TIGA PULUH EMPAT

2K 62 0
                                    

Amel mengerjapkan matanya, menyesuaikannya dengan cahaya yang masuk.

Amel mengedarkan pandangannya. Seketika, ia teringat kejadian tadi. Ia pun menangis.

Flashback On

"Mel, kamu duluan ke parkiran ya. Aku dipanggil sama Pak Anton." kata Carga. Amel mengangguk lalu berjalan menuju parkiran seorang diri.

Amel menunggu Carga disana dengan duduk dipos satpam. Semakin lama, keadaan sekolah semakin sepi. Satpam pun sudah bersiap-siap ingin pulang.

"Neng, nunggu jemputan atau pacar?" tanya Pak Gege---satpam SMA Harapan.

Amel menoleh lalu tersenyum tipis. "Pacar pak."

Pak Gege manggut-manggut seraya ber-oh ria. "Mau saya tungguin sampe pacarnya datang atau gimana?"

Amel menggeleng pelan. "Pak Gege pulang aja."

Pak Gege mengangguk lalu pergi kerumahnya setelah berpamitan dengan Amel.

Merasa bosan, Amel memainkan ponselnya dan tetap menunggu Carga datang.

"Hmpphh---"

Amel dibekap oleh seseorang dari belakang. Ponsel yang ia bawa pun terjatuh dipos satpam dan seseorang itu membawanya pergi dari sekolah.

Flashback Off

Amel terus meronta agar ikatan ditangan dan kakinya terlepas. Ia ingin berteriak pun tidak bisa, mulutnya sudah ditutup oleh lakban.

Ceklek!

Amel menoleh kearah pintu. Matanya menyipit. Orang yang membuka pintu tertawa sinis.

"Udah bangun, hm?" tanya orang itu. Ia mendekat. Amel tidak mengenali wajah orang itu.

Sreek!

Lakban yang melekat dimulut Amel dibuka paksa oleh orang itu.

"Lo siapa? Lepasin gue!" kata Amel meronta.

Orang itu tertawa sinis. "Lo harusnya mati aja!" kata orang itu.

Amel terdiam dan tidak meronta lagi. Namun, tatapannya menajam saat orang itu mengatakannya.

"Lo mau hidup atau mati?" tanya orang itu seraya menyodorkan sebuah pistol ke hadapan Amel.

Amel merasa sangat takut. Keringatnya bercucuran dengan deras dikeningnya.

"H-hidup, l-lah." balas Amel terbata-bata.

Orang itu menurunkan pistol itu dari hadapan Amel. Amel menghela nafasnya lega.

"Kalo gitu, jauhi Carga." kata orang itu.

Amel mengernyitkan keningnya bingung. "Kenapa semua orang nyuruh gue untuk jauhi Carga sih?!"

"KARENA LO ITU NGGAK PANTES SAMA CARGA!!" balas orang itu berteriak.

"Kenapa nggak pantes? Gue manusia, gue pantes berhubungan sama siapa pun."

Orang itu kembali menodongkan pistolnya dihadapan Amel. "Nggak usah banyak bacot. Jauhi atau mati!?"

Amel tidak menjawab. Ia berpikir sejenak.

"BURUAN JAWAB!! JAUHI ATAU MATI!?" desak orang itu seraya menempelkan ujung pistol dipelipis Amel.

Amel memejamkan matanya. "I-iya, g-gue j-ja-jauhi." balasnya terbata-bata.

Orang itu menurunkan pistolnya lalu mengangkat dagu Amel agar orang itu bisa melihat wajah ketakutan gadis itu.

"Lo harus putusin dia, jauhi, dan anggap lo nggak kenal sama dia. Kalo sampe gue liat lo ngelakuin hal yang sebaliknya?" Orang itu menjeda ucapannya lalu menaikkan pistolnya. "Lo akan mati." sambungnya. Amel mengangguk enggan.

CARAMEL [COMPLETED]Where stories live. Discover now