30. MORNING

5.4K 544 16
                                    

Perlahan Lisa membuka matanya. Matanya pun mengerjap karena cahaya matahari pagi ini cukup menyilaukan. Ia mencoba untuk duduk, dan baru sadar kalau ia tidak mengenakan sehelai pakaian. Ketika Lisa menoleh, ia melihat seorang wanita tidur membelakanginya. Setengah tubuhnya tertutup selimut, sama seperti dirinya saat ini. Tapi pundaknya dan tengkuk yang terlihat menggoda itu, terpajang polos dengan geraian rambut panjang berwarna coklat. Mau dilihat darimanapun, Nana tetaplah seorang wanita mempesona yang mampu menaklukan siapapun, dengan cara apapun.

Lisa tersenyum memandangi kekasihnya yang masih tertidur pulas. Tapi, senyumannya kali ini menunjukkan perasaaannya yang terasa cukup kacau. Semalam masih terasa seperti mimpi baginya. Inilah awal perjuangan cinta kita Tuan Putri, gumam Lisa dalam hati. Perlahan Lisa mendekatkan tubuhnya ke tubuh Nana. Tangan kanannya mendekap tubuh Nana dengan erat, sedang wajahnya ia benamkan ke leher kekasihnya.

"Hhhmmm..." terdengar suara erangan. Lisa tersenyum. Ia pun mengecup tengkuk Nana, lalu pundaknya. Nana kembali mengerang pelan. Ia membalikkan tubuhnya, dan kali ini wajah mereka berdua saling berhadapan.

"Morning babe..." sapa Lisa dengan senyuman penuh cinta. Nana terlihat masih malas untuk membuka matanya. Dan Lisa benar-benar gemas dibuatnya. Ia langsung mengecup bibir Nana dengan lembut. Akhirnya, perlahan Nana membuka matanya dan tersenyum manja memandang wajah kekasih yang amat sangat ia cintai ini.

Bangun dari tidur, dan bisa menatap seseorang yang amat dicintai di awal hari, adalah permulaan hari yang sangat luar biasa. Tapi, kali ini keduanya saling menatap dengan perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Mereka masih di mabuk asmara karena semalam, tapi mereka juga masih merasakan ketakutan untuk apa yang akan mereka hadapi esok. Nana menatap sendu ke kedua bola mata Lisa. Dan Lisa tidak menyukai tatapan itu.

"Bisakah kau tidak menatapku dengan tatapan seperti itu?" tanya Lisa sambil meraih dagu Nana.

"Wae?" Nana tidak sadar dengan apa yang ia lakukan.

"Kau menatapku seolah kau akan kehilanganku..." jawab Lisa dengan wajah kecewa. Nana terkejut mendengar ucapan Lisa. Ia langsung membenamkan wajahnya ke dada Lisa. Lisa pun membalas dengan memeluk erat tubuh Nana. "Jangan lakukan itu lagi..." ucap Lisa dengan lembut. "Karena aku tidak akan membiarkan itu terjadi..." lanjutnya. Nana mengangguk cepat.

"Mian chagiya..." jawab Nana dengan suara parau. Lisa hanya tersenyum dan mengecup kening Nana. Pelukan Lisa, adalah satu-satunya tempat yang selalu membuat Nana merasa aman dan nyaman. Tempat dimana semua kesedihan, ketakutan dan kemarahan bisa luruh dengan mudah. "Chagii..." Nana memanggil dengan suara manja.

"Hhmm?" Lisa masih memeluk tubuh Nana dengan erat.

"Aku lapar..." ucapan Nana membuat Lisa menahan tawa. Ia mengendurkan pelukannya dan menatap wajah kekasihnya yang terlihat polos. Nana memajukan bibirnya, membuatnya semakin terlihat menggemaskan. Lisa akhirnya tidak sanggup menahan tawanya. Ia pun tertawa sambil mencubit pipi Nana dengan gemas.

"Aigooo my baby... kenapa kau begitu menggemaskan?" kata Lisa disela tawanya. Ia langsung beranjak dari kasur dan meraih seluruh pakaiannya yang berserakan di lantai. Nana menatap lekat kearah kekasihnya yang mulai menutupi tubuh indahnya dengan pakaian. Pemandangan yang sempurna di pagi hari. Ahh... aku ingin melewati setiap pagiku bersamamu chagii... kata Nana dengan penuh harap.

Setelah selesai berpakaian, Lisa menoleh kearah Nana yang masih menatap kearahnya.

"Aku akan buatkan sarapan..." kata Lisa. Nana mengangguk, dan hanya diam menatap punggung Lisa yang mulai berjalan keluar dari kamar itu.

Lisa melangkah dengan penuh percaya diri menuju dapur apartment Nana. Menu sarapan Nana sangat sederhana. Ia selalu menyantap roti panggang, dengan scrambled egg dan segelas susu. Menu sarapan yang simple, sesuai dengan jadwal padat yang sering dilewati olehnya.

Ketika Lisa sedang memasak scrambled egg, Nana keluar dari kamarnya. Ia memakai kaos kebesaran dan celana training. Rambutnya ia ikat asal. Nana berjalan menuju dapur. Tahu kalau kekasihnya masih sibuk memasak, ia pun mengendap-ngendap mendekati Lisa.

"Astagaaa..." Lisa hampir melompat ketika Nana tiba-tiba memeluknya dari belakang. Nana hanya terkekeh dan merapatkan pelukannya. "Kau membuatku kaget, baby..." keluh Lisa.

"Mian chagiyaa..." jawab Nana dengan suara manja. Melihat tingkah Nana, Lisa hanya menggelengkan kepalanya pelan dan kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.

"Duduklah... sebentar lagi sarapan siap." Kata Lisa. Nana mengangguk dan langsung melepaskan pelukannya.

Nana langsung berjalan menuju meja makan. Ia duduk dan memperhatikan Lisa dari kejauhan. Tak lama, Lisa menghampiri Nana dan meletakkan sepiring roti panggang dengan scrambled egg di hadapannya. Ia kembali lagi ke dapur untuk mengambil segelas susu putih dan sarapan untuknya sendiri. Nana selalu suka kesigapan Lisa ketika melayaninya. Lisa selalu berusaha keras untuk tidak membuat Nana menunggu lama. Hal itu selalu membuatnya tersentuh, melihat bagaimana kesungguhan Lisa melakukan segala sesuatu untuknya.

Lisa kembali menghampiri Nana dan memberikan segelas susu putih. Sebelum duduk disebelahnya, Lisa mengecup kening Nana. "Makanlah..." kata Lisa dengan senyuman manisnya. Ia menaruh piring berisi roti panggang dan scrambled egg dihadapannya. Lisa sudah bersiap untuk menyantap sarapannya, ketika ia sadar wanita yang duduk disebelahnya saat ini malah terus saja menatapnya. "Hei... kenapa kau tidak makan?" tanya Lisa sambil menaikkan sebelah alisnya. Bukannya menjawab, Nana malah mengangkat kedua alisnya dan tersenyum lebih lebar. Lisa menghela nafasnya dan tersenyum. Ia pun mendekat kearah Nana dan berbisik, "atau kau mau memakanku?" tanya Lisa lagi dengan wajah menyeringai.

Sontak Nana memundurkan tubuhnya dan memukul lengan Lisa. "Yaa!!! Dasar mesum!!" seru Nana.

"Tadi kau bilang kau lapar. Tapi ketika aku memberikanmu makanan, kau malah tidak memakannya, dan malah menatapku. Kau lapar, atau 'lapar'?" tanya Lisa lagi dengan nada menggoda. Nana menahan tawanya dan kembali memukul lengan Lisa.

"Aku memang lapar!!" seru Nana lagi yang langsung meraih garpu dan pisaunya. Suara tawa renyah akhirnya keluar dari mulut Lisa. Ia memang selalu senang jika menggoda kekasihnya seperti ini. Nana sama sekali tidak menggubris tawa Lisa yang terdengar begitu puas. Ia langsung menyantap sarapannya.

Tiba-tiba, sebuah kecupan mendarat di pipi Nana.

"I love you baby..." bisik Lisa. Ia kembali memalingkan wajahnya dan mulai menyantap sarapannya.

Nana diam-diam tersenyum, dan melihat Lisa dari ujung matanya. Bagaimana kau bisa membuatku makin mencintaimu tiap harinya, Lisa? gumam Nana dalam hati.

STAY Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz