26. TONIGHT WITH YOU (18+)

13.1K 689 32
                                    

Lisa masih duduk di sofa, dan Nana terlihat memejamkan matanya di dalam pelukan Lisa. Ia sudah tidak lagi menangis. Lisa berhasil membuatnya tenang dengan pelukannya. Televisi pun masih menyala, mata Lisa menatap lurus ke layar televisi. Hanya menatap. Karena obrolan sebelumnya, Lisa sama sekali tidak bisa menikmati acara televisi yang sedang tayang.

"Kau lelah?" tanya Lisa sambil membelai rambut Nana lembut. Nana mengangguk. "Kau mau istirahat?" tanya Lisa lagi. Nana menggeleng. "Kalau kau lelah... beristirahatlah..." lanjut Lisa sambil mengecup puncak kepala Nana.

"Aku sedang beristirahat..." jawab Nana sambil merapatkan lagi pelukannya. Lisa pun mempererat rangkulannya di pinggang Nana.

"I love you baby..."

"I love you even more..." Nana mendongakkan kepalanya menghadap wajah Lisa. Lisa pun menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajah Nana. Nana tersenyum lemah. Ada guratan kesedihan di garis wajah Nana saat ini. Dan Lisa sama sekali tidak tega melihatnya. Ia mendekap tubuh Nana erat dan mengecup keningnya. "Aku selalu suka kalau kau memelukku seperti ini baby..." kata Nana yang sudah memejamkan matanya, merasakan hangat tubuh Lisa yang mampu membuatnya tenang. Hanya kehangatan ini yang mampu menyembuhkan semua luka hati ini, gumam Nana dalam hati.

"Mau seharian kau memintaku untuk memelukmu, pasti akan ku lakukan..." jawab Lisa yang membenamkan wajahnya ke rambut Nana.

Nana mengangkat kepalanya, dan menyandarkannya di pundak Lisa. Wajahnya ia benamkan ke leher Lisa.

"Ya baby... geli..." Lisa menahan tawanya karena hembusan nafas Nana yang menggelitik lehernya. Melihat reaksi Lisa, Nana malah tersenyum jahil dan mengecup leher jenjang Lisa. "B-baby... kau tahu kan leher adalah daerah sensitifku?" Lisa ingin mendorong tubuh Nana, tapi kedua tangannya terasa lemas karena bibir Nana terus mendarat di lehernya.

"Aku tahu..." Nana terus mengecup leher Lisa tanpa henti. Tangan kanannya meraih tengkuk Lisa dan mengusapnya lembut. Lisa memejamkan matanya sampai suara desahan pelan lolos dari mulutnya. Ia mendongakkan kepalanya supaya Nana lebih leluasa menjelajahi tiap sudut lehernya. Tahu ia telah diberi ijin, Nana langsung beranjak tanpa melepaskan bibirnya dari leher Lisa, dan duduk dipangkuannya. Lisa melingkarkan kedua tangannya di pinggang Nana, sedang Nana terus membuat jejak basah di leher Lisa. "You like it?" bisik Nana di telinga kiri Lisa.

"I always like everything you do to my body baby..." Lisa balas berbisik di sela nafasnya yang mulai tersengal-sengal. Nana merinding, karena tiba-tiba saja Lisa mendaratkan bibirnya di telinga kiri Nana, dan kemudian menggigitnya lembut. Ketika Lisa hendak mendaratkan bibirnya ke leher Nana, Nana malah mendorong pelan tubuh Lisa.

"Let me be in control tonight. May I?" tanya Nana dengan senyuman menggoda. Belum sempat Lisa menjawab, Nana sudah langsung mengunci mulut Lisa dengan bibirnya. Tanpa meminta ijin dari empunya, Nana memperdalam ciuman mereka. Lidahnya mendesak masuk ke dalam mulut Lisa, menelusuri setiap rongga mulut itu. Dari Lisa, Nana mengecap samar-samar rasa pudding coklat susu yang dimakan Lisa saat makan malam tadi. Wanita itu sama sekali tidak menyangka kalau ciuman mereka malam itu akan semanis ini.

Ciuman itu semakin terasa memabukkan. Manis mulut Lisa yang tertinggal di bibir Nana, dan saat ini... ketika Nana kembali menjelajahi leher Lisa, tercium aroma manis yang menyeruak dari tubuh Lisa. Aroma manis, namun membuat tubuh Nana gemetar karena wangi itu tetap tercium maskulin.

"MONTBLANC Legend Eau de Toilette..." kata Nana disela kesibukannya mengecup dan menjilati leher Lisa. "Kau selalu tahu bagaimana cara menggoda wanita secara tidak langsung, baby..." Nana berbisik lagi di telinga Lisa. Lisa menyunggingkan senyuman mendengar tuduhan tak beralasan itu. Memang, salah satu dosa terbesar Lisa adalah; apapun yang ia pakai, apapun yang ia lakukan, akan selalu terlihat menggoda bagi kaum adam, maupun kaum hawa. Sebagai kekasihnya, Nana sangat tahu hal itu. Ia kadang kebingungan, haruskah ia marah karena aura seductive yang dimiliki Lisa? Atau ia harus bangga, karena memiliki kekasih yang digilai oleh banyak orang? Tapi malam ini, Nana akan meyakinkan dirinya sendiri, kalau Lisa memang hanyalah milik dia seorang.

STAY Where stories live. Discover now