'20

2.9K 95 7
                                    

Hari ini adalah hari kasih sayang. Bagi Amel, hari ini menurutnya hanya hari biasa-biasa saja. Tidak ada istimewanya, bahkan tanggal merah saja bukan.

Dengan malas, Amel berjalan gontai menuju ruang makan yang sudah terdapat keluarga kecilnya.

Ia menjatuhkan bokongnya lalu menerima sebuah mangkuk yang telah berisi sereal dan melahapnya.

"Murung amat?" ledek Angga seraya menjatuhkan bokongnya dikursi sebelah Amel. Amel yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas.

Mereka makan bersama dalam diam hingga Amel selesai dan meminum segelas susu yang sudah disiapkan oleh Letta.

"Buru, ih." kata Amel seraya bangkit dan berjalan menuju Tama dan Letta untuk bersalim pamit.

"Iya sabar. Lo tunggu di mobil aja." balas Angga. Amel memutar bola matanya kesal.

"Bu---"

"Amel bareng gue aja." potong Carga yang tiba-tiba datang.

"Eh? Carga kan?" tanya Letta. Carga mengangguk sebagai balasan.

"Saya izin anter Amel ke sekolah ya." kata Carga meminta izin. Letta mengangguk lalu mengulurkan tangannya saat Carga ingin menyalaminya.

"Hati-hati. Bawa kendaraannya jangan ngebut-ngebut." kata Tama memperingati. Carga mengangguk.

"Saya duluan, Tan, Om." pamit Carga. Letta dan Tama mengangguk.

"Ikut, Ga?" tawar Carga pada Angga. Angga menggeleng.

"Lo duluan aja." kata Angga. Carga mengangguk.

"Yuk, malah diem." ajak Carga pada Amel. Amel yang melamun langsung tersadar lalu menyengir. Setelahnya, mereka pergi dari rumah Amel menuju sekolah.

***

"Lo berangkat bareng Carga, ye?!" tanya Kezia pada Amel saat mereka sedang melahap batagor dikantin.

Amel hanya berdeham sebagai jawaban. Jelas-jelas, semua murid SMA Harapan tahu bahwa ia dan Carga berangkat bersama.

Keduanya kembali terdiam, hingga suara Kezia memecah keheningan. "Eh, anterin gue ke lapangan yuk." ajak Kezia.

"Hah? Ngapain dah?" tanya Amel dengan kening berkerut.

"Mau jumpa temen." balas Kezia.

"Aa masa?" tanya Amel tidak percaya.

"Iya, ih." balas Kezia pura-pura kesal.

Yah, Kezia sudah mengetahui rencana Carga yang akan dijalankan sekarang juga. Tadi, dirinya menerima pesan bahwa ia harus mengajak Amel pergi ke lapangan.

"Yaudah, tunggu gue abisin ini. Bentar kok." kata Amel.

"Aduh, kelamaan lo!" kata Kezia yang langsung menarik lengan Amel.

"Eh! Itu belum bayar!" pekik Amel. Kezia tidak menghiraukannya.

Sebuah kain berwarna hitam tiba-tiba menutupi matanya hingga ia tidak bisa melihat apa-apa.

"EH! WOI!! PARAH!! BUKAIN!!" pekik Amel panik.

Bukannya dibuka, Amel malah dituntun untuk berjalan dengan paksa. Hingga tiba-tiba ia berhenti dan kain itu dibuka.

Saat Amel membuka matanya, ia terkejut. Bagaimana tidak terkejut? Ia berada ditengah lapangan yang menjadi tontonan sekolah.

Tak lama, ia mendengar sebuah petikan gitar. Ia mencari-cari sumber suara tersebut, namun nihil. Ia tidak menemukannya.

CARAMEL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang