23. Kehilangan

10.7K 2K 298
                                    

"Apa maksudnya?" tanya Renjun tidak mengerti. Jaemin di sebelahnya hanya terdiam seolah tidak sanggup mendengar perkataan mereka selanjutnya.

Nayeon menyenggol lengan Daniel, "Maksudnya, Jaemin adalah tipe yang seksi, lalu Renjun adalah tipe yang polos. Betul?"

"Iya, seperti itu maksudnya!" Daniel menjawab dengan cepat.

Renjun memajukan tubuhnya, "Apa maksudnya? Jadi, jika dibandingkan dengan Jaemin, aku pendek seperti anak kecil dan tidak menarik? Seperti itu?"

"Lihat! Ia berbicara berputar-putar! Bukankah maksudnya adalah dibandingkan dengan Jaemin, aku menggemaskan dan awet muda?" goda Guanlin.

"Seperti itu lagi! Aku sudah mengatakan bukan, ketua!" Renjun merajuk seperti anak kecil.

"Ia menusuk Jaemin dari belakang secara diam-diam." Daniel tertawa, begitu juga dengan Guanlin. Tzuyu dan Jihoon sudah tidak tahu harus berkata apa lagi, keberadaan mereka seolah diabaikan.

"Kalian sendiri yang mendorong mereka menjadi saingan. Bicara apa kalian sebenarnya? Tidak lihat Jaemin kebingungan?" Jeongyeon yang dari tadi diam akhirnya membuka suara.

"Bercanda. Kau pasti mengerti. Maaf, Jaemin." Guanlin tetap tertawa walaupun tidak sekeras tadi, "Mengapa jadi serius seperti itu?"

Daniel dan Renjun juga masih saja tertawa. Jaemin sampai lelah dibuatnya.

"Jaemin, kau lelah?" tanya Tzuyu yang menyadari perubahan ekspresi Jaemin.

"Apa?" Lelaki manis itu sedikit terkejut saat Tzuyu tiba-tiba bertanya padanya.

"Maaf karena aku meminta tolong padamu."

Jaemin tersenyum, "Tidak. Aku tidak apa-apa."

"Mereka memang selalu berbicara seenaknya dan kebiasaan itu bertambah parah sejak kalian masuk. Tidak perlu didengarkan." ujar Jeongyeon sambil bangkit dari kursinya.

"Iya." jawab Jaemin. Tepat saat itu, ponselnya berdering. Matanya membelalak saat melihat nama sang penelepon, "Kak, aku izin keluar untuk menjawab telepon."

Jaemin berjalan keluar setelah mendapat izin dari Tzuyu. Ia mengangkat ponselnya ke telinga, "Ya, bu direktur?"

"Maaf, Jaemin. Sejak saat itu, aku belum menghubungimu karena tak ada waktu."

"Tidak masalah! Bagaimana kabar Anda?"

"Sekali lagi aku benar-benar minta maaf. Saat itu aku hanya berpikir bahwa aku harus bertemu dengan Jeno hingga bertingkah seperti anak kecil. Hubunganmu dengan Jeno pasti memburuk karenaku."

"Sama sekali tidak, justru menjadi lebih baik."

"Sekarang tidak akan ada lagi permintaan seperti itu, bukan hanya pada Jaemin. Mulai sekarang, dengan cara apa pun, aku tidak ingin lagi bertemu dengan Jeno selamanya. Akhirnya, aku sadar akan keegoisanku. Jaemin, semoga kau berhasil. Aku akan mendukungmu."

Jaemin belum sempat menjawab karena Yoona sudah mengakhiri sambungan.

"Padahal aku tidak seharusnya ikut campur, tetapi ada yang mengganjal di hatiku." gumam Jaemin.

Hujan masih turun dengan deras. Jeno tiba-tiba saja muncul di hadapan Jaemin dengan air yang menetes dari helaian rambutnya.

"Ah? Halo! Kau kehujanan?" sapa Jaemin gugup.

"Iya." Jeno terdiam sejenak karena perkataan Minhyung yang menyuruhnya menyatakan perasaan pada Jaemin kembali terngiang, "Berisik."

"Apa?" Jaemin kebingungan.

[✓] my id is gangnam beauty | nominWhere stories live. Discover now