'06✔

3.8K 115 0
                                    

"Lo diapain sama kak Angga tadi? Keknya kesel amat?" tanya Kezia kepo saat melihat Amel yang baru saja duduk disebelahnya.

"Temen-temennya kak Angga minta kenalan doang. Gue penting, ya kesel dong gue." balas Amel.

"WHAT?!" pekik Kezia yang membuat semua pandangan menuju kearahnya, Kezia menyengir melihatnya.

"Minta kenalan? Ampun, Mel! Lo tuh bener-bener lucky banget disini." sambung Kezia yang membuat Amel mengedikkan bahunya acuh.

"Apaan sih, bukan lucky yang gue dapet. Tapi, bencana." cibir Amel.

"Maksud lo? Bencana?" tanya Kezia bingung.

"Iya lah. Coba lo pikirin. Gue deket sama cogan sini yang tentunya satu sekolah ini tau."

"Ya, terus?"

Amel memutar bola matanya malas.

"Ck, mereka kan pasti punya fans tuh. Gue yakin, pasti gue diterror lah dan semacamnya."

Kezia manggut-manggut mengerti.

"Tenang aja keles. Lagian, kalo lo bilang kalo kakak lo itu kak Angga, pasti semuanya pada diem."

Amel tidak membalasnya, ia malah mengambil ponselnya dan memainkannya. Tidak menghiraukan Kezia yang berdecak sebal.

***

Amel tersentak saat mendengar nada dering diponselnya yang menandakan ada telepon masuk.

Amel menggeser tombol berwarna hijau saat mengetahui siapa yang menelponnya.

"Apa sih."

"Lo pulang bareng temen lo ya. Siapa tuh--ke--ke-siapa sih."

"Kezia."

"Ah, itu. Lo pulang sama dia aja ya. Gue sibuk, ada latihan futsal."

"Tai lo! Kenapa baru bilang sekarang si?!"

"Ini juga latihannya mendadak keles."

"Ck, Kezia udah pulang duluan dari tadi, pinter! Lagian, tadi berangkat juga bawa mobil, yaudah siniin kuncinya. Gue cari lo."

"Oh iya, yaudah cari gue dilapangan indoor sekolah ye. Tau kan?"

"Hm, gue inget-inget."

"Eh, jangan deh. Kasian lo nanti tersesat, ntar gue yang ribet juga. Lo tunggu aja diparkiran, gue kesana sekarang."

Tut! Tut! Tut!

Amel mendengus lalu meletakkan kembali ponselnya kedalam saku rok seragamnya.

Amel menunggu hingga sepuluh menit lamanya, hingga Amel mendengar sebuah langkah dan Amel langsung mengomeli pemilik langkah itu tanpa mengadah menatap siapa pemilik langkah itu.

"Lo tuh lama amat sih? Pake acara boker lagi lo ya? Apa lagi ngebaperin cewek? Lo tau nggak? Gue tuh udah lama nunggu! Apa sal---"

Amel terbungkam saat ia baru mengadah dan menatap pemilik langkah itu. Ternyata, itu bukan kakaknya, tetapi Carga.

"Udah puas ngomelnya?" tanya Carga yang membuat pipi Amel merah merona karena malu.

"M-maaf." kata Amel seraya menunduk. Tak lama, Carga menyodorkan sebuah kunci mobil kepada Amel. Amel mengadah dan mengambil kunci mobil itu.

"K-kok bi--"

"Tadi kakak lo ada urusan sama ketua futsal yang baru, jadi nggak bisa nganterin kunci mobilnya ke elo. Yaudah, gue disuruh nganterin." potong Carga panjang lebar yang membuat Amel menganga.

CARAMEL [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora