TIGA PULUH TUJUH

1.9K 63 5
                                    

"Hallo."

"Hallo."

"Siapa ya?"

"Oh, perkenalkan. Saya Amel, anaknya Letta dan Tama."

"Oh, Nona Amel. Maaf saya tidak tahu."

"Iya nggak papa."

"Oh ya, saya mau kamu buat cari tau siapa yang nyekap saya disekolah dan berakhir disebuah ruangan gelap seperti gudang sebulan yang lalu."

"Nona diancam?"

"Iya."

"Baiklah, saya akan cari tahu dulu. Setelah ketemu, saya akan telepon Nona kembali."

"Oke, secepatnya ya. Kalo bisa hari ini udah ketemu siapa pelakunya."

"Oh ya, cari juga identitas pelakunya ya. Mulai dari nama, alamat, sekolah, sampai teman dekatnya atau bahkan pacarnya kalau bisa."

"Baik. Saya tutup teleponnya, Nona."

Tut! Tut! Tut!

Amel langsung mematikan sambungan telepon itu tanpa membalas lagi perkataan salah satu anak buah Mamanya.

"Gimana? Udah?" tanya Letta.

Amel yang baru saja keluar dari kamarnya, berpapasan dengan Bundanya. Amel mengangguk membalasnya.

"Kamu kenapa baru bilang sekarang sih!? Pantas akhir-akhir ini kamu lebih sering diem bahkan nangis Bunda denger." kata Letta khawatir.

Amel tersenyum tipis. "Amel cuma nggak mau Bunda khawatir aja. Lagian, dia nggak apa-apain Amel kok. Cuma diancam doang sih." balasnya.

Letta menghela nafasnya. "Kamu hutang penjelasan ke Bunda lho. Ayo ceritakan semuanya dari awal!"

Amel mengangguk. "Dikamar Amel ya?"

Letta mengangguk lalu mereka masuk kedalam kamar Amel. Mereka duduk ditempat tidur Amel.

"Waktu itu, Amel lagi nungguin Carga diparkiran. Carga lama banget nyampenya, nggak tau kenapa. Tiba-tiba, Amel disekap dan dibawa ketempat kosong gitu." kata Amel mulai bercerita. Letta terus menyimaknya dalam diam.

"Pas Amel sadar, Amel disuruh pilih jauhi dan putusi Carga atau mati. Ya jelas Amel pilih opsi pertama dengan berat. Bunda juga nggak mau kan kalo Amel mati?"

Letta mengangguk. "Nah, itu. Setelah itu, Carga datang setelah orang itu nelpon seseorang. Amel langsung bilang dimobil dan sampe sekarang Carga nggak terima bahkan dia sampe ke club dan mabuk-mabukkan gara-gara Amel." sambungnya.

Amel mulai menangis. Melihat anaknya yang tiba-tiba menangis, Letta langsung menarik anaknya kepelukannya dan mengelus-elus punggungnya.

"Kenapa jadi nangis, hm?" tanya Letta.

"G-gimana Amel nggak nangis? Hiks.. Carga kayak gitu sekarang juga hiks.. gara-gara Amel hikss.."

"Sttt.. udah. Kamu nggak salah kok."

"T-tapi itu hal negatif, Bun. Bunda juga nggak suka hal itu kan?"

"Iya. Tapi, kamu tenang aja. Nanti Bunda hubungi anak buah Bunda untuk cari orang itu dan masukin dia ke pen---"

"Nggak usah dimasukin kali, Bun. Dia kan cuma ngancam Amel doang, nggak mencoba membunuh Amel kan." potong Amel cepat.

Letta menghela nafasnya. "Yaudah. Kamu jangan nangis lagi. Bunda serahin ke kamu seluruhnya, terserah kamu mau ngapain orang itu. Bunda cuma mau kamu baik-baik aja."

CARAMEL [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora