48. PENGAKUAN DAN PENERIMAAN

7.7K 593 26
                                    

PULAU JEJU

THE SHILLA JEJU

Jennie paling benci jika dikejutkan, entah dalam bentuk apapun itu. Seperti pagi ini, Jennie harus terbangun dari tidurnya dengan jantung yang berdebar kencang karena suara handphone yang sangat asing di telinganya. Ia bangun dengan keadaan yang tidak menyenangkan, dan Jennie benar-benar benci itu. Ditambah lagi Jennie merasakan getaran-getaran aneh di tubuhnya. Apa ini? Jennie meraba-raba tubuhnya dengan kesal. Ia baru sadar kalau ia masih memakai jaket milik Lisa. Dan ia juga sedikit terkejut karena sudah berada di kamar tidurnya. Sejak kapan aku disini? Jennie semakin kebingungan. Tapi, kekesalannya kembali muncul karena ada benda yang masih saja terus bergetar, membuat tubuhnya merasa sedikit geli tak nyaman. Ketika ia meraba kantung bagian dalam jaket milik Lisa, Jennie menemukan handphone yang tidak ia kenali. Handphone tersebut terus bergetar dan mengeluarkan nada dering dengan volume cukup keras. Jennie mengernyitkan dahinya. Apakah ini milik Lisa? Bukan karena lancang, handphone Lisa sedang tidak berada di tangan empunya, dan malah mengganggu waktu tidur Jennie. Maka itu ia tidak segan-segan mematikan handphone itu.

Jennie akhirnya memutuskan untuk turun dari kasurnya. Ia meregangkan tubuhnya dan langsung melepas jaket milik Lisa. Sayup-sayup, terdengar suara televisi dari luar kamar tidurnya. Lisa sudah bangun? Tanya Jennie dalam hati. Ia menyampirkan jaket Lisa di lengannya, dan berjalan menuju pintu kamar tidurnya.

Pintu kamar tidur Jennie memang tidak jauh dari ruang tengah. Smart televison-nya saja menempel di balik tembok kamar tidurnya. Jennie membelalakkan matanya ketika melihat tubuh jangkung itu terlelap diatas sofa dengan posisi duduk bersandar. Bahkan tangannya masih menggenggam remote televisi. Jangan bilang kalau ia tidur disini semalaman... Jennie melangkahkan kakinya perlahan agar tidak menimbulkan suara. Ia mendekati Lisa, meraih remote televisi yang berada di genggaman tangan Lisa dan segera mematikan televisinya. Jennie menghembuskan nafasnya tanpa bersuara. Ia kembali menatap wanita yang terlihat masih asyik di alam mimpinya. Jennie sebenarnya sedikit kebingungan, haruskah ia membangunkannya? Ia tidak tega melihat wajah damai yang ditunjukkan Lisa ketika ia sedang tidur. Padahal badanmu akan pegal-pegal jika tidur dengan posisi seperti ini...

"Lisa..." Jennie akhirnya memberanikan diri menepuk pelan lengan Lisa. Ia tidak mau wanita yang hari ini akan memiliki jadwal cukup padat, malah terbangun dengan badan sakit karena semalaman tidur dengan posisi duduk.

"Lisa..." Jennie masih memanggil nama wanita itu. "Lisa wake up..." Jennie pun tak henti menepuk lengan Lisa.

Wajah Lisa akhirnya bereaksi. Ia mengerutkan kening, dan mengeratkan rahangnya. Lisa juga mengepalkan kedua tangannya dan meregangkan lengannya ke samping.

"Uuurrgghh..." erang Lisa masih dengan mata yang tertutup. Jennie terkekeh pelan melihat ekspresi lucu yang diperlihatkan oleh Lisa. Lisa sendiri cepat-cepat membuka matanya setelah sadar ada seseorang berdiri di hadapannya.

"Morning..." Jennie menyapa Lisa dengan gummy smile- nya.

"Uuhhh Jennie?" Lisa belum sadar sepenuhnya. "Morning..." jawab Lisa akhirnya, dengan suara parau khasnya setelah bangun tidur. Jennie pun duduk di samping Lisa persis.

"Kau tidur semalaman disini?" tanya Jennie. Lisa yang tengah mengusap-usap matanya malah terkejut mendengar ucapan Jennie.

"Huh?? Semalaman? Jam berapa sekarang?" tanya Lisa dengan wajah panik. Jennie menahan senyumnya.

"Sekarang jam setengah enam pagi Nona Manoban..."

"Mwwooo???" pekik Lisa. Ia langsung menoleh ke beranda, dan matahari memang sudah mulai menampakkan dirinya. Lisa kembali menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. "Aaahh... sepertinya aku ketiduran disini." Ucap Lisa sambil memukul keningnya pelan. Jennie terkekeh melihat senyuman kikuk Lisa.

STAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang