terima sangat jauh dari apa yang ia minta. Mereka semua sepertinya sengaja membuat Scarlett agar tidak tahan bekerja di perusahaan Harvest's.

"Hai Scarlett ada apa dengan muka masammu itu?" Pertanyaan itu keluar dari mulut pria tampan yang masuk tanpa mengetuk pintu ruangannya.

"Tak bisahkah kau mengetuk pintu dahulu sebelum masuk?" Ucap Scarlett sarkas sambil menatap tajam pria yang berada dihadapannya ini.

"Maaf aku kebiasaan karna kau adalah temanku." Ucap pria itu sambil tersenyum kecil. Pria tampan itu adalah Ben salah satu teman rekan kerja-nya yang tidak ikut mengosipkan diri-nya bahkan Ben tidak peduli dengan semua ocehan gosip itu.

"Ada apa kau datang kesini?"

"Kau selalu saja to the point. Tak bisakah kita berbincang sejenak? Apa karna aku bawahanmu maka aku tidak bisa berbicara padamu?" Perkataan Ben seolah-olah menamparku karna aku dengan tidak sengaja melukai perasaannya.

"Mm.. Ben.. Aku tidak bermaksud. Maksudku adalah-" ucapan Scarlett terpotong karna Ben langsung saja memberikanknya sebuah map.

"Ini. Saya hanya ingin memberikan ini saja. Maaf jika saya menggangu waktu berharga anda. Saya permisi."

Ben langsung pergi begitu saja tanpa menghiraukan panggilanku. Bahkan caranya berbicara saja sudah berubah menjadi formal.

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

× DON'T JUDGE MY STORY ×
× AND PLEASE, DON'T COPY MY STORY ×

⚠IF YOU LIKE MY STORY, DON'T FORGET TO VOTE 🌟 AND COMMENT 💬⚠

FOLLOW MY ACCOUNT!

Love you Guys💙,
Sorbey.

My Mate • END •Where stories live. Discover now