40. DUKUNGAN

5.9K 549 10
                                    

Joo Yeon, Jennie dan Donghyuk baru saja menyelesaikan acara makan malam mereka. Saat ini mereka bertiga sedang berjalan keluar dari restoran menuju dimana mobil Donghyuk terparkir.

Donghyuk bergegas membuka kunci mobilnya. Tak lupa ia membukakan pintu untuk Eomma nya. Baru saja pantatnya menyentuh jok kursi mobil, handphone Joo Yeon berbunyi. Cepat-cepat ia meraih handphone yang ia taruh di tas kecilnya.

"Yoboseyo?" sapa Joo Yeon.

"Joo Yeon-ah..." terdengar suara wanita yang sangat familiar di telinganya.

"Yoo Jin?" terka Joo Yeon sambil mengernyitkan dahinya.

"Aahh ne... aku meneleponmu dengan telepon kantor..." wanita itu terkekeh di seberang sana.

"Uwaa... kau masih di kantor? Ini bahkan sudah lewat jam makan malam. Apa yang kau lakukan? Apakah semuanya baik-baik saja, Yoo Jin?" tanya Joo Yeon khawatir.

Joo Yeon dan Yoo Jin memang sudah bersahabat semenjak mereka masih terjun di dunia entertainment. Persahabatan mereka terus berlanjut sampai detik ini. Sekalipun mereka sudah jarang sekali bertemu, bukan berarti mereka menjauh. Bahkan persahabatan mereka terhitung makin erat karena persahabatan anak-anak mereka.

"Anjoayo (tidak baik)..." jawab Yoo Jin sambil menghela nafasnya kasar.

"Waeyo?"

Semenjak Yoo Jin memulai agensinya, tak pernah sekalipun ia terdengar mengeluh. Ia bahkan selalu terlihat bersemangat dan optimis. Kwon Ji Yong pun cukup sering membantu, memberi saran dan kritik, juga masukan bagi sahabat istri tercintanya ini. Apalagi ketika dunia entertainment digemparkan dengan pengakuan orientasi seksual seorang Manoban. Saham UE-E yang langsung anjlok, penawaran-penawaran dan kerja sama yang dibatalkan secara sepihak. Badai yang ia dera sangat kencang. Tapi, Yoo Jin tidak pernah sekalipun mengatakan akan menyerah. Ia percaya pada talent-talent-nya. Dan hal itu ia buktikan, dengan kembali berada di posisi BIG 3, 3 perusahaan agensi yang terbesar dan terpercaya di Korea.

Tapi... malam ini, adalah pertama kalinya Yoo Jin terdengar begitu berbeda. Ia terdengar begitu lemah.

"Joo Yeon-ah... ayo kita bertemu. Ada yang ingin aku bicarakan juga denganmu..." ucap Yoo Jin lagi dengan suara yang penuh beban.

"Geurae (baiklah)... onje (kapan)?" tanya Joo Yeon cepat.

"Bagaimana kalau sekarang? Wind Flower?"

"Alkohol? Kau yakin?" Joo Yeon terlihat ragu.

"This is the right time to drink alcohol, Joo Yeon-ah..." Yoo Jin terdengar menghela nafas panjang.

"Arasseo... kebetulan aku baru saja selesai makan malam bersama dengan anak-anakku. Aku akan langsung kesana."

"Neee... aku akan segera bersiap..."

"Hati-hati dijalan Yoo Jin-ah..."

Melihat Eomma-nya selesai menelepon, Jennie langsung menengok ke belakang dan melihat wajah Joo Yeon yang khawatir.

"Eomma... gwaenchanayo?" Jennie memberanikan diri bertanya terlebih dahulu.

"Eomma tidak apa-apa, sayang. Tapi Yoo Jin yang sepertinya yang tidak baik-baik saja..." jawab Joo Yeon. "Donghyukie... bisakah kau antar eomma ke Wind Flower?" pandangan Joo Yeon langsung berpindah ke Donghyuk yang sedang fokus menyetir.

"Wind Flower?" Donghyuk malah mengernyitkan dahinya.

"Ne... kalian bisa tinggalkan eomma disana. Kalau sudah sampai rumah, katakan pada Tuan Chan untuk nanti menjemput eomma." Jawab Joo Yeon sambil memasukkan kembali handphonenya ke dalam tas.

STAY Where stories live. Discover now