63. Tidur Saja di Sini

8.3K 1.4K 151
                                    

"Jaemin, kau tidak apa-apa?" Jeno mengguncang tubuh kekasihnya yang sudah terbaring di atas tempat tidur, "Bangunlah."

Jaemin melenguh dan mengubah posisi tubuhnya menjadi menyamping, "Matilah aku..."

"Kau benar-benar tertidur? Tidak apa-apa jika kau tidur di rumahku?" cicit Jeno.

😪

Renjun terduduk di lantai apartemennya. Ia membelalakkan matanya ketika mendengar suara kamera. Tidak. Itu hanya ada di pikirannya, tetapi mampu membuatnya takut setengah mati. Lelaki mungil itu berteriak karena suara kamera di pikirannya tidak mau berhenti. Ia berharap akan ada yang menolongnya karena dirinya benar-benar ketakutan.

😪

"Apakah Jaemin bisa menginap di apartemenmu?" tanya Jeno pada Felix melalui telepon.

"Di apartemenku? Besok tidak ada kelas, jadi aku sedang rumah keluargaku."

"Begitukah?"

"Bukankah kau juga tinggal di apartemen? Memangnya apartemenmu tidak nyaman?"

"Apa?" Jeno tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya, "Itu..."

"Aku harus pergi. Ibuku memanggil."

Jeno mendesah ketika panggilan itu terputus. Ia melirik ke arah Jaemin yang sudah terlelap di atas tempat tidurnya.

"Kalian pasti sudah tahu, tetapi kuingatkan lagi..."

Perkataan ibunya kembali terngiang di telinga Jeno. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Apakah ia harus keluar?

Di tengah kebingungannya, ponsel Jaemin berbunyi. Ia dapat melihat bahwa itu telepon dari ibu Jaemin dan entah mengapa ia memilih untuk mengangkatnya.

"Jaemin, mengapa tidak ada kabar darimu? Ini sudah jam berapa? Bukankah kau berjanji akan pulang ke rumah? Nanti kau tertinggal kereta terakh—"

"Selamat malam, bibi." ujar Jeno gugup, "Aku kekasih Jaemin."

"Apa?"

"Jaemin terlalu banyak minum sehingga ia tidur di rumah—"

"Apa maksudmu?! Mana mungkin Jaemin memiliki kekasih!"

"Tetapi, ia memiliki..." Jeno merasa heran ketika sambungan itu terputus. Beberapa detik kemudian, ponsel Jaemin kembali berdering dan kali ini adalah panggilan video. Jeno mengangkatnya dengan gugup, "Selamat malam."

Ibu Jaemin di seberang sana tampak terkejut, "Kau mempermainkan Jaemin?!"

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Ibu Jaemin di seberang sana tampak terkejut, "Kau mempermainkan Jaemin?!"

"Tidak."

"Kau benar-benar kekasih Jaemin?"

"Iya. Aku seangkatan dengannya. Namaku Jeno."

"Jaemin di mana? Ada di rumahmu?"

"Iya. Jaemin ada di sini." Jeno mengarahkan kameranya ke arah Jaemin yang sedang tertidur.

"Awalnya hendak kubangunkan dan kuantar pulang, tetapi ia belum bangun juga

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Awalnya hendak kubangunkan dan kuantar pulang, tetapi ia belum bangun juga. Maaf. Harusnya aku menjaganya supaya tidak mabuk. Aku akan tidur di lua—"

"Mengapa justru yang punya rumah yang keluar? Yang membuatmu susah itu Jaemin! Jika Jaemin tidak masalah, bibi juga tidak masalah. Bolehkah kau perlihatkan wajahmu pada bibi dengan lebih jelas?"

"Ya?" tanya Jeno, tetapi ia memperlihatkannya juga.

"Jaemin hebat juga! Bagaimana caranya mendekati anak sepertimu?"

"Terima kasih."

"Dari cara bicaramu, sepertinya kau bisa dipercaya. Kau benar-benar suka pada Jaemin?"

"Ya? Tentu saja."

"Ya sudah. Jaemin memang terkadang membuat kesal, tetapi ia anak yang baik. Semoga langgeng. Datanglah ke rumah kami lain waktu."

"Iya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Iya. Terima kasih."

"Ya ampun. Ternyata Jaemin diam-diam bisa juga seperti ini." Setelahnya, ibu Jaemin berpamitan dan mengakhiri panggilan dan Jeno mengusap tengkuknya dengan rona merah di wajahnya.

😪

Jaemin terbangun beberapa jam kemudian, ia melenguh dan mencoba mendudukkan dirinya, "Ini di mana?"

"Sudah bangun?"

Lelaki manis itu terkejut setengah mati ketika mendengar suara Jeno, "Ini rumahmu?!"

"Sekarang sudah pukul empat. Kau jatuh dan tertidur lama." jelas Jeno yang duduk di sofa.

"Apa?! Ibuku pasti khawatir!"

"Tadi aku sudah mengangkat telepon dari ibumu."

"Oh ya? Benarkah? Mengapa kau tidak tidur?" tanya Jaemin hati-hati.

"Jika kau menjadi diriku, memangnya kau bisa tidur?"

Jaemin menatap Jeno selama beberapa detik sebelum memahami ucapan kekasihnya itu, "Aku akan pulang naik taksi sekarang juga!"

"Jangan ceroboh. Ini sudah menjelang subuh. Sudahlah. Tidur saja. Tidak perlu mempedulikanku. Jika memang kau merasa tidak nyaman, aku akan tidur di luar."

"Kau ingin tidur di mana?! Bukankah kau tidak memiliki teman?!" kata Jaemin panik sehingga membuat Jeno tidak bisa berkata-kata, "Aku yang keluar! Aku juga pasti tidak akan bisa tidur karena memikirkanmu, Jeno."

"Bagaimana jika kita berdua tidak tidur?" usul Jeno.

😪

🦄nanapoo

[✓] my id is gangnam beauty | nominNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ