Spin-off #2

7.4K 1K 66
                                    

Jaemin tampak melamun dan berkali-kali menghela nafasnya ketika duduk di kelas. Tzuyu yang sedari tadi memperhatikan tingkah lakunya memilih untuk bertanya, "Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Apakah aku terlihat sedang memikirkan sesuatu?!" Jaemin terkejut.

"Terlihat jelas. Memang ada apa?"

Jaemin mengerang sembari meletakkan kepalanya di atas meja, "Aku sungguh bodoh."

Tzuyu hanya mampu menatap Jaemin dengan heran hingga akhirnya lelaki manis itu berani menceritakan hal yang membebani pikirannya.

😫

Malam itu Jaemin sedang berdua di kamar bersama Jeno. Bibir mereka saling bertaut dengan kedua tangan Jaemin yang melingkar di leher Jeno dan tangan Jeno yang merengkuh pinggang ramping Jaemin. Mereka mengakhiri ciuman itu ketika Jaemin merasa harus meraup oksigen. Jeno mengelus wajah Jaemin yang memerah, kemudian mengecup dahinya dengan posisi masih berpelukan.

"Hei." ujar Jaemin.

"Apa?" jawab Jeno dengan wajah yang juga memerah. Ia baru saja hendak mencium Jaemin lagi, tetapi tidak jadi karena lelaki manis itu buru-buru membuka suara.

"Bukankah suasana sekarang agak... Tidak! Aku hanya bingung."

"Tidak mau?" tanya Jeno.

"Tidak. Aku mau." Jaemin menjawab sambil tersenyum untuk menenangkan Jeno. Mereka berdua berakhir duduk di sofa dengan Jaemin yang sibuk meminum air dari gelas dan Jeno yang menatapnya.

"Tidak perlu berbohong." kata Jeno.

"Bohong?"

"Aku akan mengikuti keputusanmu."

"Aku tidak berbohong." jawab Jaemin cepat, kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Aku hanya butuh persiapan."

Jaemin benar-benar tidak berbohong. Sebenarnya situasi seperti itu bukan hanya terjadi satu-dua kali. Jaemin pun bingung mengapa ia harus menolak. Itu merupakan hal yang memalukan baginya, tetapi ia menyukai Jeno. Jaemin juga penasaran dan sebenarnya tahu bahwa Jeno sebenarnya termasuk tipe yang seksi walaupun akhir-akhir ini ia terlihat menggemaskan. Jaemin ingin, tetapi masalahnya adalah berat badannya naik.

Lalu akhirnya Jaemin memutuskan untuk benar-benar melakukannya dengan Jeno, tetapi ia butuh waktu.

"Hei, Jeno." sapa Jaemin ketika bertemu dengan kekasihnya di depan mesin penjual otomatis.

"Ya?"

"Di hari ulang tahunku, bagaimana jika kita pergi bersama dan menginap? Hari itu sedang waktunya libur. Kita bisa menginap selama tiga hari dua malam, bagaimana?" Jaemin mengeluarkan ekspresi yakin.

"Boleh." jawab Jeno dengan ekspresi yang juga yakin.

Ulang tahun Jaemin masih satu bulan lagi dan ia bertekad untuk menurunkan berat badannya sebanyak lima kilogram hingga hari itu tiba.

😫

"Dan kau memilih untuk tidak jadi pergi karena dietmu gagal?" tanya Tzuyu.

"Aku sangat bodoh, bukan?" Jaemin memegangi kepalanya.

"Iya. Lumayan."

"Lalu, jika menginap, setiap malam ia akan melihat wajahku tanpa make up! Tanggalnya semakin dekat dan aku sangat takut! Bagaimana ini?! Aku masih belum ingin memperlihatkannya!"

"Aku juga tidak bisa berkata-kata." Tzuyu menepuk bahu Jaemin.

"Benar-benar gawat! Apa-apaan aku ini?! Mengapa jadi seperti ini?!"

😫

kemarin saya mimpi aneh dan saya menceritakannya pada mami saya, tetapi saat saya bertanya padanya, ia tidak merasa bahwa saya sudah menceritakan mimpi itu. ternyata saya menceritakan mimpi aneh itu pada mami saya di dalam mimpi. dua hari saya mimpi itu, jadi saya ceritakan pada kalian supaya nanti malam saya tidak mimpi ini lagi huahaha.

cerita ini mengandung teka-teki di dalamnya. riddle gitu deh. kalau ada yang berhasil jawab dengan benar dan jelas, besok saya update lagi. kalau tidak ada ya berarti lusa baru update hehehe.

aku jaemin. kemarin aku pergi ke mall dan pulang sendiri ketika hari menjelang tengah malam. sekarang aku tersesat di sebuah tempat yang aneh. kemarin aku tiba di sebuah pertigaan dan hendak memilih berjalan ke arah kiri, tetapi dua orang laki-laki tidak berhenti menatapku. aku tidak melihat dengan jelas bagaimana wajah mereka. yang kutahu adalah mereka hendak memasuki sebuah rumah, tetapi berhenti hanya untuk menatapku. akhirnya, kuputuskan untuk melangkah ke arah kanan. di sana terdapat sebuah rumah yang ditinggali oleh orang-orang bermata sipit dan berkulit putih. aku merasa ini benar-benar aneh. semua orang yang ada di dalam rumah itu benar-benar mirip satu sama lain. mereka tidak mengajakku berbicara, bahkan saat aku menghampiri mereka yang sedang melakukan kegiatan di depan rumah. untung saja seorang laki-laki mengampiriku. ia juga memiliki mata yang sipit serta kulit yang putih dan ia mengaku bernama jeno. diajaknya aku ke rumahnya. walaupun tampangnya dingin, ia tetap menjawab pertanyaan yang kulontarkan padanya dan aku tahu ia ingin melindungiku walaupun ia tidak mengatakannya.

"jeno, mengapa orang-orang di rumah itu memiliki wajah yang sama?" tanyaku padanya.

"semua orang di sini memang memiliki wajah yang mirip."

aku mengangguk-angguk. rasa takutku hilang ketika bersama jeno. dua hari sudah aku tinggal di rumah jeno tanpa memikirkan bagaimana caranya pulang ke rumahku yang asli walaupun jeno berjanji hendak memberitahuku jalan pulang. aku rindu ayah dan ibuku, tetapi aku juga mulai merasa nyaman di sini.

malam itu jeno bercerita tentang bagaimana hebohnya orang-orang membahas aku. katanya aku sangat cantik. rasa takutku kembali muncul ketika jeno memberitahu tentang dua orang laki-laki jahat yang tertarik padaku dan hendak menyetubuhiku. jeno mengajakku keluar menuju teras dan baru saja kaki kami menginjak lantai teras yang dingin, sesuatu terjadi di rumah seberang.

"lucas dan hyunjin, dua orang itu, mereka merampok lagi!" geram jeno. aku dapat melihat dua orang laki-laki yang menatapku tempo hari sedang memasuki rumah seberang. aku tahu bahwa itu mereka dari pakaiannya dan ketika mereka berbalik untuk menyerang rumah jeno, kami berdua langsung masuk ke dalam. jeno menyuruhku masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu sementara ia mengambil pisau kecil di atas meja untuk menghadapi kedua laki-laki itu.

aku menangis ketika mendengar suara pertengkaran di luar. ingin rasanya membantu jeno. ia sendirian sedangkan lawannya dua orang.

beberapa menit kemudian, terdengar suara ketukan di pintu. itu jeno. kubukakan pintu untuknya dan ia tersenyum sembari berkata, "tenang saja. aku berhasil membunuhnya."

aku tersenyum. jenoku memang hebat.

🦄nanapoo

[✓] my id is gangnam beauty | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang