46. DUA KISAH

6.8K 533 10
                                    

SEOUL

WIND FLOWER

Hari ini, Yongsun benar-benar kesal. Bagaimana tidak? Selama 2 minggu ini, Moonbyul terlihat menghindarinya. Moonbyul selalu berangkat terlambat, dan ia pun selalu pulang cepat. Kalaupun mereka bertemu karena tak sengaja, belum sempat Yongsun berbicara, Moonbyul pasti langsung beralasan dan menghindar. Yongsun mulai merasa tersinggung dengan sikap Moonbyul itu.

"Kalau ia memang tidak menyukaiku, bukankah lebih baik ia berkata jujur?" gumam Yongsun gemas.

Setibanya di Wind Flower, Yongsun menyempatkan diri datang ke ruang rias terlebih dahulu. Dan seperti biasa, ia hanya menemukan Wheein dan Chaeyoung. Yongsun hanya menitipkan pesan pada mereka berdua, jika Moonbyul sudah berangkat, ia harus datang ke ruang kerja Yongsun tanpa penolakan. Sebenarnya, Yongsun sama sekali tidak mau membawa embel-embel jabatannya agar seseorang patuh padanya. Apalagi ini masalah pribadi. Yongsun sendiri sudah merasa konyol karena memberi perintah seperti itu. Tapi, untuk kasus Moonbyul kali ini, Yongsun merasa sudah cukup bersabar.

Suara ketukan pintu membuat Yongsun tersadar dari lamunannya.

"Masuk..." cepat-cepat Yongsun memperbaiki posisi duduknya.

Yongsun dengan yakin bersiap menyambut seseorang yang sudah sedaritadi ia harapkan datang. Tapi, yang ia lihat bukanlah Moonbyul. Wheein berjalan memasuki ruang kerja Yongsun dengan wajah kaku.

"Maaf eonni..." ucap Wheein lirih.

"Ada apa Wheein?" tanya Yongsun dengan wajah serius.

"Baru saja Byulyi menghubungiku. Malam ini dia tidak bisa berangkat. Byulyi sakit..." jawaban Wheein sebenarnya sedikit membuat Yongsun terkejut. Tapi, ia mencoba untuk menahan ekspresi wajahnya agar tetap terlihat biasa saja. "Beberapa minggu ini Byulyi memang terlihat begitu banyak pikiran..."

"Banyak pikiran? Dia ada masalah?"

"Entahlah... ia bahkan tidak bercerita apapun padaku." Jawab Wheein sambil mengangkat kedua bahunya. Setelah itu, Wheein berjalan mendekati meja kerja Yongsun dan meletakkan secarik kertas bertuliskan sebuah alamat. "Cobalah eonni menjenguknya dan bertanya langsung ada apa dengannya. Siapa tahu ia mau terbuka dengan eonni." Lanjutnya. "Lagipula, sudah cukup ia mempermalukan dirinya sendiri dengan kebiasaan bengongnya akhir-akhir ini."

Yongsun meraih kertas yang diletakkan Wheein tadi. Ia kembali menatap Wheein, dan dapat melihat dengan jelas kekhawatiran di wajah itu.

"Tapi bukankah kau sahabatnya? Seharusnya kau tahu apa yang terjadi pada sahabatmu itu kan?" tanya Yongsun lagi. Wheein terdiam sejenak ketika mendengar pertanyaan itu. Ia menghela nafasnya kasar.

"Bukankah tadi sudah ku katakan eonni? Andaikan ia menjawab pertanyaanku dan mau bercerita apa yang terjadi padanya, aku pasti sudah tahu apa yang membebani pikirannya akhir-akhir ini." jawab Wheein frustasi. Ia pun kembali terdiam sejenak. Kakinya mengetuk-ngetuk pelan ke lantai. "Eonni... dia berubah sejak kita pulang dari menjenguk eonni..." jawaban Wheein langsung membuat tubuh Yongsun menegang. "Ditambah, aku lihat akhir-akhir ini Byulyi sepertinya menghindari eonni... aku tidak tahu, apakah diantara kalian berdua ada masalah atau apa. Tapi, tolong aku eonni. Aku khawatir padanya... dia tidak pernah seperti ini sebelumnya."

Jangankan Wheein, kalau boleh jujur, Yongsun saja sudah cukup khawatir mendengar Moonbyul sakit. Tapi, ini bukanlah seperti yang direncanakan Yongsun. Ia ingin sekali Moonbyul yang datang padanya, dan menjelaskan apa maksud dari sikapnya beberapa minggu ini. Melihat keadaan malah jadi seperti ini, sepertinya lagi-lagi, Yongsun harus mengalah.

STAY Donde viven las historias. Descúbrelo ahora