51. Pernyataan Cinta Kesepuluh

8.4K 1.6K 282
                                    

Jaemin keluar dari ruang jurusan dengan Jeno yang mengikuti di belakangnya. Jaemin panik mengingat tindakannya yang gegabah. Ia memberi tahu Jeno bahwa ia ingin menyatakan perasaannya dan sekarang tidak tahu harus bagaimana.

"Kau ingin mengatakan apa?" Suara Jeno membuat Jaemin tersentak.

"Itu... Bukankah kau tahu?"

"Tidak tahu." jawab Jeno.

"Bukankah tadi kau sudah mendengarnya?"

"Tidak dengar."

"Bohong." kata Jaemin gugup.

"Jadi, apa yang ingin kau katakan?"

Jaemin menatap ke arah lain, "Dua hari yang lalu kau mengatakan padaku... Aku juga sama sepertimu. Aku juga berpikir hal yang sama, jadi..."

"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau katakan." Jeno membuang wajah. Jaemin berteriak frustrasi sambil memukul pintu di belakangnya. Ia berbalik menghadap Jeno kembali setelah meyakinkan dirinya.

"Jadi, aku suka... padamu."

Dan itu adalah pernyataan cinta yang ke sepuluh selama hidup Jaemin dan mungkin itulah pernyataan cinta pertama yang tidak mendapatkan penolakan, karena Jeno pun menatapnya dengan wajah bersemu.

"Jadi, jika kau juga, kita men- Arggghhh!" Jaemin berteriak sebelum menyelesaikan perkataannya.

"Baiklah."

"Apa?"

"Kubilang baiklah. Sangat baik." ulang Jeno sekali lagi.

❣️

Jaemin terbangun dari tidurnya. Jadi, yang tadi itu hanya mimpi? Lagipula, Jaemin sadar bahwa ia tidak akan bisa menyatakan perasaannya seperti itu pada Jeno. Ia mengecek ponselnya dan mendapatkan pesan dari Jeno yang mengucapkan selamat tidur.

"Ini bukan mimpi!" Jaemin bangkit dari tempat tidurnya dengan panik. Ia merasa hatinya tidak siap untuk ini. Ditambah Jeno meneleponnya saat itu juga. Karena terlalu terkejut, Jaemin tidak mengangkat telepon dari Jeno, tetapi beberapa detik kemudian lelaki itu meneleponnya lagi.

"Halo?" ujar Jaemin gugup.

"Aku membangunkanmu?"

"Apa? Tidak. Aku memang sudah bangun. Sebenarnya, tadi aku sengaja tidak mengangkat telepon. Maaf."

"Aku sudah terbiasa karena kau sering sekali tidak mengangkat telepon dariku."

"Maaf!"

"Sudahlah. Yang penting sekarang kau sudah mengangkat. Sampai bertemu di kampus." Setelah mengatakan itu, Jeno mengganti pakaiannya dengan kemeja lengan panjang berwarna putih dan celana bahan hitam. Ia juga tak lupa menyemprotkan parfum yang diberikan Jaemin untuknya.

Begitu sampai di kampus, Jeno mengirimkan pesan untuk kekasih barunya.

Jeno
Di mana?

Jaemin
Di depanmu.

Jeno mengangkat kepalanya dan menemukan Jaemin yang berdiri beberapa langkah di hadapannya dengan wajah yang benar-benar merah.

"Halo!" sapa lelaki manis itu dengan gugup.

"Halo."

Mereka sama-sama terdiam setelah itu sehingga suasana menjadi canggung.

"Karena kau tidak mengangkat telepon, aku jadi berpikir bahwa yang kemarin itu hanyalah mimpi."

"Aku juga berpikir seperti itu." jawab Jaemin, "Jadi, ini... Kita benar-benar yang seperti itu sekarang? Menjadi sepasang kekasih, seperti itu?"

"Iya. Lalu, sekarang kita harus bagaimana?"

"Jadi, apa bedanya?"

Jeno mengulurkan tangannya dengan wajah bersemu, "Boleh bergandengan tangan?"

"Eh? Langsung?"

"Tidak boleh? Benar juga. Jika hari pertama langsung seperti ini agak..."

"Bukan seperti itu!" jawab Jaemin cepat. "Yang seperti itu tidak ada ketentuannya, hanya saja-"

Jaemin belum selesai berbicara dan Jeno sudah menggenggam tangannya. Hal itu membuat Jaemin berpikir. Sejak kapan tangannya jadi mudah berkeringat seperti sekarang?

❣️

🦄nanapoo

[✓] my id is gangnam beauty | nominWhere stories live. Discover now