45. MENGENALMU

7.9K 647 54
                                    

Jennie harus mengakui, Lalisa Manoban memang teman ngobrol yang sangat menyenangkan. Ditambah lagi kebodohan-kebodohan yang kerap ia lakukan, Jennie cukup terhibur karenanya.

Tak terasa mereka menghabiskan waktu kosong mereka dengan mengobrol dan membuka berkaleng-kaleng bir untuk menemani obrolan mereka. Obrolan serius, bahkan candaan mengalir begitu saja sedari tadi.

Selama obrolan itu, Jennie dapat mengambil kesimpulan, kehidupan mereka berdua ternyata jauh berbeda. Dan tanpa sadar mereka, dengan obrolan ini, mereka semakin mengenal satu sama lain. Jennie takjub mendengar bagaimana kisah Lisa memulai karirnya sebagai idol. Betapa kerasnya tahun-tahun trainee yang harus dilewati Lisa sebelum akhirnya ia menjadi idol yang bersinar seperti saat ini. Dan Jennie pun baru tahu, untuk melakukan comeback, seorang idol harus berjuang mati-matian untuk menciptakan karya yang luar biasa. Tak hanya sampai disitu, Lisa juga membagi pengetahuannya tentang musik. Jennie mendapatkan banyak referensi musik bagus dari Lisa. Yah... setidaknya, Lisa bisa membantu sedikit mencerahkan hari-hari seorang Jennie Kim dengan musik-musik berkualitas.

Dari percakapan ini pula, Lisa baru tahu jika Jennie adalah seseorang yang sangat mementingkan pendidikan. Ia bahkan sulit mempercayai ketika tahu bahwa wanita dihadapannya ini bergelar MBA (Master of Business Administration). Awalnya, Lisa berpikir kalau isi otak Jennie Kim hanyalah melulu tentang fashion.

"Apakah kau bisa menyanyi Jennie?" tanya Lisa sambil beranjak dari tempatnya duduk. Jennie yang daritadi masih duduk disamping Lisa, mengangkat kedua kakinya keatas. Kedua tangannya memeluk kakinya, dan menaruh dagunya diatas lutut kakinya.

"Bisa..." jawab Jennie singkat.

Lisa yang sedang berjalan menuju kulkas mini, memalingkan kepalanya sebentar kearah Jennie. Lisa masih diam tak berkomentar. Ia memilih membuka dulu pintu kulkas dihadapannya, dan melihat masih ada 2 kaleng bir yang menganggur. "Kau mau bir lagi?"

"Boleh..."

Lisa langsung meraih 2 kaleng bir itu dan membawanya ke Jennie. Masing-masing dari mereka sudah mengonsumsi 2 kaleng bir, dan ini sudah kaleng ketiga bagi mereka.

"Sepertinya kau peminum yang kuat..." kata Lisa sembari membuka satu kaleng bir dan menyodorkannya pada Jennie. Jennie menyambut kaleng bir itu sambil tertawa kecil.

"Aku cukup bangga dengan hal itu..." jawaban Jennie malah mengundang tawa Lisa.

"Memangnya kau perlu bangga?" ledek Lisa. Jennie mengangkat kedua alisnya sambil menenggak birnya dengan sedikit rakus.

"Setidaknya aku bisa kuat menghadapi orang-orang yang suka sekali menjejaliku minuman di after party atau acara lainnya..."

Jawaban Jennie terdengar asal di telinga Lisa, membuatnya tertawa cukup keras. Jennie pun akhirnya juga ikut tertawa. Ia benar-benar merasa bodoh dengan jawaban yang ia ucapkan.

"Kenapa kau tidak mengikuti jejak Appa-mu?" tanya Lisa lagi sambil kembali duduk di sebelah Jennie. Tubuhnya menyamping menghadap Jennie, terlihat antusias menanti jawaban dari Jennie atas pertanyaannya itu. "Bukankah tadi kau bilang kalau kau bisa menyanyi?" Jennie menggeleng cepat.

"Aku bisa menyanyi... tapi suaraku tidak sebagus suaramu. Suaraku biasa saja..." Jennie kembali meminum birnya.

Lisa mengangguk-anggukkan kepalanya sambil ikut meminum bir yang sedari tadi hanya ia genggam.

"Lagipula... kalau aku mengikuti jejak Appa ku, siapa yang akan melanjutkan bisnis Appa dan Eomma?" lanjut Jennie.

"Kau merasa terbebani?"

STAY Where stories live. Discover now