Spin-off #7

12.5K 1.1K 116
                                    

Jeno terdiam selama beberapa detik setelah Jaemin mengatakan ingin menginap di tempat tinggalnya. Ia baru membuka suara ketika Jaemin menundukkan kepalanya, "Karena itu kau masih belum ingin pulang?"

Jaemin tidak menjawab sehingga Jeno kembali membuka suaranya, "Kau tidak perlu memaksakan diri seperti itu."

"Bukan seperti itu!" jawab Jaemin cepat. "Kau sendiri benar-benar berpikir bahwa ini tidak perlu? Kau benar-benar tidak ingin?"

Jeno menatap Jaemin kemudian mengusap wajahnya sendiri, "Aku harus menjawab keduanya dengan jujur?"

Jaemin menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Tentu saja tidak harus." Jeno mengusap tengkuknya, "Tidak harus seperti itu. Aku hanya akan mengikutimu saja, tetapi jika kau mengatakan jika aku tidak ingin, itu tidak benar."

Jaemin dapat melihat wajah Jeno bersemu sehingga lelaki tampan itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Mungkin malu. Padahal wajah Jaemin juga bersemu.

"Aku juga!" jawab Jaemin yakin, "Aku juga ingin seperti itu. Aku tidak ingin menghindar lagi karena rasa khawatir yang bodoh. Maka itu langsung saja sebelum hari ulang tahunku selesai."

Jeno terkejut ketika Jaemin meletakkan tangan di dinding untuk mengurungnya dengan tubuh kurus itu. Sepertinya Jaemin benar-benar serius.

🐓

"Berikan tanganmu." kata Jeno ketika mereka sudah berada di dalam kamar lelaki itu. Selanjutnya Jaemin memandang kagum benda yang melingkari jari manisnya dan jari manis Jeno.

"Couple ring? Cantiknya. Jika aku tidak salah, sepertinya kau pernah mencari tahu soal ini, bukan? Terima kasih." kata Jaemin dengan tangan yang masih berada dalam genggaman Jeno.

"Ini bukan barang mahal. Nanti akan kuberikan yang lebih bagus. Selamat ulang tahun."

🐓

Jaemin berdiri di depan wastafel dengan handuk yang membalut tubuhnya. Ia mencubit lengannya dan merasa sedikit kecewa ketika menemukan lemak di sana. Sementara itu, Jeno menunggu di luar toilet hingga Jaemin selesai mengenakan pakaiannya. Lelaki tampan itu duduk dengan kaku di atas tempat tidurnya yang bernuansa abu-abu dan hitam. Ia sedikit terkejut ketika melihat Jaemin malu-malu keluar dari toilet dengan balutan kaus kebesaran dan tanpa celana.

"Sekarang bagaimana?" Jeno segera bangkit dari duduknya ketika pertanyaan itu terlontar dari mulut Jaemin.

"Itu..."

"Apakah aku harus melepasnya?" tanya Jaemin, "Aku malu. Bagaimana jika kau melepasnya terlebih dahulu?"

"Apa?" Jeno baru menyadari maksud perkataan Jaemin beberapa detik setelahnya, "Baiklah."

🐓

Beberapa hari kemudian,

"Apa?! Sudah pukul dua?! Aku terlambat!" Jaemin mengambil tasnya dengan cepat dan segera berlari agar cepat tiba di kampus.

"Lama!" kata Tzuyu ketika Jaemin tiba.

"Maaf! Akhir-akhir ini aku selalu terlambat bangun. Sebagai gantinya aku akan membelikan kopi untuk kakak." Jaemin berkata dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Hari ini kau tidak berdandan?"

"Aku buru-buru. Nanti saja berdandannya."

Jaemin berbincang dengan Tzuyu di dalam kelas dan terus memikirkan waktu yang tepat untuk berdandan, setidaknya memakai bedak.

"Bagaimana ulang tahunmu?" tanya Tzuyu.

"Menyenangkan!"

"Jadi, apakah berhasil?"

"Iya, berhasil." Jaemin memaksakan dirinya untuk tertawa. Malam itu ia menangis di pelukan Jeno karena tidak jadi melakukan hal yang sudah mereka rencanakan, yang ada hanya saling menyalahkan diri sendiri. Ternyata tidak mudah bagi dua orang yang baru pertama kali. Lain kali Jaemin akan berusaha untuk mempelajarinya.

🐓

"Sampai bertemu semester depan!" Tzuyu melambaikan tangannya sebelum berpisah dengan Jaemin di depan kampus.

"Iya. Hati-hati di jalan." Jaemin tersenyum dan tiba-tiba saja ia tersadar bahwa dirinya tidak berdandan hari ini

🐓

"Jeno, restoran sudah akan tutup. Kau lebih baik membereskan barang-barang."

"Baik."

"Oh, teleponmu berbunyi, Jeno."

Dan Jeno tersenyum ketika melihat nama kontak yang meneleponnya.

KEKASIHKU

Jeno tidak mengangkat telepon dari Jaemin karena lelaki manis itu masuk ke dalam restoran beberapa detik kemudian.

🐓

"Lihat! Cincin ini sangat cantik!" Jaemin menunjukkan cincin yang melingkari jari manisnya.

"Iya. Siapa yang memberikannya?" tanya Jeno berpura-pura tidak tahu padahal itu cincin yang diberikannya untuk Jaemin.

"Orang yang menyukaiku. Ia memberikannya sebagai hadiah ulang tahun."

"Bagaimana pendapatmu mengenai orang itu?"

"Tampan."

"Ya, beruntung kau menjadi kekasihnya." kata Jeno yang membuat Jaemin tertawa, "Mengapa tertawa?" Jeno bertanya sambil menggulung lengan kemejanya.

"Yang part time di restoran ini seksi juga." ujar Jaemin setelah mengamati gerak-gerik Jeno, "Apakah aku tidak perlu pulang hingga malam?"

"Mengapa kau menjadi genit?" tanya Jeno.

"Ya sudah. Aku pulang sekarang."

"Jangan."

Dan begitulah kisah cinta mereka.

TAMAT, SUNGGUH

Terima kasih untuk para pembaca yang telah mendukung cerita ini.

🦄nanapoo loves y'all

[✓] my id is gangnam beauty | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang