6. IM JIN AH

9.8K 870 20
                                    

Tibalah Lisa disini... di depan pintu apartment kekasihnya. Ia terlihat gugup. Bagaimana tidak? Lisa sama sekali tidak memberitahukan kepulangannya kepada Nana. Lisa sengaja. Ia sangat suka reaksi Nana ketika diberi kejutan. Reaksi yang selalu ia rindukan dan membuatnya seolah ketagihan memberikan kejutan-kejutan manis pada wanita yang sangat ia cintai ini.

Tangan kirinya menggenggam erat kantong kertas berisikan oleh-oleh untuk Nana. Merasa tangannya berkeringat, Lisa langsung mengusap telapak tangan kanannya ke pakaiannya. Ia mulai memencet tombol bel.

"Ya?" terdengar suara Nana dari balik pintu. Lisa pun merasa gugup. Perlahan-lahan, pintu di hadapan Lisa terbuka. Terlihat Nana memandang Lisa dengan wajah sangat terkejut. Rahangnya seperti terjatuh, dan kedua matanya membesar dua kali lipat.

"CHAGIIII...!!!!!" Nana langsung memeluk erat wanita yang sudah 3 minggu ini tidak ia temui. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau sudah di Korea?" tanya Nana dengan kedua tangan yang tetap melingkar di leher Lisa.

"Kejutan..." jawab Lisa dengan suara lirih. Ia tersenyum memandangi wajah kekasihnya itu. Pandangan penuh cinta dan kerinduan.

"Haisht..." Nana melepaskan pelukannya dan memukul dada Lisa dengan keras. Ia sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun. Ia berbalik masuk ke dalam apartmentnya. Lisa masih tetap tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya dan mengikuti Nana dari belakang sambil menutup pintu. Nana berjalan menuju dapur, mengambil sebuah gelas. "Kapan kau tiba di Korea?" tanya Nana yang tidak memandang kearah Lisa.

"Semalam..." jawab Lisa singkat.

"Mwo??? Semalam???" Nana langsung memalingkan wajahnya kearah Lisa. Lisa meringis selebar-lebarnya. Ia tahu, saat ini Nana pasti sangat kesal karena ia tidak memberikan kabar sama sekali tentang kepulangannya. "Haaiisshhttt..." Nana membalikkan tubuhnya lagi dan meraih toples coklat bubuk. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya. Lisa sendiri masih berdiri ditempat, memandang lekat punggung wanita berambut coklat itu. Ia menaruh kantong kertas yang sedari tadi ia bawa keatas meja dapur dan diam-diam, ia berjalan menghampiri Nana, dan memeluknya dari belakang.

"I miss you, Princess..." bisik Lisa di telinga kanan Nana. Nana merinding dibuatnya. Lisa mempererat pelukannya dan meletakkan dagunya ke pundak kanan Nana.

"Kau tahu aku sedang marah?" jawab Nana ketus. Jangan seperti ini, Manoban... gumam Nana dalam hati. Lisa sama sekali tidak merasa takut. Ia malah tertawa lirih dan mengecup lembut leher Nana.

"Aku benar-benar merindukan wangi tubuhmu..." kata Lisa dengan nada menggoda. Ia memang tidak berniat menggubris ucapan Nana sebelumnya. Nana menghela nafas panjang. Ia berbalik menghadap Lisa dan melingkarkan kedua tangannya di leher Lisa. Wajah mereka begitu dekat. Nana bahkan sampai bisa merasakan nafas Lisa. Dengan lembut Nana mengusap bagian belakang kepala Lisa. "Maaf karena aku tidak memberitahukan kepulanganku. Aku ingin memberikanmu kejutan..." bisik Lisa lagi.

Nana sama sekali tidak bereaksi. Ia menatap lekat-lekat mata teduh kekasih yang amat ia cintai ini. Pandangannya menyelidik ke setiap sudut wajah Lisa. Wajah yang terkadang membuatnya iri. Wajar jika banyak yang menyebut seorang Lalisa Manoban adalah barbie yang hidup. Lekuk wajah yang tegas, mata yang bulat, hidung yang mancung, dan... bibir yang terlihat ranum. Ia memandang bibir Lisa yang terpoles dengan lipstick berwarna pink tua dengan penuh arti. Perlahan, penuh keraguan, namun dengan kerinduan yang teramat sangat, Nana mendekatkan bibirnya ke bibir Lisa. Tanpa ragu, Lisa mendaratkan bibirnya ke bibir Nana. Nana bereaksi dengan makin mempererat pelukannya. Tangan Lisa sendiri melingkar kencang di pinggang Nana, sambil sesekali ia mengusap lembut punggung Nana. Ciuman mereka semakin dalam. Ciuman kerinduan, tanpa nafsu dan terus berlanjut sampai Nana tak sanggup menahan desahannya. Lisa nampak menikmati reaksi Nana. Tapi, ia melepas ciumannya dan menatap wajah Nana yang sudah memerah. Lisa menyeringai, dan memutuskan untuk menjelajahi leher Nana dengan bibirnya. Nana semakin mendesah kencang.

STAY Where stories live. Discover now