13. RESIKO TERBESAR

7.8K 681 12
                                    

Sementara itu, di waktu yang sama, namun di tempat yang berbeda; Nana sedang berdiri dihadapan meja rias sambil memainkan handphonenya. Ia masih di studio pemotretan, dan sedang ada waktu jeda di sela jadwal pemotretan malam itu.

Chagi (Lisa)

Aku pergi ke Wind Flower dengan Han Bin Tuan Putri. Kalau sudah selesai, kabari aku ya? Jangan terlalu lelah, jangan lupa makan malam. Love you Princess...

Nana tersenyum membaca pesan yang dikirimkan oleh kekasihnya. Cepat-cepat ia membalas pesan dari Lisa.

Nana

Ne chagiyaa... aku akan menghubungimu jika sudah selesai. Selamat bersenang-senang... jangan minum terlalu banyak. Xoxoxo

Nana tersenyum dan langsung mengirim balasan pesan untuk Lisa.

"Nana... ayo kita mulai lagi?" Yunhyuk tiba-tiba muncul dari balik pintu ruang rias. Nana menoleh sebentar, kemudian menganggukkan kepalanya dan meletakkan kembali handphonenya ke tasnya.

Malam ini, Nana berusaha menyelesaikan jadwal pemotretannya dengan cepat. Ia tampak energik. Semangatnya seperti tidak surut seharian ini. Ia bergaya dengan begitu baik di depan kamera. Fotografer pun terlihat sangat puas dengan semua pose dan ekspresi wajah yang diberikan Nana. Seluruh tim pemotretan malam itu memandang Nana dengan penuh kekaguman. Kebanyakan, fotografer yang pernah bekerja bersama dengan Nana selalu dibuatnya kebingungan. Seluruh hasil fotonya selalu bagus, dan fotografer sendiri merasa kesulitan memilih foto mana yang akan dipilih.

Selesai merampungkan pemotretan terakhir malam itu, Nana dan Yunhyuk segera bersiap pulang. Yunhyuk membereskan semua barang-barang Nana, sedangkan Nana mengganti pakaiannya.

"Kau mau makan malam?" tanya Yunhyuk ketika melihat Nana akhirnya keluar dari ruang ganti.

"Boleh oppa..." jawab Nana sambil merapikan pakaian yang ia kenakan.

"Kau mau makan apa?" tanya Yunhyuk.

"Beulgogi?" Nana nampak masih berpikir.

"Oke..." Yunhyuk kembali melanjutkan membereskan barang-barang mereka.

Selesai membereskan semua barang bawaan mereka, Nana dan Yunhyuk pamit pulang ke tim pemotretan malam itu. Mereka bergegas pergi menuju restoran beulgogi langganan yang terletak tak jauh dari kantor UE-E. Tak terasa mereka pun akhirnya tiba di depan restoran tersebut. Restoran itu terlihat sepi. Tidak ada pengunjung satupun.

Di dalam mobil, Nana sibuk mengetikkan sesuatu untuk Lisa sambil tersenyum. Tapi, tiba-tiba jemari Nana terhenti, handphone Nana bergetar, ada panggilan masuk. Raut wajahnya berubah seketika. Senyum yang sedari tadi menghiasi wajahnya sirna ketika melihat nama yang muncul di layar handphonenya.

"Kita sudah sampai..." kata Yunhyuk sambil melepaskan sabuk pengamannya. Ia sama sekali tidak menyadari, kalau Nana sedari tadi diam mematung memandang ke layar handphonenya yang masih terus bergetar. "Nana?" Yunhyuk menoleh karena tidak ada tanggapan dari Nana. Nana terkejut dan langsung menoleh kearah Yunhyuk.

"Aahh... uummm... oppa... kau turun sajalah dulu." Jawab Nana terbata-bata. Yunhyuk mengernyitkan dahinya. "Aku mau mengangkat telepon dulu." Lanjutnya dengan senyuman kaku. Yunhyuk masih terlihat kebingungan. Tapi akhirnya ia pun menganggukkan kepalanya mengerti.

"Oh... baiklah." Jawab Yunhyuk sambil membuka pintu mobil. "Aku akan memesankan makanannya dulu..." kata Yunhyuk lagi. Nana mengangguk.

Setelah memastikan Yunhyuk sudah masuk ke dalam restoran, Nana kembali memandangi layar handphonenya. Dengan penuh keraguan, ia menerima telepon itu.

STAY Where stories live. Discover now