28. TENTANG BYULYI

5.4K 496 10
                                    

"Aku tidak ikut!!" seru Moon Byul menolak lepas dari selimutnya.

"YAAA!!!" Whee In mulai terlihat geram. Ia langsung menarik kasar selimut Moon Byul dan menindih tubuhnya. "KAU IKUT... ATAU AKU AKAN MENINDIH TUBUHMU SAMPAI KAU KEHABISAN NAFAS!!" seru Whee In sambil terus menggoyang-goyangkan tubuhnya diatas Moon Byul.

"YAAA!!! APA KAU GILAAA!!!???" Moon Byul langsung bangkit dan mendorong tubuh Whee In. Whee In mengalah, ia bangkit berdiri dan memandang kesal kearah Moon Byul yang hanya terduduk diatas kasurnya.

"Kau harus ikut Byulyi!!" Whee In kembali berseru sambil menumpukan kedua tangannya dipinggang. Moon Byul hanya merengut. "Yaaa!!!"

"Aku tidak ikut!" jawab Moon Byul lagi. Ia langsung menarik kembali selimutnya, dan menggulung dirinya di balik selimut.

"Yaa!!! Nyonya Joon Hee sendiri yang mengundang kita untuk makan siang dirumahnya!!! Kau keterlaluan kalau sampai tidak datang!!" kata Whee In sambil melempar bantal kearah kepala Moon Byul. "Apa kau tidak mau menjenguk Yong Sun??" tanya Whee In kesal. "Apa kau tidak khawatir padanya!!??" lanjutnya lagi dengan suara meninggi.

Moon Byul langsung melepaskan selimutnya dan memandang tajam kearah Whee In. Whee In yang tadinya merasa kesal, hanya terdiam karena wajah Moon Byul benar-benar terlihat menyeramkan.

"Jangan menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu, Whee In..." kata Moon Byul dengan suara rendah yang mengintimidasi. "Khawatir? Itu sudah pasti..." Moon Byul menundukkan kepalanya. "Aku ingin menjenguknya... bersikap menyebalkan seperti biasanya. Menghiburnya supaya dia bisa cepat sembuh..." kalimat Moon Byul menggantung. "Tapi, dengan apa yang terjadi diantara kita berdua... bagaimana aku bisa bersikap biasa saja dihadapannya?" Moon Byul menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menggelengkan kepalanya frustasi. Whee In langsung duduk disampingnya, dan menghela nafas panjang melihat tingkah Moon Byul.

"Byulyi..." Whee In mengusap punggung Moon Byul dengan lembut. "Kalau kau seperti ini terus, sama saja kau menyiksa dirimu sendiri..." kata Whee In. "Kau terus menghindar... padahal kau sendiri yang pernah mengatakan padaku kalau kau ingin memperjuangkan Yong Sun. Apa itu hanya omong kosong, Byulyi?" kalimat Whee In malah terdengar seperti menyindir.

Moon Byul tertegun mendengar ucapan Whee In . Ia jadi kembali teringat ketika ia mulai sadar kalau ia mencintai Yong Sun. Moon Byul benar-benar berusaha dengan keras membuat Yong Sun mau 'menoleh' kepadanya.

"Kau sudah berusaha keras, Byulyi... dan ketika Yong Sun akhirnya 'menoleh' padamu, kenapa malah kau yang 'memalingkan' wajahmu?" kalimat Whee In langsung terasa menyayat dada Moon Byul.

Belum sempat Moon Byul menjawab ucapan Whee In, mereka berdua dikagetkan dengan suara bel rumah Moon Byul.

"Aaahh itu pasti Chaeyoung..." kata Whee In yang langsung beranjak berdiri, hendak keluar dari kamar Moon Byul.

"Chaeyoung?" Moon Byul mengernyitkan dahinya. "Kenapa dia bisa kesini?"

"Aku memintanya menjemput kesini. Pasti lebih menyenangkan kalau kita berangkat bersama-sama..." kata Whee In sambil membuka pintu kamar Moon Byul. "Tapi karena kau bilang tidak mau ikut, aku akan berangkat berdua dengan Chaeyoung..."

"Whee In..." suara Moon Byul menghentikan langkah Whee In. Ia menoleh memandang kearah Moon Byul dengan kebingungan. "Aku mau mandi dulu... kalian mau menungguku?" tanyanya malu-malu. Whee In menyunggingkan senyum di wajahnya.

"Jangan lama-lama..." Whee In langsung keluar dari kamar Moon Byul.

Selagi Moon Byul bersiap, Whee In membukakan pintu untuk Chaeyoung dan mempersilahkannya masuk.

"Kau mau minum?" tanya Whee In sambil berjalan menuju dapur. Chaeyoung mengikuti Whee In dari belakang.

"Tidak perlu repot-repot eonni..." jawab Chaeyoung yang terlihat sibuk mencermati tiap sudut rumah sederhana Moon Byul. Rumah Moon Byul memang terhitung kecil. Dengan perabotan yang sederhana, namun tertata dengan sangat rapi dan bersih. Di tembok ruang tengah, tergantung beberapa pigura foto Moon Byul dengan orang-orang yang tidak pernah dilihat Chaeyoung sebelumnya. "Eonni... apakah Moon Byul eonni tinggal sendiri?" tanya Chaeyoung yang sedang mencermati foto-foto yang terpajang di ruang tengah.

"Ne..." jawab Whee In dari dapur. "Chaeyoung-ah... kau mau air mineral?" tanya Whee In.

"Boleh..." Chaeyoung belum melepaskan pandangannya dari pigura-pigura itu. Setelah Whee In mengambilkan segelas air mineral untuk Chaeyoung, ia langsung menghampiri Chaeyoung dan menyodorkan gelas itu padanya. "Dimana keluarga Moon Byul eonni?" tanya Chaeyoung sambil meraih gelas yang disodorkan Whee In padanya. Whee In memandang pigura foto yang dilihat Chaeyoung. Ia tersenyum sendu.

"Kedua orangtua Byulyi sudah meninggal karena kecelakaan pesawat..." jawab Whee In. Chaeyoung terkejut mendengar ucapan Whee In. "Byulyi anak tunggal..."

"Saudaranya yang lain?" tanya Chaeyoung yang merasa sedih mendengar kenyataan itu.

"Tidak ada yang tinggal di Korea..." jawab Whee In lagi. "Ada yang tinggal di Cina, ada juga yang tinggal di Amerika. Byulyi benar-benar sendirian disini..." Chaeyoung langsung menundukkan kepalanya. Ia merasa bersalah karena bertanya.

"M-maaf karena sudah bertanya..." kata Chaeyoung menyesal. Whee In langsung menoleh memandang kearah Chaeyoung dan tersenyum.

"Kenapa kau meminta maaf?" tanya Whee In sambil mengusap lengan Chaeyoung.

"Tidak seharusnya aku bertanya..." jawab Chaeyoung yang sudah menundukkan kepalanya.

"Tenanglah Chaeyoung-ah..." kata Whee In lagi. "Byulyi juga tidak pernah mempermasalahkan jika ada yang bertanya tentang orangtuanya atau keluarganya yang lain..." Sekalipun begitu, Chaeyoung tetap merasa tidak enak hati. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Moon Byul benar-benar tinggal seorang diri.

"Kapan orangtua Moon Byul eonni meninggal, eonni?" tanya Chaeyoung dengan suara setengah berbisik.

"Ketika Byulyi duduk di bangku sekolah menengah atas." Jawab Whee In sambil berjalan menuju sofa ruang tamu. Chaeyoung mengikuti Whee In sambil menganggukkan kepalanya mengerti.

"Aku sama sekali tidak bisa membayangkan, kehilangan orangtua di umur yang masih muda... pasti sulit bagi Moon Byul eonni..." kata Chaeyoung dengan wajah bersimpati. Whee In akhirnya menjatuhkan dirinya keatas sofa.

"Awal aku mengenal Byulyi, aku juga sulit percaya..." jawab Whee In sambil menepuk-nepuk sofa disebelahnya agar Chaeyoung mau duduk disampingnya. "Sekalipun aku tidak tahu bagaimana dia bisa melewati itu semua... tapi aku yakin, dia memang benar-benar wanita yang sangat kuat..." Chaeyoung akhirnya duduk disebelah Whee In. "Kalau dia tidak kuat, tidak mungkin kita bisa bertemu dengannya seperti sekarang." Lanjutnya. Chaeyoung mengangguk setuju.

"Aku benar-benar tidak menyangka sebelumnya..."

"Aku pun juga tidak menyangka... pertama kali aku mengenal Byulyi, dia adalah wanita yang memiliki energi positif. Bahkan aku berpikir, dia pasti dilahirkan dan tumbuh besar di tengah keluarga bahagia dan utuh..." ucapan Whee In menggantung. "Tapi ternyata... dibalik keceriaan seseorang, selalu ada sesuatu yang sebenarnya ia sembunyikan..."

"Aku bersyukur Moon Byul eonni sudah melewati masa sulitnya..." kata Chaeyoung dengan polosnya. Sudah melewati masa sulitnya? Chaeyoung-ah... dia sekarang bahkan sedang mengalami masa sulit dengan hatinya, gumam Whee In dalam hati.

"Oiya eonni... aku lihat akhir-akhir ini Moon Byul eonni sedikit berbeda. Apakah dia ada masalah?" tanya Chaeyoung yang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Whee In kembali meminum minumannya sambil mengangkat kedua alisnya.

"Anggaplah dia sedang gila..." jawab Whee In asal. Chaeyoung malah mengernyitkan dahinya bingung.

STAY Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz