EMPAT PULUH TUJUH

2.3K 70 7
                                    

Setelah dari rumah kekasihnya, Carga memilih pergi ke sebuah taman dekat rumah Amel. Ia memarkirkan motornya dan berjalan menuju bangku taman yang kosong disana.

Pikirannya kembali memikirkan perkataan Amel yang menyuruhnya untuk meminta maaf dan kembali berteman dengan Jordan.

Mengingat nama Jordan saja sudah membuatnya naik pitam. Carga tidak terima jika ia-lah yang harus meminta maaf duluan. Egonya terlalu besar.

Tak lama kemudian, ia merasa bangku yang ia duduki disebelahnya. Ia menoleh dan mendadak ia menjadi marah lalu bangkit seraya mengcengkram kerah baju orang itu.

"Carga." panggil orang itu pelan dan santai.

Bugh!

Carga langsung memukul orang itu. Namun, orang itu malah membiarkan Carga memukulinya hingga babak belur.

"Bangsat lo! Kenapa sih lo masih muncul dihadapan gue?!" tanya Carga emosi.

Setelah puas menghajar orang itu, Carga menatapnya marah. Orang itu tampak santai walau beberapa bagian tubuhnya sudah memar. Orang itu adalah Jordan. Lelaki yang sangat Carga benci, begitu juga dengan Jordan.

"Mau lo apa sih, Dan? Please lo ganggu bokap gue aja cukup. Nggak usah ganggu hidup lagi. Gue mohon sama lo, kasih gue bahagia sekali." Baru kali ini Carga memohon pada seseorang dalam tanda kutip musuhnya.

Jordan menatap Carga datar dan sesekali meringis lalu duduk dibangku yang sebelumnya Carga duduki. Diikuti Carga yang duduk disebelahnya tanpa mau menatapnya.

"Harusnya gue yang ngomong gitu." kata Jordan setelah beberapa lama saling terdiam. Carga menoleh dengan kilatan kemarahan dimatanya. Baru saja ia hendak berbicara, Jordan memotongnya yang membuat ia terdiam.

"Seharusnya gue yang bahagia." kata Jordan yang membuat Carga makin emosi.

"Mak---"

"Dan, seharusnya lo yang nggak usah ganggu hidup gue lagi." potong Jordan tanpa memperdulikan Carga yang menatapnya nyalang.

"Gue tau lo marah sama gue karena bokap lo selingkuh sama gue. Tapi, lo mikir dikit nggak sih? Gue sama lo itu sahabatan. Yang salah itu nyokap gue, bukan gue. Kenapa lo yang marah sama gue? Salah gue dimana?"  tanya Jordan yang membuat Carga terdiam dengan tatapan yang sama.

"Gue nggak tau apa isi otak lo yang langsung nyimpulin gue yang salah. Padahal disini, nyokap gue yang salah. Gue emang anaknya, tapi gue nggak ada masalah apapun sama bokap lo, tapi nyokap gue."

"Lo boleh marah sama mama gue, tapi jangan ke gue. Jangan karena gue anaknya, lo marah sama gue karena gue anaknya." kata Jordan lalu diakhir kekehan.

"Disini tugas gue cuma wakilin nyokap ke elo kalo dia nggak ada minta maaf sama lo." sambung Jordan lalu bangkit.

"Besok gue ke Medan. Besok dan seterusnya gue akan disana. Thank's udah pernah jadi sahabat gue. Thank's udah bantuin disaat susah. Dan, thank's buat segala-galanya. Sekali lagi, gue minta maaf kalo gue ada salah sama lo. Yaa, mungkin gue rasa gue sama lo nggak ada salah apapun ya." kata Jordan terkekeh.

"Gue pamit, sekali lagi thank's dan selamat tinggal." sambung Jordan lalu pergi meninggalkan Carga yang terdiam. Terdiam mencerna perkataan Jordan yang menyentil hatinya.

"God!" Carga menarik rambutnya frustasi. Ingin mengejar Jordan dan meminta maaf namun sayang, lelaki itu telah pergi bersama motor besarnya.

Carga menangis. Ya! Ia menangis. Seorang lelaki yang terkenal oleh sifatnya yang dingin menangis.

Tiba-tiba, sebuah tangan mendarat dipundaknya yang membuat ia mendonggak dan mendapati sesosok wanita yang sangat ia cintai menatapnya khawatir.

"Carga?! Kamu nangis?!" Wanita itu adalah Amel, kekasihnya.

Tanpa basa-basi, ia memeluk gadis itu dan menenggelamkan wajahnya diceruk leher gadis itu dan menangis disana.

Amel yang tidak tahu apapun hanya membalas pelukan Carga dan mengelus-elus punggung Carga, seolah memberikan semangat kepada Amel.

Tak sengaja, Amel menatap secarik kertas yang tampaknya terjatuh berada dibangku tempat dimana Carga duduk tadi.

Dengan lembut, Amel melepas pelukannya pada Carga dan mendapat respon oleh Carga.

"Please, aku butuh pelukan kamu." pinta Carga dengan wajah yang penuh air mata.

Amel menghela nafasnya dan memeluk Carga kembali. Lelaki itu memang tidak menangis lagi, hanya saja lelaki itu masih sesenggukan sedikit akibat tangisannya itu.

"Kamu kenapa? Ayo kerumah aku. Cerita sama aku." kata Amel dan Carga melepas pelukannya. Amel menghapus air mata Carga yang tersisa dipipinya.

Amel meraih kertas yang ia lihat tadi dan memberikannya pada Carga. "Itu punya kamu?"

Carga menatap kertas itu dengan bingung lalu menggeleng. "Ini bukan punya aku. Kamu nemu dimana?" tanyanya.

"Loh, itu aku liat di sini. Disebelah tempat kamu duduk tadi." balas Amel dengan wajah bingungnya.

Carga dengan kerutan dikeningnya dan rasa penasaran yang membuncah, ia membuka kertas itu dan mendapati beberapa kalimat.

Salam laki, bos.
Ini gue Jordan, mantan sahabat dan musuh lo, maybe.
Gue nggak tau lo baca ini atau orang lain. Tapi, kalo orang lain, tolong kasih ke cowok yang namanya Carga atau pacarnya. Rumahnya deket sini kok. Tanya aja orang-orang sini, pasti tau yang namanya Amel.

Nah, kalo lo udah baca, please maafin gue ya. Gue nggak ngasih lo langsung dan nggak ngomongin ini langsung, hehe.

Lo tau nggak? Gue kangen banget kita kumpul-kumpul, main ps, main basket dan lainnya.

Gue nggak tau kenapa lo malah benci ke gue segitunya, padahal nyokap gue yang salah. Cih, dasar lo!

Carga terkekeh membacanya, Amel yang mendengar kekehan Carga menatap lelaki itu tanpa mau melihat isi surat yang tengah dibaca Carga. Karena menurutnya, mungkin itu privasi Carga. Toh, nanti juga ia akan bertanya tentang isi surat itu.

Btw, gue minta maaf ya, kalo perkataan gue tadi nggak jelas. Oh ya,  besok dan seterusnya gue bakal di Medan. Yah, gue pisah sama lo deh :(
But it's ok, Ga. Gue selalu ngeliatin lo dari atas, mungkin?

Ah, lo nggak tau ya kenapa gue bilang kayak gitu? Hm, sebenernya gue males sih ngasi taunya, tapi karena gue tau lo keras kepala dan kepoan keras, yaudah deh gue kasih tau.

Ah nanti aja deh, gue mau curhat dikit sama lo deh. Jangan marah ya? Mungkin lo udah tau juga. Gue sayang sama Amel, tolong jagain dia buat gue ya? Bilangin juga, maaf kalo gue udah pernah berusaha buat misahin lo sama dia.

Lo beruntung punya Amel, Ga. Jaga dia baik-baik ya. Gue selalu jagain lo dari atas.

Ngomong, ngomong. Gue bilang gitu karena dokter bilang hidup gue nggak bakal lama, ya lama juga sih. Tapi menuurut gue itu nggak lama.

Maksud gue, biar lo makin paham, gue kena kanker darah, Ga. Gue harus kemo tiap hari, maka dari itu gue mending ke Medan buat jemput sodara gue yang bakal ngerawat gue ke singapore. Yak, gue bakal di singapore, bukan di Medan. Wkwk, maap ye bohong lagi:)

Deg.

Jordan kena kanker darah? Sejak kapan? Sebegitu tidak pedulinya dia kah sampai sahabatnya sakit sekeras itupun ia tidak tahu? Apalagi, ia memukul Jordan habis-habisan.

'Gue bodoh banget, Dan. Lo gue maafin, tapi maafin gue juga udah nggak peduli sama lo yang masih nganggap gue sahabat.'

***

A/N :

HAII! MAAF YA BARU BISA UP☺
hhh rada kaga nyambung ya?:(
maapqeun de, nanti dede revisi juga kok. sans😆
jangan lupa vote dan comment aja deh ya😚

CARAMEL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang