45. Pernyataan Cinta Pertama

8.5K 1.6K 299
                                    

Jaemin terdiam sebelum menjawab pertanyaan dari Minhyung, "Kakak... Kakak benar-benar orang yang baik! Aku bahkan tidak tahu mengapa kakak menyukaiku. Aku juga..."

Tatapan Jaemin meredup ketika mengingat saat-saat berkencan dengan Minhyung dan kenangan bersama Jeno menyusul setelahnya, "Jika aku sadar diri, orang yang sebenarnya terlalu melebihi standarku bisa menyukaiku dan harusnya aku tidak boleh melepaskan kesempatan yang tidak bisa terulang lagi selama hidupku. Aku juga tidak mengerti mengapa aku ragu."

"Jaemin, kau tidak yakin pada perasaanmu atau— tidak jadi."

❤️

Jeno sedang mencari keberadaan Jaemin dan ia menghentikan langkahnya ketika melihat Minhyung yang sedang merokok di depan kampus, "Jaemin ada di ma—"

"Mengapa bertanya padaku?" tanya Minhyung datar. Jeno terdiam sejenak sebelum mengalihkan wajahnya sambil mengumpat, "Dasar brengsek."

"Mengapa sampai kalang kabut seperti itu? Kau ingin menyatakan cinta?"

"Apa urusannya denganmu?"

"Bicaramu tidak sopan." gumam Minhyung, "Apa yang kau suka dari Jaemin? Karena ia cantik?"

Jeno berbalik untuk kembali memandang Minhyung, "Kau? Memangnya karena cantik?"

"Jika iya?"

"Hanya itu?"

"Bukan hanya karena itu, tetapi sebagian besarnya seperti itu." jawab Minhyung santai. Jeno menatapnya tajam dan Minhyung tertawa, "Apa? Kau ingin mengatakan jika kau melihat hatinya? Apa bedanya? Apa yang membedakan perasaan suka dari bagian mana pun? Berbeda denganmu, untukku, jika menyukai orang itu harus yang cantik, lalu Jaemin kebetulan cantik sesuai dengan seleraku."

"Kau terus berbicara seperti itu pada Jaemin sampai sekarang?" tanya Jeno dingin.

"Mengapa? Apakah ada masalah? Kau ingin mencari kesalahan dengan mengatakan aku materialis?"

"Aku tidak peduli terhadap seleramu yang cantik atau buruk rupa, tetapi pada orang seperti itu, menemuinya sambil mengatakan kata-kata seperti orang yang penting cantik, kau bangga dengan itu? Lalu? Apakah Jaemin juga mengatakan padamu bahwa laki-laki dominan itu harus tampan? Tidak akan! Karena ia bahkan berpikir jika dirinya tidak boleh memiliki perasaan seperti itu! Kau bisa dengan percaya diri mengatakan bahwa perempuan dan  laki-laki submisif itu harus cantik karena kau menjalani kehidupan di mana kau tidak akan kehilangan apa pun walaupun kau berbicara seperti itu. Berbeda dengan Jaemin!" Jeno melangkah pergi setelah berbicara panjang lebar. Minhyung menatap kepergiannya sembari mengingat percakapannya dengan Jaemin tempo hari.

"Apakah kau tidak menyukai orang yang tampan?"

"Itu... Tidak mungkin aku bersama dengan yang tampan."

"Kakak memiliki selera yang agak unik sehingga mungkin bisa suka padaku, tetapi anak seperti Jeno mana mungkin berpikir seperti itu terhadapku!"

Dan Minhyung merasa bersalah pada saat itu.

❤️

Jaemin terkejut ketika melihat Jeno yang sedang berjalan tidak jauh dari tempatnya duduk. Ia segera bersembunyi di balik tembok sebelum Jeno melihatnya. Bahkan ia sendiri tidak tahu mengapa ia melakukannya.

Langit yang sedari tadi agak gelap memang tidak pernah berbohong. Hujan turun ketika Jaemin baru saja bersembunyi, tetapi lelaki cantik itu bersikeras untuk menunggu Jeno pergi dari sana bersama dengan para mahasiswa yang memutuskan untuk berteduh.

❤️

"Kau tidak tahu bahwa hari ini akan hujan?"

Jeno menoleh dan menemukan Renjun yang tersenyum padanya, "Jika butuh, kau ingin kupinjamkan payung?"

"Kubilang sudah cukup, bukan?" ujar Jeno setelah mengingat Tzuyu yang mengatakan bahwa Renjun menyukainya, "Tidak perlu seperti itu juga perasaanku sudah tidak enak."

"Apa?" tanya Renjun tidak mengerti.

"Kau melakukan hal tidak jelas tanpa alasan. Apa lagi?"

"Mengapa kau berbicara menakutkan seperti itu? Padahal aku berusaha untuk bisa dekat denganmu."

Perkataan Renjun membuat Jeno semakin marah, "Kau ini benar-be—"

Belum selesai berkata-kata, Renjun sudah menubruk tubuhnya dengan sebuah pelukan. Ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun, yang mampu bergerak hanyalah matanya ketika suara yang lumayan keras terdengar dari arah kiri mereka.

Jeno dapat melihat Jaemin memegangi dahinya yang baru saja terbentur. Lelaki manis itu benar-benar melihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh Renjun terhadapnya. Jeno mendorong pundak Renjun ketika Jaemin berbalik pergi, "Hei, tunggu!"

"Kau gila?! Dasar sinting!" ujar Jeno pada Renjun.

"Walaupun sudah seperti ini, kau tidak merasakan apa pun?"

Jeno memandang Renjun ngeri, "Kau benar-benar sudah sakit."

Setelahnya, Renjun menatap kepergian Jeno. Lelaki tampan itu segera menghampiri Tzuyu yang kebetulan baru saja menaiki tangga sambil membawa payung, "Kak! Pinjam payung!"

"Apa? Iya." Tzuyu memberikan payungnya setelah tersadar dari keterkejutannya karena tiba-tiba dicegat oleh Jeno.

Di sisi lain, Renjun kembali mengingat ketika ia memeluk Jeno secara tiba-tiba dan ia mengeluarkan ekspresi seolah ingin muntah.

❤️

Jantung Jaemin berdegup kencang. Ia bahkan tidak peduli dengan hujan yang membasahi tubuhnya. Pikirannya hanya tertuju pada Renjun yang memeluk Jeno. Ia menghentikan langkahnya dan merasa aneh ketika tidak ada air hujan yang mengguyurnya lagi. Yang ia lihat hanyalah Jeno yang sedang memayunginya.

"Aku sudah mengatakan agar kau mengangkat telepon dariku, bukan?"

"Maaf." jawab Jaemin gugup.

"Mengapa kau melarikan diri?"

"Itu... Kalian sedang... seperti itu..."

"Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak tertarik padanya. Mengapa kau selalu saja menghindar? Kau benar-benar tidak tahu?"

"Apa?"

"Jika aku menyukaimu."

Jaemin membelalakkan matanya. Kesunyian menyelimuti mereka. Yang terdengar hanyalah suara hujan.

"Ini yang ingin kukatakan. Aku menyukaimu. Aku ingin menjadi kekasihmu. Aku tidak habis pikir mengapa kau membantu Renjun dan aku tidak suka jika kau bertemu dengan senior itu. Jadi, kali ini jangan berpikir untuk melarikan diri. Jawab."

Dan di halaman kampus hanyalah hujan, Jeno, serta Jaemin yang tidak tahu harus mengatakan apa.

❤️

Double up nih heheh.

🦄nanapoo

[✓] my id is gangnam beauty | nominWhere stories live. Discover now